🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA| 17 Ramadhan 1443 H | 19 April 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-22
📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 02
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه
Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.
Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:
ٱلۡقَیُّومُۚ
"Dialah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Berdiri Sendiri.”
Artinya Allah tidak butuh dengan orang lain. Qaimun binafsihi (Allah Maha Berdiri Sendiri) tidak membutuhkan yang lain, bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala Muqimun lighairihi (Allah Subhanahu wa Ta'ala menegakkan yang lain). Bukan hanya Qaimun binafsihi (berdiri sendiri) tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang juga menegakkan yang lain.
Artinya yang lain sangat membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak bisa mereka tidak membutuhkan Allah meskipun hanya sekejap mata.
'Arsy yang merupakan makhluk Allah yang paling besar yang disifati dengan Al-Adhim, Al-Majid. Diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dia sangat-sangat butuh dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kalau Allah menghendaki dia akan hancur dalam sekejap. Makhluk yang sebesar itu dia fakir dan sangat butuh dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, kalau Allah tidak menegakkannya. Kalau Allah tidak memeliharanya maka dia akan binasa, lalu bagaimana dengan yang lain.
Kursi Allah, langit, bumi dan seluruh makhluk tidak ada di antara mereka yang tidak butuh dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah Al-Qayyum yang berdiri sendiri. Dia tidak butuh dengan yang lain.
Seandainya seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi semuanya binasa maka ini tidak akan mengurangi kekuasaan Allah.
Allah tidak akan termudharati dengan binasanya mereka. Allah tidak butuh dengan mereka. Merekalah yang butuh dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
"Wahai manusia kalian semua butuh (fakir) kepada Allah." [QS Fathir: 15]
Kita semua fakir, sekaya apapun orang yang ada di dunia ini maka dia hakikatnya adalah fakir kepada Allah. Dia butuh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menjaga dirinya, menjaga jantungnya, menjaga kesehatannya, menjaga hartanya. Kalau Allah tidak menjaga semua itu akan hancur.
أنتم الفقراء
"Kalian sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala."
Oleh karena itu seseorang isti'anah berdoa kepada Allah, tidak tertipu dengan dirinya sendiri, jangan merasa dia bisa hidup sendiri, bisa berdiri sendiri tanpa bantuan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Minta kepada Allah dalam urusan dunia maupun urusan akhirat, dalam urusan dunia maupun dalam urusan agama. Terus minta kepada Allah. Semakin seseorang banyak berdoa kepada Allah menunjukkan dia semakin butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang banyak berdoa berarti dia adalah orang yang merasa dirinya sangat butuh dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sedikit-sedikit dia berdoa, maka Allah senang dengan yang demikian. Ini menunjukkan semakin besarnya penghambaan dia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Al-Hayyu Qayum ( ٱلۡحَیُّ ٱلۡقَیُّومُۚ) Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri dan juga menegakkan yang lain. Maka di sini ada tauhid, nama dan juga sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ada yang mengatakan bahwasanya seluruh nama-nama Allah yang dia mengandung sifat-sifat yang dzatiyyah (yang berkaitan dengan Dzat Allah) itu kembalinya kepada Al-Hayyu, seperti; Al-'Alim, Al-Qadir, As-Sami’ ini semua kembali kepada Al-Hayyu.
Adapun sifat-sifat atau nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengandung sifat-sifat fi’liyyah yang berkaitan dengan kehendak Allah maka kembalinya kepada Al-Qayyum.
Sehingga ada di antara ulama yang mengatakan bahwasanya nama Allah yang paling agung adalah Al-Hayyu Al-Qayyum ini. Khilaf di antara para ulama.
Kemudian setelahnya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:
لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةࣱ وَلَا نَوۡمࣱۚ
"Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak ditimpa oleh sinah (rasa ngantuk) dan juga tidur.”
Dan ini menunjukkan kesempurnaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memiliki sifat kekurangan sedikitpun.
سبحان الله عما يصفون
"Maha suci Allah, dari apa yang mereka sifatkan.” [QS As-Saffat: 159]
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
"Hendaklah engkau mensucikan Rabb-Mu dengan memujinya.” [QS An-Nasr: 3]
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ
"Allah Subhanahu wa Ta'ala tersucikan dari seluruh sifat kekurangan.” [QS Al-Hasyr : 1]
Termasuk di antaranya adalah sifat ngantuk dan tidur. Maka di antara kesempurnaan Allah, kesempurnaan kehidupan Allah, bahwasanya kehidupan Allah tidak ditimpa oleh rasa ngantuk, apalagi tidur. Karena apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki sifat ini maka ini adalah sifat kekurangan.
Apa yang terjadi dengan matahari, bumi dan seluruh benda yang ada di langit dan ada di bawah seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala tertimpa rasa ngantuk atau tertimpa tidur.
Maka di antara kesempurnaan Allah Subhanahu wa Ta'ala bahwa Allah tidak memiliki dua sifat ini (rasa ngantuk dan tidur).
Kaidah yang disebutkan oleh para ulama ini adalah termasuk sifat-sifat yang salbiyyah, sifat-sifat yang dinafi'kan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala maka kaidahnya kita nafikan, sebagaimana datangnya.
Kita nafi'kan apa yang Allah nafi'kan. Kalau Allah mengatakan,
لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةࣱ وَلَا نَوۡمࣱۚ
Allah tidak ditimpa oleh rasa ngantuk dan tidur maka kita nafikan. Allah tidak memiliki sifat mengantuk dan tidur.
Kemudian diiringi kita tetapkan kesempurnaan lawan dari mengantuk dan tidur tadi. Apa lawannya? Kesempurnaan kehidupan.
Kesempurnaan, mandirinya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka orang yang menafi'kan rasa ngantuk dan tidur bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Diharuskan dia untuk menetapkan kesempurnaan kehidupan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةࣱ وَلَا نَوۡمࣱۚ.
Berarti di sini ada sifat salbiyyah, sifat yang dinafi'kan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kembali kepada pembahasan beriman dengan nama dan juga sifat Allah.
Jadi sifat Allah ada Tsubutiyyah dan Salbiyyah.
√ Tsubutiyyah adalah sifat yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, seperti misalnya; Al-Hayya, Al-Qayumiyyah, Al-Huluhah.
√ Salbiyyah adalah sifat-sifat yang dinafi'kan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka kaidahnya sifat Salbiyyah yang dinafi'kan oleh Allah harus kita tetapkan kebalikan dari sifat yang Salbiyyah tadi.
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════
Post a Comment