F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tazkiyatun Nufus – 04 – Tingkatan Tazkiyatun Nufus Bag 02

Tazkiyatun Nufus – 04 – Tingkatan Tazkiyatun Nufus Bag 02 - AKADEMI BELAJAR ISLAM
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tazkiyatun Nufus : ❝ TINGKATAN TAZKIYATUN NUFUS #2 ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Tazkiyatun Nufus – 04 – Tingkatan Tazkiyatun Nufus Bag 02



السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat BIS Belajar Islam yang semoga dijaga oleh Allah rabbul alamin, kita lanjutkan bahasan kita lanjutkan kajian kitab Tazkiyatun Nafs atau Tazkiyatun Nufus. Masih membahas tentang maratib tazkiyatun nafsi atau tingkatan-tingkatan tazkiyatun nafs.

Secara umum pensucian jiwa memiliki dua tingkatan, yaitu:
  1. Menjalankan perintah agama
  2. Meninggalkan larangan
Sebelumnya kita sudah membahas tingkatan pertama dari penyucian jiwa yaitu mensucikan jiwa dengan melaksanakan perintah. Nah, bagian yang kedua di halaman 17, silahkan dibuka di halaman 17, tingkatan yang kedua adalah tazkiyatun nafsi atau penyucian dengan meninggalkan larangan.

Tingkatan kedua, yaitu Pensucian Jiwa dengan meninggalkan larangan

Sahabat sekalian, Tingkatan kedua ini terwujud atau terealisasi dengan menjauhi hal-hal yang diharamkan dan segala bentuk kemaksiatan. Dan perkara yang paling diharamkan dan paling dilarang adalah menyekutukan Allah Ta’ala. Yang paling diharamkan adalah segala bentuk kekufuran.

Yakni, seorang hamba meninggalkan segala perkara yang dilarang oleh Allah azza wa jalla, berupa hal-hal yang diharamkan, segala bentuk kemaksiatan, serta dosa-dosa dengan beragam macamnya; baik dosa yang besar maupun dosa yang kecil.

Jadi dosa itu ada kabaair, Kabaair (dosa-dosa besar), ada shagaair (dosa dosa kecil). Imam Adz Dzahabi rahimahullahu ta’ala punya kitab judulnya Al-Kabair kumpulan dosa dosa besar. Di footnote di sini saya berikan catatan bahwa definisi paling masyhur tentang dosa besar adalah,

أنَّ الكَبَائِرَ كُلُّ ذًنْبٍ خَتَمَهُ اللهُ تَعَالى بِنَارٍ أو غَضَبٍ أَو لَعنَةٍ أو عَذَابٍ.
“Dosa besar itu adalah setiap dosa yang Allah Ta’ala ancamkan dengan api Neraka, dengan murka-Nya, dengan laknat, atau dengan adzab.”
Maka itu adalah dosa besar misalnya. Misalnya disini saya berikan contoh Nabi bersabda,

لَعَنَ اللهُ المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بالنِّسَاءِ، والمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بالرِّجَالِ
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”
Di sini Nabi mengatakan Allah melaknat menunjukkan bahwa dosa menyerupai lawan jenis, termasuk dosa besar. Kemudian sahabat sekalian yang semoga dirahmati oleh Allah rabbul alamin, sebuah dosa itu dianggap dosa besar atau dosa kecil ukurannya bukan perasaan. Tapi ukurannya adalah dalil jika ada ancaman secara langsung dengan neraka atau diungkapkan dalam bentuk laknat, maka itu dosa besar. Walaupun bisa jadi kita menganggapnya kecil, seperti orang yang tidak bersih-bersih dari buang air kecil, sebagian orang menganggap itu hal sepele, tapi dalam sebuah hadits diceritakan bahwa seseorang itu diazab di alam kubur gara-gara tidak bersih-bersih dari buang air kecil. Sebagaimana yang diceritakan oleh Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Saya berikan contoh lain mungkin sebagian orang menganggap sepele. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ما أَسْفَلَ الكَعْبَيْنِ فِي النَّارِ.
“Celana atau sarung yang melebihi mata kaki bagi laki laki maka neraka bagiannya.”
Imam Adz-Dzahabi mencantumkan bahwa perkara ini yaitu melabuhkan sarung atau celana melebihi mata kaki bagi laki laki mencantumkan dalam kitabnya Al Kabair atau kumpulan dosa dosa besar karena ada ancaman.

Kemudian penulis berkata, Tingkatan Tazkiyatun Nafs yang kedua ini disebut oleh para ulama dengan istilah At-Takhliyah (dengan huruf Khaa`, yang berarti pengosongan), yakni mengosongkan diri dari segala bentuk kemaksiatan.

Adapun tingkatan yang pertama dinamakan At-Tahliyah (dengan huruf Haa`, yang berarti penghiasan), yang berarti penghiasan itu menghiasi diri dengan segala bentuk kebaikan atau ketaatan.

Jadi, seorang hamba “mengosongkan” dirinya dari segala bentuk perbuatan dosa dan kemaksiatan, sekaligus “menghiasi” dirinya dengan mengerjakan amal-amal ketaatan, sehingga terkumpul pada dirinya semua kebaikan dari dua sisi tersebut. Pertama dari sisi ketaatan yang kedua dari sisi meninggalkan kemaksiatan.

Dengan kebaikan dan kemurahan Allah azza wa jalla, kita memohon kepada-Nya agar memberi taufiq kepada kita dan kaum Muslimin agar dapat meraih kebaikan-kebaikan tersebut, artinya yang mampu memberikan Taufik kepada kita hanyalah Allah subhanahu wa ta'ala. Jika bukan karena pertolongan Allah, kita tidak akan mampu untuk melaksanakan perintah-Nya juga tidak akan pernah mampu untuk meninggalkan larangan-Nya.

Sahabat sekalian yang diberkahi oleh Allah rabbul alamin, demikian materi yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat!

Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah
Pondok Pesantren Sabilunnajah Bandung
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.