F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-51: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Merupakan Rukun Shalat dan Keutamaannya Bag 03

Audio ke-51: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Merupakan Rukun Shalat dan Keutamaannya Bag 03 - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-84
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SENIN, 28 Dzulhijjah 1444 H / 17 Juli 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-51: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Merupakan Rukun Shalat dan Keutamaannya Bag 03


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ .

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullah menjelaskan tentang:

[ رُكْنِيَّةُ { الفَاتِحَةِ } وَفَضَائِلُهَا ]

Tentang masalah bahwa:
"Al-Fatihah ini rukun shalat, dan keutamaan-keutamaan dari surat Al-Fatihah"
Ketika kita mengatakan:

{ إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ }
"Hanya kepada-Mu kami beribadah ya Allah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan"
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawabnya:

( فَهَذِهِ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ )
"Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku"
-> Ini antara Aku (antara Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan hamba-Ku.
( وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ )
"Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta"
Seorang hamba kemudian mengatakan,

{ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰ⁠طَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ }

Ini permintaan.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Allah Subhanahu wa Ta’ala tadi mengatakan:

( وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ )
"Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta"
Kemudian kita meminta:

{ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰ⁠طَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ }
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"

{ صِرَ ٰ⁠طَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ }
"Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan kepada mereka, bukan orang-orang yang Engkau murkai dan juga bukan orang-orang yang Engkau sesatkan (bukan orang-orang yang tersesat)"

( فَهَؤُلَاءُ لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ )
"Perkataan-perkataan itu adalah untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta."
Kita selalu berdoa meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberikan petunjuk jalan yang lurus.
Jalan yang lurus itu jalan siapa?
Jalan orang-orang yang diberikan kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala;
  1. bukan jalannya orang yang dimurkai,
  2. bukan jalannya orang yang tersesat.
Siapa yang dimurkai?
Kaum Yahudi.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain.
Kenapa mereka dimurkai?
Karena mereka mengetahui sesuatu tapi tidak diamalkan. Punya ilmunya; mereka tahu bahwa Islam itu haq, agama yang haq.

{ ٱلَّذِینَ ءَاتَیۡنَـٰهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ یَعۡرِفُونَهُۥ كَمَا یَعۡرِفُونَ أَبۡنَاۤءَهُمۡۖ }
"Mereka adalah orang-orang yang Kami beri kitab, yang mereka tahu kitab tersebut sebagaimana mereka tahu anak-anak mereka."
Ini orang-orang Yahudi, tapi mereka tidak mau masuk Islam. Tidak mau menerima kebenaran Islam, padahal mereka tahu Islam ini yang benar. Makanya Allah murka kepada mereka.

Kalau kita tidak ingin dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berusahalah untuk mengamalkan ilmu kita; yang sampai kepada kita, kita amalkan. Semangatlah untuk beramal, semangatlah untuk menerapkan ilmu, semampu kita tentunya. Tapi ada semangat, ada usaha. Kalau mampu, kita lakukan. Kalau memberatkan, kita lihat apakah itu wajib ataukah sunnah.

Kalau kita mampu, walaupun sunnah, kita lakukan dan kita semangat untuk melakukannya. Baru ketika kita merasa berat, sangat memberatkan kita, baru kita lihat. Kalau wajib tetap kita lakukan; kalau sunnah maka bisa kita tinggalkan untuk kita lakukan di kesempatan yang lain, yang di kesempatan tersebut kita mudah atau ringan dalam menjalankannya.

Orang Yahudi (adalah) orang-orang yang sudah tahu ilmunya tapi mereka tidak mau mengamalkannya.

Yang kedua, jalan orang-orang yang tersesat. Kita meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dijauhkan dari jalan orang-orang yang tersesat.

Siapakah mereka?
Mereka kaum Nasrani.
Kenapa dikatakan tersesat?
Karena mereka tidak tahu ilmunya, tapi menjalankannya. Beramal tidak berdasarkan ilmu.

Ini kebalikan dari orang-orang Yahudi. Ini menunjukkan bahwa kaum Nasrani tidak sepintar kaum Yahudi dalam masalah-masalah agama. Makanya di dalam agama Nasrani kita akan menemukan banyak sekali masalah-masalah dalam kaidah-kaidah agama mereka yang sangat prinsipil sekali.

Seperti misalnya kaidah ketuhanan. Prinsip ketuhanan mereka, itu sangat tidak masuk akal, berbeda dengan prinsip ketuhanan di kaum Yahudi. Sangat tidak masuk akal dan banyak hal-hal yang menjadi tanda tanya besar di dalam agama Nasrani apabila kita menelitinya. Misalnya perbedaan antara kitab Injil yang satu dengan kitab Injil yang lainnya, perbedaannya besar. Kalau kitab Injil itu benar-benar dari Nabi Isa, masih murni, benar-benar dari Nabi Isa, harusnya tidak ada perbedaan seperti itu. Kenapa perbedaannya banyak sekali dan perbedaannya sangat bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Ini isyarat ya dalam surah Al-Fatihah, bahwa bahwa orang-orang Yahudi lebih pintar dalam masalah agamanya daripada orang-orang Nasrani.

Makanya orang Yahudi disebut di dalam Al-Fatihah, mereka kaum yang dimurkai, karena mereka mengetahui ilmunya tapi tidak mengamalkannya. Sedangkan kaum Nasrani mereka tidak tahu ilmu, mereka jahil, tapi melakukan sesuatu tanpa dasar-dasar ilmu.

Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keadaan-keadaan ini.

Kita sebagai kaum muslimin, kita ambil kebaikan dari keduanya dan kita buang keburukan dari keduanya. Kita ambil ilmunya, kita mencari ilmu sebaik sekuat mungkin dan kita beramal sekuat mungkin. Inilah cara kita mengambil kebaikan dari dua kaum ini dan membuang keburukan dari dua kaum ini. Yang baik-baik kita ambil, yang buruk-buruk kita hilangkan.

Jadilah seorang muslim yang sejati, seorang muslim yang semangat dalam menuntut ilmu, sehingga bertambah ilmunya, dan ilmu tersebut kita berusaha untuk menjalankannya dengan sekuat tenaga.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.