F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-439: Bab 40 ~ Pembahasan Surah Luqman Ayat 14

Audio ke-439: Bab 40 ~ Pembahasan Surah Luqman Ayat 14
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-702
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 KAMIS, 23 Rajab 1446 H / 23 Januari 2025 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/1RSATD3Bcofr-MWIDPIeloe62Iubz-VGY/view?usp=sharing

Audio ke-439: Bab 40 Berbakti kepada Kedua Orang Tua dan Menjaga Tali Silaturahim ~ Pembahasan Surah Luqman Ayat 14


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِلِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita lanjutkan kajian kita.

{ وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ ۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُ ۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ ۞ وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ ۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ۞ }

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Luqman: 14-15)

Subhanallah, Jamaah.
Ini wasiat Allah 'Azza wa Jalla kepada manusia lagi.

Allah mengatakan,

{ وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ }

"Kami wasiatkan kepada insan"

{ بِوَٰلِدَيْهِ }

"agar berbuat baik kepada orang tua."

Ini wasiat Allah, jaga tuh orang tuamu. Dua-duanya dijaga!

Lalu Allah menyebutkan secara khusus ibu.

{ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ }

Ibunya yang hamil. Bukan bapaknya.

Makanya kalau ada bapak yang merasa, Kok kajian terus berbuat baik sama ibu, berbuat baik sama ibu?!
Sebenarnya ketika menyebutkan berbuat baik kepada ibu, itu sang penceramah menyebutkan berbuat baik kepada orang tua. Kemudian dikhususkan karena Allah mengkhususkan.

Allah mengatakan,

{ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ }

"Ibunya mengandung dia dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah."

Lemah, tambah lemah lagi. Proses kehamilan itu, Jamaah, subhanallah. Dimulai dengan kebahagiaan, diakhiri dengan kebahagiaan. Ketika sang ibu tahu dia positif hamil, ya Allah bahagianya, semua orang dikasih tahu.

Tapi ternyata kebahagiaan itu harus melewati perjuangan. Anaknya umur sebulan, umur dua bulan, tiga bulan, empat bulan, mulai muntah-muntah ibunya, mulai sakit punggungnya. Lima bulan, enam bulan, tujuh bulan, bertambah bobot yang ada di perut.

Ana kadang kala melihat orang kalau lagi hamil jalannya susah, perutnya begitu besarnya. Ada siapa di dalam perut ibu itu? Ada engkau. Engkau pernah ada di sana selama sembilan bulan. Ke kamar mandi dibawa, engkau dibawa, tidur dibawa, makan dibawa. Ke mana pun pergi, nyapu engkau dibawa, ngepel engkau ada di perut ibumu. Enggak pernah ibunya capek, narok, gitu ya. Kadang kala, Ya Allah.. capek ya Allah, ana tarok dulu ya, ana mau ngepel, enggak ada! Sembilan bulan dia lakukan itu.

Maka Allah sebutkan,

{ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ ۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ }

Kemudian lahiran, Allah langsung sebutkan,

{ وَفِصَٰلُهُ }

Menyapihnya setelah lahir.

Proses kelahiran itu, subhanallah. Bagaimana sang ibu ketika berangkat ke bidan, dikasih tahu baru bukaan dua, baru bukaan tiga, bukaan empat. Ya Allah.. kapan ya Allah jadi bukaan sembilan, anak itu cepat keluar? Subhanallah, sang anak kemudian ditunggu kelahirannya. Lahir, sakit...!

Ana enggak pernah merasakan, karena kita laki-laki. Tapi kita dapat melihat bagaimana raut wajah dia kesakitan. Lahir. Selesai urusannya, ibu kita sama kita belum selesai. Lahiran sang bapak bayar, ya tetap ada peran bapak. Dia bayar, semua urusannya selesai, dibawa pulang sama bapaknya ke rumah. Sang ibu, bapaknya berangkat kerja, ibunya ada mainan sekarang di rumah. Sedikit-sedikit dia nyapu, ada yang nangis, dia bawa, dia gendong, dia susui. Berapa lama? Dua tahun.

Lalu Allah mengatakan,

{ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ }

"Agar engkau bersyukur kepada-Ku (kata Allah) dan kepada kedua orang tuamu."

Ini ada dua amalan yang harus bergabung, baru diterima sama Allah 'Azza wa Jalla. Kalau engkau hanya bersyukur kepada Allah, engkau enggak bersyukur kepada orang tuamu,

❲ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ ❳

"Enggak masuk surga orang yang durhaka sama orang tuanya."

Engkau tauhidnya benar, hubungan sama Allah baik, tapi sama orang tua buruk, enggak berbakti sama orang tuanya, enggak akan Allah terima!

Allah gabungkan perintah mentauhidkan Allah dan perintah untuk berbakti kepada orang tua di banyak ayat. Salah satunya di sini.

{ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ }

"Engkau, kepada Aku akan kembali."

Kemudian di ayat selanjutnya Allah katakan,

{ وَإِن جَٰهَدَاكَ }

"Ketika orang tua memaksa anak untuk melakukan kesyirikan, melakukan kemaksiatan,"

{ فَلَا تُطِعْهُمَا }

"enggak boleh taat."

Tapi apa berarti kita enggak berbakti sama orang tua yang kafir, yang musyrik, yang memerintahkan anaknya untuk melakukan dosa?

Allah tetap mengatakan,

{ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا }

"Hendaklah engkau mendampingi keduanya dalam kehidupan dunia ini dengan cara yang baik."

Allah tahu engkau berbakti sama orang tuamu. Akan dicatat. Jangan berpikir kalau berbakti kepada orang tua yang kafir enggak ada pahalanya. Tetap pahalanya ada. Allah tahu kesabaranmu. Sabar.

Subhanallah, Jamaah.
Ada anak-anak yang memang capek menghadapi orang tuanya; disuruh berbuat maksiat sama orang tuanya. Orang tuanya masih suka ke dukun, masih suka ke tempat-tempat maksiat, sang anak sabar. Dicaci maki sama orang tuanya, dikatakan, Kamu anak durhaka, kamu enggak nurut sama orang tua, enggak ada gunanya!
Padahal anaknya tetap berbakti sama orang tuanya. Cuma dalam konteks kemaksiatan, sang anak angkat tangan.

Ana dikatakan durhaka. Ibu ana mencaci maki ana, melaknat ana, mengutuk ana.
Enggak ada masalah! Asalkan engkau berbakti kepada orang tuamu dan tetap mentauhidkan Allah 'Azza wa Jalla. Urusan maksiat sama Allah, engkau enggak boleh nurut.

Disebutkan salah satu sebab turunnya ayat ini atau cerita yang berhubungan dengan ayat ini. Sahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Malik, Sa'ad bin Abi Waqash, dia ini dikenal anak yang sangat berbakti sama ibunya. Satu kota Mekah tahu itu Sa'ad bin Malik.

Ketika Sa'ad memilih untuk masuk Islam, maka mau tidak mau akan ada gap sama ibunya. Akhirnya sang ibu memanggil Sa'ad. Dia mengatakan kepada Sa'ad, Sa'ad, engkau tahu, aku tidak akan makan, mogok makan, sampai engkau meninggalkan Muhammad. Sehingga engkau nanti akan dicela oleh orang-orang sebagai pembunuh ibunya.
Nih, pembunuh ibunya sendiri!

Akhirnya betul, sang ibu mogok makan. Sampai keluarganya Sa'ad ini, ketika ibunya enggak mau makan (kalau sekarang mungkin bisa diinfus, dikasih apa), itu dipaksa ibunya untuk makan. Sehingga kondisinya semakin hari semakin lemah, sampai drop ibunya karena enggak mau makan.

Sa'ad sudah berusaha membujuk ibunya, minta kepada ibunya untuk makan, mohon kepada ibunya untuk menerima agama ini. Teruus, dibujuk. Tapi pada akhirnya, ibunya tetap mogok makan. Sa'ad dikatakan durhaka sama ibunya karena enggak nurut sama ibunya.

Akhirnya Sa'ad mengatakan kepada ibunya,

يَا أُمَّاهَ

Wahai Ibunda

لَوْ أَنَّ لَكِ مِائَةَ نَفْسٍِ

Wahai Bunda, kalau engkau memiliki seratus nyawa

فَخَرَجَتْ نَفْسٌ بَعْدَ نَفْسٍ

kemudian nyawamu, ruhmu itu keluar satu persatu

Ibunya mati, kemudian hidup lagi, mati, hidup lagi, sampai ada seratus nyawa. Engkau punya seratus nyawa dan nyawamu satu persatu keluar.

مَا تَرَكْتُ دِيْنَ مُحَمَّدٍ ﷺ

aku tidak akan tinggalkan agama Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Sudah, Ibunda.

كُلِيْ أَوْدَعِيْ

Engkau tahu bagaimana sikapku. Silakan engkau mau makan atau engkau tetap mau mogok makan, terserah engkau.

Akhirnya ibunya makan.

Jadi berkaitan dengan ketaatan kepada orang tua, tetap anak wajib taat sama orang tuanya selama orang tuanya tidak memerintahkan kepada kemaksiatan.

Ahibbaty fillah.
Ini di dalam kitab Al-Adab Asy-Syar'iyah wa Minal Mar'iyaa, disebutkan tentang bagaimana berbakti sama orang tua.

Di sini dikatakan,

وَمِنَ الْوَاجِبِ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَإِنْ كَانَ فَاسِقاً

Dan termasuk perkara yang wajib adalah berbakti kepada kedua orang tua, walaupun keduanya orang fasik (bukan orang saleh; orang fasik)

وَطَاعَتُهُمَا فِيْ غَيْرِ مَعْصِيَةِ اللهِ

Dan taat kepada keduanya selama tidak maksiat sama Allah.

فَإِنْ كَانَ كَافِرَيْنِ فَلْيُصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا

Kalau keduanya kafir, maka hendaklah dia mendampingi kedua orang tuanya di dunia ini dengan cara yang baik.

وَلَا يُطِعْهُمَا فِيْ كُفْرٍ، وَلَا مَعْصِيَةِ اللهِ

Dan tidak mentaati keduanya dalam urusan kekafiran atau bermaksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Thayyib.
Kemudian disebutkan ucapan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu Ta'ala tentang seorang anak yang puasa (puasa sunah maksudnya), dan kedua orang tuanya melarang dia untuk puasa sunah.

Apa kata Imam Ahmad?

مَا يُعْجِبُنِيْ أَنْ يَصُوْمَ إِذَا نَهَيَاهُ، لَا أُحِبُّ أَنْ يَنْهَاهُ

Kata Imam Ahmad, Ya.. kalau dilarang sama orang tuanya, ya jangan puasa. Dilarang puasa sunah. Tapi aku enggak suka orang tua yang melarang anaknya untuk puasa sunah.

Kemudian di riwayat Abil Harits dikatakan, ini pertanyaan pada Imam Ahmad tentang seseorang yang puasa sunah. Dia sedang puasa sunah (anak puasa sunah), kemudian kedua orang tuanya atau salah satu dari kedua orang tuanya meminta dia berbuka.

Anaknya puasa sunah, ini anak datang ke rumah ayahnya. Datang, ayahnya lagi makan siang, umpamanya. Kemudian ayahnya ngomong, Nak, ayo Nak, makan Nak! Ini ibu lagi masak kesukaanmu ini. Gimana nih? Dia mengatakan, Aku puasa, Ayah, kata dia.
Ayolah, sekarang engkau makan ini. Ini sayang ibumu sudah masakkan untuk engkau.

Apa yang dilakukan anak?

قَالَ يُرْوَى عَنِ الْحَسَنَ : أَنَّهُ يُفْطِرُ

Diriwayatkan dari Hasan Basri, bahwasanya hendaklah dia berbuka.

Kemudian,

وَلَهُ أَجْرُ الْبِرِّ وَلَهُ أَجْرُ الصَّوْمِ إِذَا أَفْطَرَ

Dan dia akan dapat dua pahala. Pahala berbakti kepada orang tua dan pahala puasa, walaupun dia berbuka. Karena dia sudah niat dan dia sudah puasa.

Kemudian disebutkan di riwayat Yusuf Abi Musa,

إَذَا أَمَرَاهُ أَبَوَاهُ أَنْ لَا يُصَلِّيَ إِلَّا الْمَكْتُوْبَةِ

Bagaimana kalau ayahnya melarang anaknya untuk shalat, jangan shalat kecuali shalat wajib.

Bagaimana sekarang, ayahnya katakan, Kau jangan shalat kecuali shalat wajib!

Maka dikatakan,

يُدَارِهِمَا وَيُصَلِّيْ

Dia berusaha berbuat baik, dia merayu keduanya dan dia tetap shalat. Karena mungkin dia bisa shalat tanpa orang tuanya tahu dia sedang shalat.

Kemudian disebutkan juga,

قَالَ الشَّيْخُ تَقِيُ الدِّيْنِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى : فَفِي الصَّوْمِ كُرِهَ ابْتِدَاءُ فِيْهِ إِذَا نَهَاهُ

Dalam urusan puasa, makruh buat dia untuk memulai puasa kalau sudah dilarang. Jangan puasa, sudah. Dan dianjurkan dia untuk keluar dari puasa tersebut, untuk membatalkan puasanya, kalau diminta sama orang tua.

وَأَمَّا الصَّلَاةُ، فَقَالَ : يُدَارِيْهِمَا وَيُصَلِّيْ

Kalau shalat, enggak, dia tetap shalat sunah, karena masih bisa dia shalat sunah dan dia merayu kedua orang tuanya.

Kemudian, Jamaah.
Ini ada sesuatu yang menarik. Disebutkan di sini tentang berbakti sama orang tua. Ketika dia shalat sunah, kemudian dipanggil oleh orang tuanya, apakah dia putuskan shalat sunahnya? Na'am, ketika dipanggil sama orang tua.

Kisah Juraij yang kita tahu, dia sedang shalat sunah, dipanggil sama orang tuanya, Nak.. nak! Putuskan shalatnya, jumpai orang tuamu. Kecuali dengan kondisi orang tuanya insyaaAllah tahu kalau sedang shalat. Umpamanya dia mengatakan, Allahu Akbar, orang tuanya enggak marah, ya tetap engkau lanjutkan shalatmu. Tapi kalau engkau takut membuat orang tuamu marah, emosi, maka putus shalatmu, datang jumpai orang tuamu.

Di sini kemudian, Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang yang punya ayah. Ayahnya tinggal di rumah yang rumahnya itu dibentangkan karpet dari sutra, duduk di sana. Dia harus jumpai orang tuanya. Orang tuanya sedang duduk di rumah, di atas permadani dari sutra.

قَالَ : لَا يَدْخُلْ عَلَيْهِ

Kata Imam Ahmad, enggak. Kalau dia harus menginjak itu yang namanya permadani dari sutra, enggak!

Lalu yang bertanya mengatakan,

يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ، وَالِدُهُ، أَلَا يَدْخُلُ عَلَيْهِ؟

Bapaknya ini yang memanggil, masa enggak masuk?

قَالَ : يَلُفُّ الْبِسَابِ مِنْ تَحْتَ رِجْلَيْهِ

Kalau begitu, dia mau masuk, ok masuk! Tapi karpetnya digulung.. gulung.. gulung, sampai dia jumpai orang tuanya.

Subhanallah, Jamaah.
Tetap berbakti sama orang tuanya. Jadi ada orang tua mungkin yang memerintahkan kepada kemaksiatan, orang tuanya mungkin orang fasik, orang tuanya enggak baik, macam-macamlah, banyak pertanyaan, tetap berbakti sama orang tuanya. Bahkan, kebaktian yang indah ketika engkau dapat mendampingi kedua orang tuamu untuk akhirnya masuk Islam, kalau keduanya orang kafir.

Cerita Al-Auza'i yang tinggal di Lebanon sana. Ketika dia lagi kajian, tahu-tahu ada orang baru. Ditanya sama Al-Auza'i, Engkau dari mana, engkau?
Dari Tustar (suatu daerah di Iran sana), lalu daerahnya daerah Majusi.
Ditanya oleh Al-Auza'i, Orang tuamu masih hidup?
Ada ayahku, kata dia.
Muslim apa kafir?
Kata dia, Ayahku masih Majusi.
Apa kata Al-Auza'i,

قَالَ :

Engkau pulang sana!

Nasihat ini guru kepada muridnya. Baru datang muridnya, baru ngaji, sama gurunya disuruh pulang. Engkau pulang sana! Dengan harapan, mungkin orang tuamu dapat hidayah lewat tanganmu. Engkau pulanglah.

Di dalam surat Luqman disebutkan,

{ وَصَاحِبْهُمَا }

Dampingi, jadi sahabat engkau untuk keduanya.

{ فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا }

Akhirnya ini orang pulang. Pulang dia. Sampai ke kampungnya, orang tuanya sakit. Ini orang, sedang sakit orang tuanya, berusaha untuk mendampinginya, menemaninya.

Akhirnya dirawat sama ini anak. Sang ayah rupanya heran dengan pelayanan yang diberikan oleh anaknya, kebaktian anaknya. Jauh-jauh dia balik dari Lebanon untuk merawat kedua orang tuanya, mendampingi ayahnya. Setelah dirawat oleh sang anak, sang ayah kagum dengan agama anaknya, karena enggak biasa seperti ini.

Kita lihat agama-agama lain, bapaknya kadang kala dimasukkan ke panti jompo, selesai, dilupakan. Dan itu terjadi di beberapa negeri Islam, dengan orang-orang Islam.

Padahal diperintahkan,

{ وَصَاحِبْهُمَا }

Ini orang tuanya kafir, kita disuruh jadi sahabat keduanya, mendampingi keduanya, berada di sampingnya. Kok malah ditinggal orang tuanya?!

Ini anak dari Lebanon pulang, sang orang tua heran. Tanya tentang agama anaknya, dijelaskan lagi sama anaknya tentang Islam ini. Ayahnya masuk Islam.

[ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ]

Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar-rasuulullah

Dapat berapa hari, meninggal dunia ayahnya di atas Islam.

Kita lihat faedah belajar sama orang yang alim, berteman dengan orang yang alim. Dikasih nasihat pulang, berangkat ke Tustar. Sampai di sana ternyata benar apa yang dinasihatkan orang alim, orang tuanya masuk Islam dan meninggal dalam kondisi Islam.

Barakallahu fiik.
Jadi, berbakti sama orang tua, bab yang azhiim jiddan, Jamaah. Pintu surga yang paling indah adalah kedua orang tua kita.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.