📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-50
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SELASA, 03 Dzulqo'dah 1444 H /23 Mei 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-22: Pembahasan Berdiri dan Duduk dalam Shalat Malam
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).
Baiklah, kita lanjutkan kajian kita.
Syaikh Albani rahimahullah mengatakan:
[ الْقِيَامُ وَالْقُعُوْدُ فِيْ صَلَاةِ اللَّيْلِ ]
"Berdiri dan Duduk di Shalat Malam"
وَ ❲ كَانَ ﷺ يُصَلِّى لَيْلًا طَوِيْلًا قَائِمًا، وَلَيْلًا طَوِيْلًا قَاعِدًا، وَكَانَ إِذَا قَرَأَ قَائِمًا رَكَعَ قَائِمًا، وَإِذَا قَرَأَ قَاعِدًا رَكَعَ قَاعِدًا ❳ .
"Nabi ﷺ biasa shalat malam dalam waktu yang lama dengan cara berdiri. Beliau juga dahulu pernah shalat malam dalam waktu yang lama dengan cara duduk. Jika Beliau membaca surat dengan berdiri, maka Beliau rukuk juga dengan berdiri. Dan jika membaca sambil duduk (membaca Al-Qur’an sambil duduk ketika shalat) maka Beliaupun rukuk sambil duduk."
Ini contoh yang diberikan oleh Nabi Muhammad ﷺ, dan contoh ini menjelaskan tentang shalat sehingga kita harus meniru Beliau dalam keadaan seperti ini.
Kalau kita ketika membaca Al-Qur’an; membaca Al-Fatihah, membaca surat setelahnya dalam keadaan berdiri, maka kita rukuknya dalam keadaan berdiri. Kalau membaca Al-Qur’annya, baik Al-Fatihah maupun suratnya (surat yang dibaca setelahnya) dalam keadaan duduk, maka kita rukuknya sebagaimana rukuknya orang yang duduk.
وَ ❲ كَانَ يُصَلِّى جَالِسًا فَيَقْرَأُ وَهُوَ جَالِسٌ، فَإِذَا بَقِيَ مِنْ قِرَاءَتِهِ قَدْرُ مَا يَكُوْنُ ثَلَاثِيْنَ أَوْ أَرْبَعِيْنَ اٰيَةً ؛ قَامَ فَقَرَأَهَا وَهُوَ قَائِمٌ ، ثُمَّ رَكَعَ وَسَجَدَ ، ثُمَّ يَصْنَعُ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ذٰلِكَ ❳ .
"Dalam shalat sunah (shalat malam), Beliau terkadang shalat sambil duduk. Lalu membaca ayat atau surat juga sambil duduk. Lalu apabila yang masih tersisa dari bacaan Beliau sekadar 30 atau 40 ayat, Beliau bangun lalu meneruskan membacanya sambil berdiri, kemudian rukuk dan sujud. Kemudian Beliau melakukan hal yang sama pada raka’at yang kedua."
Karena dulu memang shalatnya Rasulullah ﷺ itu sangat lama sekali. Satu rakaat kadang membaca Al-Baqarah, 48 halaman, hampir dua juz setengah dalam satu rakaat. Ini lama.
Kadang Rasulullah ﷺ melakukan cara yang kedua ini. Jadi, awal shalatnya Beliau duduk, kemudian membaca Al-Fatihah, kemudian membaca surat dalam waktu yang lama. Kemudian ketika hampir selesai kurang 30 atau 40 ayat, Beliau berdiri. Beliau berdiri sampai menyelesaikan apa yang ingin Beliau selesaikan dari suratnya. Kemudian setelah itu rukuk dalam keadaan berdiri. Demikian dilakukan oleh Beliau. Pada rakaat kedua juga demikian, pada rakaat-rakaat setelahnya, dan ini dibolehkan.
وَإِنَّمَا ❲ صَلَّى السُّبْحَةَ قَاعِدًا فِيْ اٰخِرِ حَيَاتِهِ لَمَّا أَسَنَّ ، وَذٰلِكَ قَبْلَ وَفَاتِهِ بِعَامٍ ❳ .
"Hanya saja Beliau shalat sunah sambil duduk tersebut di akhir hayat Beliau (ketika sudah mulai menua), dan itu setahun sebelum wafatnya Beliau."
Setahun sebelum wafatnya Beliau, Beliau melakukan hal ini, karena memang keadaan Beliau yang sudah lemah.
وَ ❲ كَانَ يَجْلِسُ مُتَرَابِّعًا ❳ .
"Dan Beliau dahulu duduknya dalam keadaan bersila."
Ketika orang tidak mampu untuk berdiri, maka dia duduk dalam keadaan bersila. Kalau duduk dalam keadaan bersila susah, maka duduk sesuai dengan kemampuannya. Kalau misalnya dia bisa duduk dalam keadaan setengah bersila, maka itu yang dia lakukan.
Bagaimana setengah bersila ini?
Setengah bersila maksudnya, yang satunya ditekuk, kaki yang lainnya tidak mampu untuk ditekuk, misalnya di arahkan ke depan. Ada orang-orang yang demikian. Dia tidak mampu untuk menekuk kaki yang satu. Kalau dua-dua kakinya tidak bisa ditekuk semuanya, maka sudah, semampunya dia. Semampunya dia melakukannya.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
═════ ∴ |GiS| ∴ ═════
Post a Comment