F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-43: Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Keenam dan Ketujuh

Transkrip Audio ke-43: Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Keenam dan Ketujuh - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-76
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 RABU 16 Dzulhijjah 1444 H / 05 Juli 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-43: Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Keenam dan Ketujuh


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

Kita sampai pada pembahasan: Doa-doa Istiftah.

6) Doa istiftah yang keenam, yaitu dengan membaca:

❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ ، وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ❳

/subhanakallahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka, wa ta’aalaa jadduka, wa laa ilaha ghairuka/
"Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Berkah akan nama-Mu, Maha Tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau semata-mata."
Kemudian menambahinya dengan:

❲ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ ❳ 3x

/Laa ilaaha illallah/
"Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah."

❲ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا ❳ 3x

/Allahu akbar kabiira/
"Allah Maha Agung lagi Maha Besar."
Ini doa istiftah yang keenam.

Transkrip Audio ke-43: Pembahasan Doa Istiftah ~ Macam Doa Istiftah Keenam dan Ketujuh - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi

7) Doa istiftah yang ketujuh:

❲ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ، وَالْحَمْدُ لِله كَثِيرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ❳

/Allahu akbar kabira, walhamdulillahi katsiira, wa subhaanallahi bukratan wa ashiilaa/
"Allah Maha Agung lagi Maha Besar, segala puji yang begitu banyak hanya milik Allah, Maha Suci Allah pada pagi hari dan sore hari."
Ini juga sangat singkat, namun ini juga mempunyai keutamaan khusus yang disebutkan oleh Rasulullah ﷺ, bahwa pernah salah seorang sahabat membuka shalatnya dengan doa istiftah ini dan Rasulullah ﷺ mengatakan kepadanya:

❲ عَجِبْتُ لَهَا! فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ ❳ .
"Saya kagum dengan doa tersebut karena langit-langit atau pintu-pintu langit dibuka untuknya."
Pintu-pintu langit dibuka ketika orang tersebut membaca doa istiftah ini.

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ، وَالْحَمْدُ لِله كَثِيرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ❳

/Allahu akbar kabira, walhamdulillahi katsiira, wa subhaanallahi bukratawwa ashiilaa/

Ini doa istiftah yang sangat ringkas dan keutamaannya sangat besar. Ada sebagian orang yang mengatakan hadits ini menunjukkan bahwa kita boleh melakukan bid'ah karena terlihat sahabat ini seperti membuat doa istiftah sendiri, dan Rasulullah ﷺ membolehkannya. Makanya Rasulullah heran ada pintu langit dibuka.

Orang tersebut mengatakan demikian. Ketika salah seorang sahabat dibolehkan oleh Rasulullah ﷺ membuat-buat doa istiftah sendiri, berarti boleh melakukan bid'ah, berarti sebagian bid'ah ada yang hasanah.

Ada juga berdalil dengan hadits lain, mengatakan: Di antara dalil adanya bid'ah hasanah adalah perbuatan sahabat Bilal. Ketika Rasulullah ﷺ bertanya kepadanya, "Wahai Bilal, aku tadi malam mendengar suara sandalmu di surga, apa yang engkau lakukan?" Kemudian sahabat Bilal mengatakan, "Tidaklah aku berwudhu, kecuali setelah itu aku shalat dua rakaat."

Dia mengatakan, berarti Rasulullah ﷺ tidak tahu ibadah yang dilakukan oleh Bilal ini. Berarti Bilal membuat-buat ibadah sendiri tapi Rasulullah tidak mengingkarinya. Berarti ini menunjukkan bahwa boleh melakukan ibadah-ibadah dengan kreasi sendiri sehingga ada bid'ah yang hasanah.

Ia juga mengatakan bahwa ada salah seorang sahabat yang setiap shalatnya menutup bacaan suratnya dengan

{ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ }

Kemudian diingkari oleh sahabat yang lainnya dan dilaporkan/diadukan kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian Rasulullah ﷺ mengatakan kepada orang yang mengadu ini, "Panggil dia dan tanya kenapa dia melakukan hal tersebut." Sahabat tersebut mengatakan, "Karena aku mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala." Dan di surat tersebut dari awal sampai akhir menjelaskan tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Surah Al-Ikhlas dari awal sampai akhir menjelaskan tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka Rasulullah ﷺ ketika itu mengatakan, "Katakan kepadanya bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mencintai dia." Dia mengatakan perbuatan ini adalah kebaikan, tidak diketahui oleh Nabi Muhammad ﷺ dan Beliau akhirnya menyetujuinya. Berarti menunjukkan bahwa boleh bagi kita berkreasi dalam ibadah, berarti ada bid'ah hasanah di sana.

Kemudian, membawakan banyak sekali atsar-atsar. Ini semuanya syubhat, dan setiap dalilnya bisa dijawab. Bisa dijawab dengan kaidah yang jelas, bahwa para sahabat itu mempunyai keistimewaan melebihi yang lainnya karena mereka hidup bersama Nabi kita Muhammad ﷺ.

Ketika mereka hidup bersama Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ ada kemungkinan menyetujuinya, ada kemungkinan mengingkarinya. Sehingga ketika ada ijtihad-ijtihad dari sebagian sahabat melakukan sesuatu yang mungkin tidak lazim ketika itu, bukan berarti semua yang dilakukan oleh mereka benar. Tapi kebenarannya menunggu persetujuan dari Nabi kita Muhammad ﷺ.

Makanya ada sebagian dari sahabat yang lain, mereka juga berijtihad untuk melakukan ibadah, tapi akhirnya dilarang oleh Nabi kita Muhammad ﷺ.

Ada yang berijtihad dengan tayamum. Tayamumnya bagaimana? Masuk ke pasir, semuanya dikenai pasir di dalam tubuhnya, semuanya, karena tidak tahu caranya/bagaimana caranya bertayamum untuk mensucikan dirinya dari hadats besar.
Akhirnya dia berijtihad sendiri dengan bertayamum dan bertayamumnya menjadikan pasir tersebut mengenai semua jasadnya, sebagaimana ketika mandi besar dia harus menjadikan air mengenai semua jasadnya. Diingkari oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Begitu pula tiga orang yang datang ke rumah Nabi Muhammad ﷺ. Yang satunya ingin shalat semalam suntuk, yang satunya ingin puasa selama-lamanya, yang satunya ingin fokus ibadah dan tidak mau menikah. Diingkari oleh Nabi Muhammad ﷺ ijtihadnya, dan mengatakan:

( فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي )
"Barang siapa yang benci kepada sunahku, kepada tuntunanku, maka dia bukan dari golonganku."
Diingkari oleh Nabi kita Muhammad ﷺ.

Ada seorang sahabat yang lain ingin fokus ibadah sehingga dia ingin menghilangkan syahwatnya dengan memotong zakarnya, "tabattul" namanya, agar tidak punya syahwat sehingga bisa fokus ibadah. Dilarang oleh Nabi kita Muhammad ﷺ.

Sehingga ijtihad dalam masalah ibadah ini adalah kekhususan para sahabat.
Kenapa menjadi kekhususan para sahabat?
Karena ketika itu masih ada Rasulullah ﷺ, sebagaimana meminta doa kepada Rasulullah. Ini kekhususan para sahabat ketika Rasulullah masih hidup.

Adapun kita sekarang, tidak memungkinkan hal tersebut.
Boleh tidak, seorang sahabat pergi ke Rasulullah untuk meminta doa? Boleh, karena Rasulullah masih hidup ketika itu.
Tapi kita sekarang tidak memungkinkan lagi untuk melakukan hal yang sama karena keadaannya memang lain.

Begitu pula ijtihad-ijtihadnya para sahabat tersebut, memang dibolehkan. Kenapa dibolehkan? Karena hal tersebut masih memungkinkan; karena adanya Rasulullah ﷺ di tengah-tengah mereka. Yang dengan Beliau, seseorang bisa tahu apakah amalannya benar ataukah amalannya salah karena persetujuan atau pengingkaran Nabi kita Muhammad ﷺ.

Sehingga jangan disamakan antara kita dengan para sahabat karena keadaan yang berbeda.
Syubhatnya seperti itu. Ini di antara syubhat yang mungkin kuat, dipandang kuat bagi sebagian orang untuk membolehkan bid'ah hasanah. Tapi sebenarnya syubhat ini syubhat yang lemah. Syubhat ini intinya menyamakan antara kita dengan sahabat Nabi Muhammad ﷺ.

Kemudian setelah itu, kalau sahabat Rasulullah boleh melakukan ijtihad-ijtihad yang demikian, berarti kita juga boleh melakukan ijtihad-ijtihad yang demikian.
Kita katakan, ada perbedaan yang sangat mendasar. Kalau para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, mereka ada Rasulullah ﷺ yang bisa membenarkan dan menyalahkan mereka; sedangkan kita tidak demikian, tidak ada Rasulullah ﷺ.

Dan Rasulullah sudah memberikan kaidah kepada kita dengan kaidah yang sangat umum:

( وَإِيَاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ )
"Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru dalam agama."
Dalam hadits yang lain Rasulullah ﷺ bersabda:

( مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ )
"Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan kami, maka amalan tersebut ditolak."
Mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُ

═════ ∴ |GiS| ∴ ═════
0

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.