🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 28 Jumadal Ula 1445 H | 12 Desember 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-17
📖 Bab Istinja’ dan Adab Buang Air (Bag. 1)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.
In sya Allāh pada kesempatan kali ini kita akan pelajari bersama pasal tentang istinja'.
Penulis rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
فَصْلٌ فِي الإِسْتِنْجَاء
Pasal tentang istinja’.
Istinja' adalah membersihkan kotoran yang terjadi saat kita buang hajat. Berasal dari kata bahasa arab najā (نجا) artinya adalah memutus, seolah-olah kita ingin memutuskan kotoran dari badan kita. Kita ingin melepaskan qubul dan dubur kita dari kotoran yang keluar saat kita buang hajat. Hal ini disebut sebagai istinja'.
Beliau rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
وَالاِسْتِنْجَاءُ وَاجِبٌ مِنَ الْبَولِ وَالغَائِطِ
Istinja’ itu wajib dari air kencing dan tinja. Istinja' adalah wajib. Dan kita diwajibkan untuk membersihkan diri dari air kencing saat kita buang air kecil dan juga dari tinja saat kita buang air besar.
Saat kita membuang hajat ini kadang-kadang ada tetesan air kencing yang ada di sekitar tempat keluar kencing dan juga kadang-kadang ada sisa tinja yang masih menempel di sekitar tempat keluar tinja. Keduanya adalah najis dengan kesepakatan para ulama. Maka wajib bagi kita untuk menyucikan diri dari kotoran ini. Wajib bagi kita untuk membersihkan diri dari najis ini.
Dan kita mengetahui bahwasanya salah satu bentuk thaharah atau bersuci adalah
إِزَالَةُ النَّجَاسَةِ
Membersihkan diri dari najis.
Kapan ada najis di badan atau di pakaian atau tempat kita, maka kita harus membersihkan diri dari najis itu.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam melewati sebuah kuburan. Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ
Penghuni dua kuburan ini sedang diadzab oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ
Dan keduanya tidaklah diadzab karena sesuatu yang sulit untuk dihindari. Keduanya mudah untuk dihindari namun keduanya tidak menghindarinya.
Beliau mengatakan,
أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَنْزِهُ مِنَ الْبَوْلِ
Salah satu dari keduanya dahulu tidak membersihkan diri dari air kencing,
وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ
Sedangkan orang yang kedua dahulu dia biasa untuk mengadu domba.(Muttaqun ‘alaih)
Hal ini menunjukkan bahwasanya kedua perbuatan ini, yaitu tidak membersihkan diri dari najis khususnya air kencing saat kita buang hajat dan juga mengadu domba di antara umat manusia adalah dosa besar.
Karenanya istinja’ adalah wajib karena hadits ini dan juga karena najis harus dibersihkan. Dan kita diperintahkan untuk membersihkan kotoran yang tersisa atau yang ada karena buang hajat berupa kencing dan buang air besar.
Adapun kentut, maka kita tidak punya kewajiban untuk membersihkan diri darinya. Bahkan kita tidak diperintahkan untuk membersihkan diri darinya. Karena kentut menurut para ulama bukanlah najis dia suci dan dia juga tidak membawa sesuatu yang najis.
Karenanya di sini penulis menyebutkan istinja’ itu wajib dari air kencing dan tinja. Jadi kentut, tidak.
Demikian.
والله تعالى أعلم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه وسلم
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment