F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-10 - Tujuan dan Manfaat Pernikahan Bagian Pertama

Tujuan dan Manfaat Pernikahan (Bagian Pertama)
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM'AT | 28 Rabi'ul Akhir 1443H | 03 Desember 2021M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-010
https://drive.google.com/file/d/1-s-Bd_04tGgJSj_Q6jz4IZJSmPjH1o4N/view?usp=sharing

Tujuan dan Manfaat Pernikahan Bagian Pertama


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه ومن والاه أمام بعد


Kaum muslimin anggota grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kembali saya hadir ke tengah ruang Anda, untuk bersama-sama menata kembali rumah tangga kita, agar rumah tangga kita betul-betul menjadi بيتي جنتي (rumahku adalah surgaku).

Sebelum Anda menikah atau kalaupun Anda telah menikah tidak ada salahnya untuk Anda duduk sesaat termenung, bertanya kembali, “untuk apa kita menikah?

Jangan-jangan kita itu menikah hanya karena tuntutan trend, hanya karena merasa sudah tua, hanya karena merasa menuruti hawa nafsu saja, atau mungkin karena didesak-desak oleh orang tua agar kita segera menikah dan menghadirkan cucu untuk orang tua kita.

Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ

Ada tiga golongan manusia yang pasti Allāh akan menolong mereka, satu dari ketiga golongan tersebut adalah,

النَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ العَفَافَ

Orang yang menikah karena dia merasa sadar terancam, bahwa dia dalam bahaya, bisa jadi terjerumus dalam dosa maksiat atau perzinahan, agar dia selamat dari perzinahan, punya benteng yang membentengi dia dari perbuatan nista maka dia menikah. Karena niat dia adalah luhur. Allāh berjanji Allāh pasti tolong mereka.

Seperti apa pertolongan Allāh? mungkin Anda akan bertanya, seperti apa wujud konkretnya Allāh itu akan menolong saya. Allāh gambarkan dalam Al-Quran,

إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ

[QS An-Nur: 32]

Kalau mereka anak-anak muda yang menikah itu di saat mereka menikah,

يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ

Mereka dalam kondisi miskin, dalam kondisi kekurangan.

يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ

Allāh memberikan kecukupan mereka dari kemurahanNya, Allāh akan mudahkan, Allāh akan bukakan pintu kecukupan untuk mereka.

Dan secara de facto, bukti telah banyak orang-orang yang semula ketika mereka bujang, alih-alih mereka mendapatkan kecukupan, mereka selalu merasa kekurangan, tetapi subhanallah setelah mereka menikah Allāh berikan kemudahan. Allāh lancarkan rezekinya.

Banyak anak-anak muda yang berkata, "untuk biaya hidup sendiri saja susah, bagaimana harus menafkahi istri". Inilah sebuah slogan dan ini adalah ucapan yang tidak tepat, tidak mencerminkan akan iman.

Apakah Anda menjamin rezeki istri Anda, apakah rezeki Anda itu diambil, direnggut istri Anda, tidak! Istri Anda Allāh ciptakan terlahir ke dunia ini dengan membawa jatah rezeki, Anda pun terlahir ke dunia dengan membawa jatah rezeki. Tidak saling mengambil, tidak saling mengurangi.

Namun ketika Anda menyatukan tekad dengan seorang wanita, menyatukan tekad dengan seorang pria untuk menjalin suatu ikatan suci yaitu pernikahan, sucinya niat Anda yang menikah dalam rangka membentengi diri dari perbuatan maksiat diapresiasi oleh Allāh Subhanahu wa taala dengan sebuah janji,

إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ

Kalau mereka miskin akan Allāh berikan kecukupan kepada mereka.

Karenanya, pada kesempatan ini saya mengajak Anda untuk kembali memetakan, menjawab pertanyaan yang sangat principal (sangat mendasar) dalam kehidupan rumah tangga setiap muslim, “untuk apa kita menikah?

Para ahli fiqih, para ulama, telah menjelaskan bahwa pernikahan itu memiliki visi (tujuan) yang sangat mulia dan banyak, bukan hanya satu. Yang terbesar adalah menjalankan perintah Allāh, menjalankan syariat Allāh, menjalankan kepatuhan kepada Allāh, karena Allāh menciptakan dunia ini bukan untuk dipandangi, bukan untuk kemudian disia-siakan dunia ini, Allāh percayakan kepada Anda. Allāh ciptakan semua yang ada yang ada di dunia ini, untuk apa?

Untuk Anda makmurkan, untuk Anda nikmati, untuk Anda manfaatkan, agar apa? Agar Anda bisa menjalankan perintah, menegakkan ibadah kepada Allāh, agar Anda memiliki anak keturunan, yang mereka semua nanti akan menegakkan ketaatan kepada Allāh, memakmurkan, mengisi dunia ini, dengan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh yang memerintahkan Anda untuk menikah,

فَٱنكِحُوا۟ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَـٰثَ وَرُبَـٰعَ
“Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang kalian suka, yang kalian senangi dua, tiga, atau empat.”
Atau kalau-kalau tidak mampu,

فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا۟

“Kalau kalian khawatir tidak mampu berbuat adil.”

Maka

فَوَٰحِدَةً

“Maka nikahilah satu orang wanita.” [QS An-Nisa: 3]

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, suatu hari tersentak dengan sikap sebagian sahabat yang salah persepsi tentang ibadah. Mereka mengira bahwa ibadah itu kontra produktif (bertentangan) dengan pernikahan, kenapa?

Pernikahan itu adalah melampiaskan nafsu, berfoya-foya, bersenang-senang, sedangkan ibadah itu konsentrasi, bermunajat kepada Allāh, subhanallah.

Sehingga mereka apa yang mereka lakukan? mereka berikrar untuk tidak menikah, karena mereka menganggap dengan menikah itu menjadikan kita jauh dari ibadah.

Padahal faktanya tidak demikian, justru dengan menikah kita semakin dekat dengan ibadah. Karena ibadah itu bukan hanya shalat, bukan hanya puasa tetapi menikahpun itu adalah bentuk dari ibadah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

“Dan ketika kalian melampiaskan nafsu birahi dengan menggauli istrimu, maka kamu akan mendapatkan pahala sedekah.”

Para sahabat heran dan bertanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ

“Ya Rasulullah apakah kita melampiaskan syahwat (nafsu) kita kemudian kita mendapatkan pahala.”

Ini suatu yang menakjubkan, suatu yang aneh. Nabi memberikan satu gambaran

أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا

“Allāh menciptakan kalian sebagai manusia yang normal, lelaki ataupun wanita diciptakan dalam kondisi punya nafsu.”

Coba pikirkan kalau dilampiaskan nafsunya di tempat atau dengan cara yang haram bukankah dia dapat dosa,

فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ

“Demikian pula kalau dia melampiaskan nafsu itu dengan cara yang halal, kenapa dapat pahala.” [HR Muslim No. 1006]

Iya, melampiaskan nafsu dengan cara yang halal itu adalah bentuk dari pengakuan bahwa Anda manusia.

Anda punya hajat, punya kebutuhan dengan Anda melampiaskan nafsu, itu Anda mengaku bahwa Anda hamba dan bukan Tuhan. Anda butuh, Anda punya hasrat, sehebat apapun Anda, sekuat apapun, Anda butuh pada kehadiran partner, yaitu seorang wanita yang lemah yang akan menyempurnakan hidup Anda, yang akan menjadikan hidup Anda berarti, yang menjadikan hidup Anda bermakna.

Secerdas apapun, sekuat apapun, sepandai apapun, sekaya apapun Anda, hidup Anda akan menjadi hampa tidak ada artinya. Hidup Anda akan menjadi gersang tidak ada rasanya, ketika Anda tidak menikah. Harta Anda sia-sia, kecerdasan Anda sia-sia, kekuatan Anda tidak ada artinya, tetapi dengan Anda menikah Anda merasakan dunia ini terasa indah.

Kekayaan Anda memiliki arti, ketampanan akan ada artinya, keperkasaan Anda ada rasanya, dengan menikah. Sehingga itu akan semakin menghantarkan Anda bahwa ternyata Anda makhluk yang lemah, walaupun Anda punya, Anda tidak akan bisa merasakan. Anda memiliki, tapi Anda tidak bisa menikmatinya kecuali dengan hadirnya partner yaitu istri.

Anda tidak akan bisa merasakan betapa bahagianya seorang suami yang memberikan nafkah istrinya, memberikan kecukupan kepada istrinya, sampai Anda menikah.

Dan ketahuilah salah satu surat yang istimewa, bahkan dikatakan oleh Nabi sebagai sepertiga Al-Quran adalah ayat atau surat yang menggambarkan, menceritakan akan fakta ini,

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

“Katakan Muhammad bahwa Allāh itu Maha Esa.”

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

“Allāh tidak pernah beranak dan Allāh tidak pernah diperanakkan.”

Anda menikah agar Anda bisa menyadari fakta ini, siapapun Anda, Anda adalah anak manusia lain, anak wanita lain, anak lelaki lain. Dan siapapun Anda, Anda memiliki anak dan butuh kepada kehadiran anak.

Dulu Anda butuh kepada orang tua Anda, tanpa mereka Anda binasa, tidak mungkin hadir di dunia ini, sehingga jangan pernah mengaku sebagai Tuhan, karena pada suatu saat Anda tidak pernah ada di dunia ini.

Anda pada suatu periode,

لَمْ يَكُنْ شَيْـًٔا مَّذْكُوْرًا

Tidak pernah tersebut tidak pernah ada dan setelah Anda, jangan sombong, jangan lupa bahwa Anda kemarin tidak ada, hadir karena hubungan lelaki dan wanita.

Dan kemudian setelah Anda dewasa menginjak umur secara alami, secara natural, jiwa Anda bersuara, jiwa Anda menjerit untuk apa?

Butuh kepada kehadiran seorang anak untuk menjadikan Anda merasa sebagai manusia yang sempurna, lelaki yang sempurna, wanita yang sempurna. Apalah artinya laki-laki ketika dia tidak bisa melahirkan seorang anak, apalah arti seorang wanita ketika dia tidak bisa hamil dan menghadirkan seorang anak. Semua orang menyadari ini, sehingga dengan lahirnya anak, dengan proses pernikahan, Anda betul-betul akhirnya sampai pada satu titik, bahwa Anda bukan Tuhan.

Tetapi Anda adalah hamba Allāh, sehingga ketika Anda mengingat orang tua Anda, Anda akan teringat saya terlahir dari lelaki dan wanita, berarti saya bukan Tuhan. Dan saatnya nanti Anda melahirkan seorang anak berarti Anda bukan Tuhan, karena Tuhan itu

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Sebagaimana Anda dalam rumah tangga, bisa jadi Anda bukan satu-satunya anak, tetapi Anda punya saudara. Di kampung itu Anda juga bukan satu-satunya anak, banyak teman sejawat Anda seumuran dengan Anda, sebaya dengan Anda yang membuktikan bahwa Anda bukan Tuhan, karena apapun yang bisa Anda lakukan, bisa dilakukan oleh teman-teman Anda

Sehingga pernikahan ini manfaat terbesarnya adalah membuktikan, mengantarkan Anda untuk mengakui bahwa Anda hamba bukanlah Tuhan.

Fir'aun lakanatullah alaih lupa akan hal ini, keberhasilan, kekayaan, kekuasaan dia, menjadikan dia lupa daratan, sehingga dia mengatakan,

أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى

“Aku adalah Tuhan kalian yang paling perkasa, paling berkuasa.” [QS An Nazi’at: 24]

Tetapi, Subhanallah dia tidak bisa mendustakan, Allāh buktikan kepada Fir’aun,

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

“Bahwa Tuhan itu tidak pernah diperanakkan dan juga tidak pernah beranak.”

Fir'aun lupa sejarah boleh, bisa jadi lupa sejarah bahwa dia adalah anak, dia terlahir melalui proses kelahiran, tetapi seperkasa apapun, se-digjaya apapun seorang dia tidak bisa melawan hati nurani, bahwa dia rindu untuk bisa menimang seorang anak.

Dia seorang manusia biasa. Seperti apapun sombongnya, hati nuraninya akan berkata, kehadiran seorang anak yang dia cium, yang dia timang, yang dia goda, itu adalah salah satu kunci kebahagiaan hidup di dunia.

Maka Allāh jadikan Fir'aun mandul (tidak punya anak keturunan) sehingga akhirnya dia tergoda untuk mengangkat anak, maka diambil Nabi Musa Alaihissalam yang oleh orang tuanya telah diletakkan dalam sebuah peti dan kemudian dihanjutkan ke sungai Nil.

Kemudian diambil oleh Fir'aun secara sembunyi-sembunyi, dia mengira tidak ada yang mengetahui, dia rawat, dia ingin melampiaskan sebagian dari nalurinya sebagai manusia biasa, menimang anak. Subhanallah

Sehingga kehadiran pernikahan itu salah satu manfaatnya adalah untuk membuktikan bahwa Anda manusia, bukan Tuhan, karena Tuhan itu,

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Karena itu ketika Anda ingat orang tua Anda, ingatlah bahwa Allāh.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Ketika Anda ingat kepada anak Anda, katakan bahwa Allāh itu tidak Pernah lahir dan tidak melahirkan.

Ketika Anda rindu kepada istri Anda, naluri sebagai seorang laki-laki atau naluri sebagai seorang wanita ingin disayangi, ingin dilindungi, ada rindu kepada pasangan Anda, maka itu adalah satu petir yang menyambar nalar Anda agar Anda sadar bahwa Anda bukanlah Tuhan.

Yang namanya Tuhan itu,

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Allāh tidak punya partner, Allāh tidak punya pesaing, Allāh tidak punya pasangan, Subhanallah. Tidak ada yang bisa menyaingi Allāh Subhanahu wa taala.


والله تعالى أعلم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.