F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-18 Beriman Kepada Allah - Beriman Kepada Rububiyyah Allah (Lanjutan) dan Uluhiyyah Allah

Audio ke-18 Beriman Kepada Allah - Beriman Kepada Rububiyyah Allah (Lanjutan) dan Uluhiyyah Allah - Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU | 11 Ramadhan 1443 H | 13 April 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-18

📖 Beriman Kepada Allah - Beriman Kepada Rububiyyah Allah (Lanjutan) dan Uluhiyyah Allah


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه


Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allah.

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala:

الملك

"Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang merajai (menguasai)".

Ini juga termasuk makna Rububiyyah, selain kita meyakini Allah yang mencipta, yakinlah dan percayalah bahwasanya yang menguasai ini semua adalah Allah.

Bukan Allah mencipta, kemudian yang menguasai adalah selain Allah. Bukan !

Allah yang mencipta dan Allah yang menguasai, Allah yang memiliki. Allah Subhalanahu wa Ta'ala mengatakan:

ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰم

"Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Al-Malik” [QS  Al-Hasyr: 23]

√ Dia-lah yang menguasai.
√ Dia-lah yang memiliki.

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ

"Dan bagi Allah kerajaan yang ada di langit maupun yang ada di bumi.” [QS Al-Maidah: 17]

Itu adalah bagi Allah (milik Allah), Allah yang menguasai. Dia-lah yang memiliki.

Kita memiliki harta, memiliki komputer, memiliki mobil (misalnya) maka itu semua adalah titipan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada hakikatnya yang memiliki adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Bahkan diri kita sendiri yang memiliki adalah Allah.

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka kembali.” [QS Al-Baqarah: 156]

لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ

"Dan bagi Allah seluruh apa yang ada di langit dan apa yang di bumi.” [QS Ali-Imran: 109]

Maka kita sebagai seorang muslim harus meyakini ini semua adalah milik Allah. Sehingga kalau keyakinan ini tertancap dan terpatri dalam diri seseorang, maka akan semakin mengikis kecintaan dia terhadap dunia. Tidak terlalu bersedih dengan perpisahan dia dengan dunia dan tidak terlalu bergembira ketika dia mendapatkan dunia. Karena dia tahu bahwa ini semua adalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.

الملك المدبر

"Dan Dia-lah, Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatur, mencipta dan Dia yang memiliki menguasai.”

Dan Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatur, tidak ada yang mengatur apa yang Allah ciptakan baik di alam bawah ini maupun di alam atas sana kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Menghidupkan, mematikan, memberikan rezeki kepada si A, menjadikan si B sakit, kemudian menyembuhkannya, si C dan seterusnya. Maka yang mengatur itu semua adalah Allah.

يُدَبِّرُ ٱلْأَمْر

"Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah yang mengatur segala sesuatu.” [QS Yunus: 3, 31, ArRa’d: 2, As-Sajda: 5]

Dan banyaknya mahkluk di bumi maupun di langit, ini tidak membuat Allah Subhanahu wa Ta'ala keteteran atau lemah dalam mengatur seluruh makhluk ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha mampu untuk melakukan segala sesuatu.

Kita manusia bagaimanapun kekuatan kita, tetapi kalau kita diberikan beban pekerjaan lebih dari satu maka itu akan membawa pengaruh terhadap pekerjaan yang lain.

Kalau satu dengan memiliki tiga pekerjaan, maka ini akan memiliki pengaruh terhadap kualitasnya dan hasilnya, itu untuk kita.

Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala:

عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ

"Allah Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu" [QS Al-Ankabut: 20]

Allah atur semuanya, menghidupkan, mematikan, memberikan rezeki, menjadikan tertawa, menjadikan sedih, yang ini melahirkan, yang ini meninggal, semuanya diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak ada yang dilalaikan oleh Allah.

Banyaknya pekerjaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, ini tidak menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian lalai atau lemah di dalam mengatur ciptaannya.

يُدَبِّرُ ٱلْأَمْر

"Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah yang mengatur segala sesuatu.”

Maka termasuk beriman kepada Allah adalah beriman dengan Rububiyyah Allah, percayalah, yakinlah, berimanlah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah satu-satunya yang mencipta, memberikan rezeki, mengatur alam semesta yang menguasai semuanya.

Kalau kita percaya yang demikian, berarti kita sudah beriman dengan Rububiyyah Allah.

Rububiyyah adalah berkaitan dengan penciptaan, pemberian rezeki, pengaturan alam semesta. Ini namanya sifat Rububiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala

Kalau ini tidak ada, maka tidak dinamakan beriman kepada Allah. Kalau sampai ini tidak ada, atau masih meyakini di sana ada yang mencipta selain Allah, di sana ada yang mengatur alam semesta selain Allah, maka ini tidak dinamakan orang yang beriman kepada Allah.

Kemudian beliau mengatakan:

ونؤمن بألوهية الله تعالى

"Dan kami (yaitu Ahlus Sunnah) beriman dengan Uluhiyyah Allah.”

Ini mungkin istilah yang baru bagi sebagian, kalau Rububiyyah berkaitan dengan Rabb yang memelihara yang mengatur, maka yang kedua ini beriman dengan Uluhiyyah Allah. Diambil dari kata Al-Uluha atau Al-Ilaha yang artinya adalah ibadah. Yaitu beriman bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah, karena makna Uluhah adalah ibadah. Ma'luh artinya yang disembah.

Beriman بألوهية الله maksudnya adalah beriman Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.

Beliau mengatakan:

أي بأنه الإله الحق وكل معبود سواه باطل

Yang dimaksud beriman dengan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu beriman bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah sesembahan yang hak, sesembahan yang benar, sesembahan yang memang berhak untuk disembah yaitu hanya satu, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah satu-satunya Illah yang berhak untuk disembah?

Karena Dia-lah satu-satunya yang mencipta, yang memiliki sifat pencipta itulah yang pantas untuk disembah. Itulah yang berhak untuk disembah. Yang menguasai alam semesta itulah yang seharusnya disembah oleh alam semesta, yang mengatur seluruh alam semesta maka itulah yang berhak untuk disembah oleh seluruh alam semesta.

Kalau sudah tahu dan sudah menyadari bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah satu-satunya yang mencipta, memberikan rezeki, mengatur alam semesta, maka konsekuensinya adalah meng-Esa-kan Allah di dalam Uluhiyyah, meng-Esa-kan Allah di dalam ibadah, yaitu seluruh ibadah yang kita lakukan, berbagai macam ibadah yang kita lakukan baik do'a, shalat, berpuasa, bernadzar, mencintai, berharap, takut, maka ini semua harus kita serahkan kepada Allah.

Kita satukan semuanya kita tunggalkan semuanya, kita Esa-kan semuanya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tidak boleh ada sedikitpun, sekecil apapun dari ibadah tadi diserahkan kepada selain Allah. Kalau sampai diserahkan meskipun hanya sedikit kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka di sini sudah menduakan, berarti seakan-akan ada selain Allah yang berhak untuk disembah. Padahal kalau diteliti dia tidak mencipta, tidak mengatur alam semesta.

Kalau masih ada sesuatu yang disembah selain Allah, disembah oleh manusia maka sesembahan tersebut adalah sesembahan yang tidak berhak untuk disembah sebenarnya atau dinamakan dengan sesembahan yang bathil.

Makanya Syaikh disini mengatakan:

وكل معبود سواه باطل

Seluruh sesembahan selain Allah adalah bathil, meskipun diagung-agungkan oleh manusia.

Meskipun dia adalah seorang nabi, menyembah nabi Isa misalnya. Meskipun dia adalah seorang malaikat, menyembah malaikat Jibril misalnya.

Jelas yang disembah adalah selain Allah maka sesembahan-sesembahan tersebut adalah sesembahan yang bathil, yaitu sesembahan yang sebenarnya tidak berhak untuk disembah.

Bagaimana dia berhak untuk disembah?
Dia tidak mencipta, justru dia yang diciptakan.
Dia tidak mengatur, justru dia yang diatur.
Dia tidak memiliki, justru dia yang dimiliki.
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka di sana ada sesembahan yang memang berhak untuk disembah dan di sana ada sesembahan yang tidak berhak untuk disembah. Yaitu sesembahan yang bathil.

Allah Subhanahu wa Ta'alala mengatakan :

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَـٰطِلُ

“Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang hak (Dia-lah yang benar, Dia-lah yang berhak untuk disembah) dan apa yang disembah selain Allah, maka itulah sesembahan-sesembahan yang bathil. [QS Al-Hajj: 62]

Maka manusia yang menyembah kepada selain Allah berarti dia menyembah sesuatu yang bathil dan tidak berhak untuk disembah.

Seorang yang beriman kepada Allah tidak dinamakan beriman kepada Allah sampai dia meng-Esa-kan Allah di dalam ibadah.

نؤمن بألوهية الله تعالى: أي بأنه الإله الحق وكل معبود سواه باطل

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.