🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU| 18 Ramadhan 1443 H| 20 April 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-23
📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 03
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه
Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta'ala.
Masih kita pada pasal Beriman kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
"Bagi Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” [QS Al-Baqarah: 255]
Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi adalah له (milik Allah). Ini menunjukan tentang kesempurnaan (mulkiyah), kesempurnaan kepemilikan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang ada di langit Allah yang memiliki. Langitnya, mataharinya, bulan dan makhluk-makhluk yang lainnya yang jumlahnya tidak ada yang bisa mengetahui kecuali Allah. Yang kecil maupun yang besar.
Itu adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kaya, dan apa yang ada di bumi juga demikian.
وَمَا فِي الْأَرْضِ
"Dan apa yang ada di bumi.”
Baik apa yang ada di dalam bumi maupun yang ada di atasnya, yang hidup maupun yang mati yang bergerak maupun yang tidak bergerak, itu adalah ( له ) itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini menunjukkan tentang kesempurnaan kekuasaan Allah dan kekayaan Allah Subhanahu wa Ta'ala
Kita, sebagai manusia meskipun kita memiliki, tapi kepemilikan kita adalah sangat terbatas. Kita memiliki tapi kepemilikan kita adalah terbatas, artinya sangat sedikit dibandingkan dengan apa yang Allah miliki.
Itupun suatu saat kita akan melepaskannya. Mungkin kita yang terlebih dahulu meninggal, kembali kepada Allah atau harta yang kita miliki, orang yang kita cintai meninggalkan kita terlebih dahulu. Yang jelas kepemilikan kita adalah sangat terbatas
Adapun kepemilikan Allah, kekuasaan Allah maka itu adalah Maha dan mencapai puncaknya. Karena itu orang yang ingin berdoa, berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena semua Allah yang memiliki.
Orang yang ingin rezeki, orang yang ingin mendapatkan jalan keluar dari urusannya, orang yang ingin mendapatkan jodoh, orang yang ingin menjadi orang yang berilmu, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki semuanya. Mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Dan kekuasaan Allah tidak akan berkurang sedikitpun, meskipun seluruh makhluk, jin, dan juga manusia meminta kepada Allah dan masing-masing meminta perkara yang besar kepada Allah. Dan masing-masing diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala maka tidak akan mengurangi dari kekuasaan Allah sedikitpun.
Dia Allah Subhanahu wa Ta'ala (الغني) yang Maha Kaya, maka ini menunjukkan di antara sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang Maha Memiliki, Dialah yang memiliki segala sesuatu yang ada di langit dan yang ada di bumi.
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
"Tidak ada yang memberikan syafaat disisi-Nya kecuali dengan izin Allah.” [QS Al-Baqarah: 255 ]
Kelak di hari kiamat ada beberapa macam syafaat. Dan ini adalah keyakinan ahlus sunnah.
Apa yang dimaksud syafaat? Syafaat adalah,
طلب الخير للآغيرين
Meminta kebaikan untuk orang lain.
Nanti di hari kiamat;
- Ada orang yang beriman meminta kepada Allah, supaya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengeluarkan saudaranya dari neraka.
- Di sana ada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam meminta kepada Allah dibukakan pintu surga supaya orang-orang yang beriman masuk ke dalam surga.
- Di sana ada syafaat untuk seluruh manusia yang meminta kepada Allah.
- Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam meminta kepada Allah, supaya Allah menyegerakan hari pembalasan.
Di antara kesempurnaan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, bahwasanya di hari kiamat tidak ada yang berani untuk memberikan syafaat bagi yang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allah.
Berbeda dengan di dunia, seorang raja misalnya, ada orang di sekitarnya yang memintakan syafaat untuk orang lain tanpa harus meminta izin kepada raja. Mungkin orang yang dekat dengan raja, wakilnya atau istrinya atau anaknya atau orang yang dekat dengan raja yang lain. Mereka memintakan syafaat untuk orang lain dan dia tanpa izin kepada raja.
Adapun di akhirat, maka Nabi, Malaikat, orang-orang yang beriman tidak akan mungkin mereka memberikan syafa'at kecuali setelah diizinkan oleh Allah. Menunjukkan tentang kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
"Tidak ada yang memberikan syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin Allah." [QS Al-Baqarah: 255]
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam, ketika beliau di Padang Mahsyar dan manusia meminta kepada beliau untuk memberikan syafaat. Supaya beliau Shallallahu alaihi wa Sallam meminta kepada Allah disegerakan hari balasan, maka Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam menuju ke Arsy Allah kemudian bersujud dan tidaklah beliau mengangkat kepala beliau kecuali setelah disuruh oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Bersujud dan beliau memuji Allah dengan pujian-pujian yang banyak. Kemudian setelah itu barulah Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan kepada beliau,
يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَسَلْ تُعْطَهْ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ .
“Wahai Muhammad angkatlah kepalamu, mintalah maka engkau akan diberikan dan berikanlah syafaat niscaya akan Aku kabulkan syafaatmu (akan diizinkan syafaatmu).” (HR Bukhari)
Maka di sini baru ada izin dari Allah, izin kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam untuk memberikan syafaat. Ini menunjukkan syafaat di hari kiamat tidak mungkin terjadi kecuali dengan izin Allah.
Setiap hari kita membaca ayat kursi beberapa kali dalam sehari. Tapi siapa di antara kita yang merenungi isi dan makna dari ayat kursi ini. Di antara kandungannya adalah keyakinan ada syafaat di hari kiamat dan bahwasanya syafaat di hari kiamat tidak mungkin terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kalau Nabi tidak memberikan syafaat kecuali dengan izin Allah, Malaikat tidak memberikan syafaat kecuali dengan izin Allah, orang-orang yang beriman juga demikian, maka kita memintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, pada yang mengizinkan, kepada yang memiliki. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا
"Katakanlah bahwasanya syafaat semuanya adalah milik Allah.” [QS Az-Zumar: 44]
Berarti kita meminta kepada dzat yang memilikinya, bukan meminta kepada Nabi, atau wali, atau kepada malaikat, dengan mengatakan, “ya Rasul, ya Jibril, atau ya wali”.
Maka tidak boleh yang demikian.
Kita meminta kepada dzat yang mengizinkan, dzat yang memiliki syafaat tersebut
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
Ini menunjukkan (sekali lagi) kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Berarti ini kembali menunjukkan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kekuasaan-Nya yang luar biasa, yang sangat besar.
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan In syaa Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════
Post a Comment