F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-105: Pembahasan Tentang Sujud Bag. 07 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 02

Audio ke-105: Pembahasan Tentang Sujud 07 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 02 - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-138
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 JUM'AT, 13 Rabi'ul Awwal 1445 H / 29 September 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-105: Pembahasan Tentang Sujud 07 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 02



السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud.

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Di antara bacaan tersebut:

1) Yang pertama "Subhaana robbiyal a'laa 3x"


❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ( ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ) ❳

Membaca [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] 3x

وَ ❲ كَانَ ــ أَحْيَانًا يُكَرِّرُهَا أَكْثَرْ مِنْ ذَلِكَ ❳

Kadang-kadang Beliau mengulang-ulang bacaan [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] lebih dari tiga kali.

Dari mana tahu? Dari lamanya sujudnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Kadang-kadang Beliau sujudnya lama, kalau yang dibaca [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] tentunya lebih dari tiga kali.

Apalagi bagi ulama yang mengatakan, dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu tidak menggabungkan bacaan yang macam-macam. Tapi yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah membaca satu jenis bacaan dzikir, kemudian Beliau ulang-ulang. Kalau sujudnya lama, tentunya lebih dari tiga kali.

وَبَالَغَ فِيْ تِكْرَارِهَا مَرَّةً فِيْ صَلَاةِ الْلَيْلِ حَتَّى كَانَ سُجُوْدُهُ قَرِيْبًا مِنْ قِيَامِهِ ، وَكَانَ قَرَأَ فِيْهِ ثَلَاثَ سُوَرُ مِنَ الطِّوّالِ : { البَقَرَةْ } وَ { النِّسَّاء } وَ { آل عِمْرَان } ، يَتَخَلَّلُهَا دُعَاءٌ وَاسْتِغْفَارٌ ، كَمَا سَبَقَ فِي ❲ صَلَاةِ الْلَيْلِ ❳.
Bahkan kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat memanjangkan sujudnya sehingga itu berarti Beliau sangat banyak dalam mengulang-ulang [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] -nya. Sampai kadang-kadang sujudnya Beliau itu hampir sama dengan berdirinya. Padahal di dalam berdirinya, Beliau kadang-kadang membaca tiga surat yang sangat panjang yaitu surat Al-Baqarah, surat An-Nisa dan surat Ali-Imran.

Belum lagi di dalam membaca surat-surat tersebut ada tambahan do'a, ada tambahan istighfar. Ketika ayatnya tentang perintah untuk berdo'a, Beliau berdo'a; ayatnya tentang surga, Beliau meminta surga; ayatnya tentang neraka, Beliau berlindung dari neraka; tentang rahmat, Beliau minta rahmat, ada istighfarnya juga, sebagaimana telah lalu di shalat malam.
Di dalam pembahasan ini Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan, kadang-kadang sujudnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat panjang sekali seperti berdirinya, atau hampir seperti berdirinya, mendekati lamanya Beliau saat berdiri di dalam shalat.

Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat, karena ada dua riwayat yang berbeda. Ada riwayat yang mengatakan, dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat, berdirinya Beliau, rukuknya Beliau, I'tidalnya Beliau, sujudnya Beliau, duduknya Beliau, itu hampir sama lamanya.

Dan beberapa ulama atau sebagian ulama memaknai hadits ini seperti yang tampak dalam kata-kata itu. Apa yang tampak dari kata-kata itu? Bahwa memang antara berdirinya, rukuknya, I'tidalnya, sujudnya, duduknya, hampir sama.

Sehingga kalau di dalam berdiri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa dan surat Ali-Imran, berarti rukuknya hampir sama dengan itu. Berarti sujudnya hampir sama dengan itu. Berarti duduknya hampir sama dengan itu. Ada sebagian ulama yang memahami demikian. Dan sebagian ulama tersebut mengatakan ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kadang-kadang saja.

Ada sebagian ulama yang lain dan ini yang jumhur -mayoritas ulama- mereka mengatakan di sana ada dua rukun; ada dua kelompok rukun. Kelompok rukun yang pertama adalah berdiri dan tasyahud. Berdiri maksudnya sebelum rukuk. Berdiri sebelum rukuk dan duduk ketika tasyahud. Ini kelompok rukun yang pertama.

Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam biasanya lebih memanjangkan kelompok rukun yang pertama ini, berdiri dan duduk ketika tasyahud lebih lama daripada rukun yang lainnya.

Adapun kelompok rukun yang kedua, maka masuk di dalamnya rukuk, I'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud. Ini yang hampir sama lamanya berdasarkan hadits di dalam Shahih Bukhari. Yang di dalam hadits tersebut disebutkan:

( مَا خَلَلْ قِيَامِ وَالْقُعُوْدُ )

Rukun-rukun shalatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam lamanya hampir sama, kecuali berdirinya Beliau dan duduknya Beliau.

Para ulama ketika mensyarah kata-kata ini, mereka mengatakan, berdiri maksudnya adalah berdiri sebelum rukuknya; dan duduk di sini maksudnya adalah duduk tasyahud-nya. Sehingga menurut pendapat mayoritas ulama ini, kebiasaan shalat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak hampir sama seluruh rukunnya. Tapi yang hampir sama adalah rukun-rukun selain berdiri dan tasyahud. Itulah yang hampir sama. Adapun antara berdiri dengan rukuknya maka selaras, bukan sama.

Bagaimana maksudnya selaras?
Apabila Beliau berdirinya lama, maka rukuknya lebih lama daripada ketika Beliau berdirinya sebentar. Ketika Beliau berdirinya sebentar, maka rukuknya lebih sebentar lagi. Jadi selaras. Tidak jomplang; tidak berdiri sangat lama, kemudian rukuk sangat cepat, I'tidal sangat cepat, tidak seperti ini.

Tapi kalau Beliau berdirinya sangat lama, berarti rukuknya juga sangat lama. Tapi bukan berarti sama waktunya, ya selaras. Baru nanti antara rukuk dengan I'tidal, dengan sujud, dengan duduk di antara dua sujud, hampir sama waktunya. Kemudian nanti tasyahud, tasyahudnya lebih lama dari rukun sujud, rukun rukuk, I'tidal dan duduk di antara dua sujud.

Dan ana melihat pendapat ini lebih kuat karena adanya riwayat dari Imam Bukhari dalam kitab sahihnya. Dan ini yang lebih logis. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di shalat malamnya kebiasaan Beliau shalat berapa rakaat? Sebelas rakaat. Kalau misalnya, kadang-kadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membaca surat Al-Baqarah, kemudian surat An-Nisa, kemudian surat Ali-Imran, 3 surat itu berapa juz? 5 juz lebih. Thayyib, 5 juz, 4 setengah halaman.

Kalau misalnya 5 juz - 4 setengah halaman ini kita katakan ini lamanya berdirinya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian rukuknya kita katakan hampir sama dengan itu, katakanlah 5 juz, berarti seperti lamanya orang yang membaca berapa juz? 10 Juz. Itu baru berdiri dengan rukuknya. Belum ketika I'tidal-nya. Nanti hampir sama dengan itu berarti 5 juz lagi, berarti berapa sudah? 15 juz. Nanti sujudnya - 20 juz, duduknya - 25 juz, sujudnya lagi - 30 juz.

Kalau kita pahami dengan pemahaman yang pertama tadi, yang dipilih oleh Syaikh Albani dan beliau mengatakan ini hanya kadang-kadang, seperti ini malah tidak logis ya, 30 juz dalam semalam dalam satu rakaat. Ini secara logis malah kurang, itu baru rakaat pertama, belum rakaat keduanya nanti bagaimana.

Makanya yang lebih kuat adalah pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa maksudnya "hampir sama" adalah rukun-rukun selain berdiri dan sujud. Dan memang kelihatan, kalau kita melihat hadits-hadits yang lain, memang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam biasanya lebih memanjangkan berdirinya. Makanya ada hadits yang mengatakan:

( أَفضَلُ الصَّلَاةِ طُوْلُ الْقُنُوْتِ )
Shalat yang paling utama adalah shalat yang berdirinya lama.
Ini berarti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat lebih memperhatikan lamanya berdiri daripada lamanya rukun-rukun yang lainnya. Maksudnya, Rasulullah lebih memperlama berdirinya, karena itulah yang paling afdal.

Ini menunjukkan, hadits ini menunjukkan bahwa berdiri lebih dipentingkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam daripada rukun-rukun yang lainnya. Dan ini menguatkan pemahaman jumhur ulama dalam masalah lamanya rukun-rukun di dalam shalatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Jadi rukun-rukun shalat ini terbagi menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama berdiri dan tasyahud. Ini biasanya lebih lama daripada rukun-rukun yang lainnya. Adapun selain itu yaitu rukuk, I'tidal, sujud dan duduknya, ini yang hampir sama.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.