🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS| 19 Ramadhan 1443 H| 21 April 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-24
📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 04
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه
Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah Ta'ala.
Masih kita pada pasal beriman kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,
يَعْلَمُ مَا بـيْنَ أَيْدِيهِم وَمَا خَلْفَهُم
"Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui apa yang ada di depan mereka dan apa yang ada di belakang mereka.” [QS Al-Baqarah: 255]
Mengetahui apa yang ada di depan mereka, ada yang mengatakan maksudnya adalah yang sudah berlalu, ini dianggap berarti sudah di depan. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui apa yang sudah berlalu, yang sudah terjadi, baik yang menimpa diri kita maupun yang menimpa orang lain.
Semuanya dengan tafsil, dengan terperinci Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui. Dengan mudah Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada kita di dalam Al-Quran tentang kejadian Nabi Nuh, kejadian Dzulkarnain, kejadian Maryam, kejadian Nabi Adam. Sesuatu yang sangat mudah bagi Allah untuk mengabarkan kepada kita kejadian-kejadian tadi secara terperinci.
Berbeda dengan kita. Mungkin kita sendiri yang menemui kejadiannya, merasakan kejadiannya. Sudah berlalu waktu yang lama, kita lupa, lupa terjadi pada kita, atau seandainya kita ingat tidak bisa kita memperinci. Itu ilmu kita.
Tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَعْلَمُ مَا بـيْنَ أَيْدِيهِم
Allah mengetahui apa yang sudah berlalu, yang ada di depan mereka, dengan terperinci, tidak ada yang luput bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَمَا خَلْفَهُم
"Dan apa yang ada di belakang mereka.” [QS Al-Baqarah: 255]
Yaitu apa yang akan terjadi. Belum terjadi kejadiannya. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui apa yang akan terjadi. Apa yang akan kita lakukan, amalan apa yang akan kita lakukan, apa musibah yang akan menimpa. Semuanya sudah diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan ini menunjukan tentang ilmu Allah yang Maha Luas.
وَالله بِكُلِ شَيءٍ عَليمٌ
"Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS Al-Baqarah: 282]
كُلُّ شَيءٍ
Segala sesuatu Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahuinya.
Sehingga di dalam Al-Quran, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kabar-kabar yang akan terjadi kelak.
Tentang kejadian di hari kiamat, bagaimana matahari digulung, bagaimana langit dipecah, kejadian di dalam surga, kejadian di dalam neraka, apa yang ada di padang mahsyar, bagaimana manusia mengambil kitabnya. Maka itu semuanya di bawah ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala
Tidak ada yang samar bagi Allah, termasuk amalan manusia. Termasuk seseorang apakah masuk ke dalam surga atau masuk ke dalam neraka. Maka semuanya adalah diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ini adalah bantahan kepada sebagian aliran yang mereka menyakini bahwasanya Allah tidak tahu kecuali setelah terjadinya. Kalau sudah terjadi baru Allah tahu, kalau belum terjadi Allah belum tahu.
سُبْحَـٰنَهُۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يَصِفُونَ
Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sifatkan [QS Al-An’am: 100]
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Berarti di sini kita menetapkan sifat ilmu yang luas bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembali pada Tauhid nama dan juga sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemudian setelahnya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,
وَلَايُحِيْطُون بِشَيءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَاشَاءَ
"Dan mereka (makhluk) tidak meliputi dengan sesuatu dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang Allah kehendaki.” [QS Al Baqarah: 255]
Kita sebagai makhluk tidak mengetahui sesuatu kecuali apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki
لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ
“Tidak ada ilmu bagi kami yaa Allah, kecuali yang Engkau ajarkan kepada kami” [QS Al-Baqarah: 32]
Kita semuanya dalam keadaan bodoh.
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا
"Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu kalian dalam kedaan kalian tidak mengetahui sesuatu.” (QS An Nahl: 78)
Dalam keadaan bodoh
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala,
عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ
“Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengajarkan kepada manusia.” [QS Al-Alaq: 5]
Apa yang mereka tidak ketahui sebelumnya sehingga mereka menjadi tahu. Tahunya mereka (berilmunya) mereka dengan kehendak Allah.
Oleh karena itu seseorang tidak takabur dengan ilmu yang Allah berikan kepadanya. Sadarlah bahwasanya ilmu yang dia miliki, kemampuan, kecerdasan yang dia miliki adalah dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah yang memberikan karunia dan kalau Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki niscaya dihilangkan ilmu tersebut dari seseorang.
وَلَا يُحِيطُونَ بشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَاشَاءَ
"Mereka tidak bisa meliputi sesuatu dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang Allah kehendaki.” [QS Al-Baqarah: 255]
Banyak di sana perkara yang kita tidak tahu. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya mengabarkan sedikit tentang ilmu.
وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Tidaklah kalian diberikan dari ilmu kecuali sedikit saja.” [QS Al Isra’: 85]
Kita tidak akan mampu untuk meliput semuanya. Maka ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Maha luas meliputi segala sesuatu. Adapun ilmu kita, maka kita tidak mungkin mengetahui sesuatu kecuali dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاﻷرْضِ
"Kursi Allah ini meliputi langit dan juga bumi.” [QS Al-Baqarah: 255]
Yang dimaksud dengan kursi Allah Subhanahu wa Ta'ala di sini, ditafsirkan oleh sebagian salaf bahwasanya kursi Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah,
ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﻘﺪﻣﻴﻦ
Yang dimaksud kursi Allah adalah tempat dua kaki Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala disebutkan dalam beberapa dalil, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki ﻗﺪﻣﺎً (kaki).
Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki kaki, maka kursi Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah,
ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﻘﺪﻣﻴﻦ
Kursi Allah adalah tempat dari kaki Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ini datang dari sebagian salaf, seperti Ibnu Abbas Radhiyallahu Ta'ala 'anhuma. Maka kita yakini bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki sifat kaki sesuai dengan keagungannya.
Disebutkan dalam ayat ini. Bahwasanya kursi Allah itu seluas langit dan bumi. Artinya kursi lebih luas daripada langit dan bumi. Sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan tentang perbandingan antara langit yang jumlahnya tujuh dengan bumi dibandingkan dengan kursi Allah itu seperti koin, koin yang kecil yang dilemparkan di tengah-tengah padang pasir.
Padahal kalau kita berbicara tentang besarnya langit, jangan kita berbicara langit yang kedua. Langit yang pertama saja dengan seluruh makhluk yang besar yang ada di bawah langit yang pertama. Silahkan tanya kepada orang-orang yang ahli, berapa jumlah bintang yang ada di bawah langit yang pertama.
Berapa jumlah makhluk yang besar tersebut di bawah langit yang pertama, maka antum tidak bisa bayangkan bagaimana besarnya langit Allah Subhanahu wa Ta'ala yang pertama ini.
Kemudian bagaimana dengan langit yang kedua, yang tebal satu langit itu adalah 500 tahun perjalanan. Kemudian jarak antara langit dengan langit berikutnya adalah 500 tahun perjalanan. Berarti semakin besar langit yang kedua. Lalu bagaimana dengan yang ketiga, yang keempat, bagaimana dengan ketujuh. Kita sudah tidak bisa membayangkan bagaimana besarnya tujuh langit ini.
Disebutkan dalam hadits bahwasanya tujuh langit dan bumi ini apabila dibandingkan dengan kursi Allah maka itu seperti koin yang dilempar di tengah-tengah padang pasir.
Menunjukkan tentang besarnya kursi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah mengatakan,
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاﻷرْضِ
"Kursi Allah itu meliputi langit dan juga bumi.” [QS Al Baqarah: 255]
Kalau kursi saja sedemikian besarnya dan dalam hadits tersebut disebutkan kursi dibandingkan Arsy Allah itu seperti koin yang dilemparkan di tengah-tengah padang pasir. Kursi yang demikian besarnya tadi, yang jauh lebih besar dari langit maka kalau dibandingkan dengan Arsy itu seperti koin yang dilemparkan di tengah padang pasir.
Menunjukkan tentang besarnya Arsy, makanya Allah mensifati Arsy dengan Al-Majid, Al-Adhim dialah makhluk Allah yang paling besar, dan Dialah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang (أكبر) , Allahlah yang Maha Besar. Kalau demikian makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala, lalu bagaimana dengan yang menciptakan. Tentunya yang menciptakan, Dia lebih besar daripada yang diciptakan.
Sebagaimana kalau makhluk-Nya saja memiliki sifat Al-Adhomah, sifat besar dan ini adalah sifat yang sempurna lalu bagaimana dengan yang menciptakan makhluk tadi.
Tentunya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang lebih berhak memiliki sifat ini daripada makhluk-Nya. Maka ini menunjukan tentang kebesaran Allah.
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan Insyaa Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════
Post a Comment