F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-261: Bab 23 ~ Pembahasan Surah Ali Imran Ayat 110

Audio ke-261: Bab 23 ~ Pembahasan Surah Ali Imran Ayat 110
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-494
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 SENIN, 24 Rajab 1445 H / 05 Februari 2024 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/1lqt-jRBUd3YBjlrHQ8mRFCSWCBGhnUU-/view?usp=sharing

💽 Audio ke-261: Bab 23 Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran ~ Pembahasan Surah Ali Imran Ayat 110

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ


Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Thayyib. Ayat selanjutnya.

{ كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ }
"Kamu adalah orang yang terbaik dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Ali Imran: 110)
Na'am
Di sini Allah 'Azza wa Jalla berbincang tentang umat terbaik, umat Islam ini. Allah menyindir bagaimana kondisi Ahlul Kitab yang mereka menolak keimanan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ada sebagian yang masuk Islam. Dan Allah sebutkan tentang umat terbaik ini.
{ كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ }
Generasi terbaik, umat terbaik, yang dikeluarkan oleh manusia.
Apa yang dikerjakan oleh umatnya, sehingga mendapatkan predikat terbaik?

Allah sebutkan,
{ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ }
Karena kalian beramar ma'ruf. 
 
{ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ }
Karena kalian tidak diam ketika melihat kemungkaran terjadi.

Kaidah penting amar ma'ruf nahi mungkar

Ngomong-ngomong tentang ma'ruf dan mungkar, bagaimana kita tahu ini ma'ruf dan itu mungkar? Maka tatkala para ulama berbincang tentang kaidah-kaidah penting dalam amar ma'ruf nahi mungkar, mereka harus paham:

1. Syariat Islam itu menjadi tolak ukur ma'ruf dan mungkar.

Bukan tradisi, bukan budaya, bukan kebiasaan. Karena banyak di negeri kita kemungkaran-kemungkaran menurut syariat yang dianggap ma'ruf, sehingga muncul istilah kearifan lokal. Ini ma'ruf, lokal itu ma'ruf, di daerah ini ma'ruf.

Tapi sebagai seorang muslim, agama Islam ini agama yang universal. Allah mengatakan tentang Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam [ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ ] rahmatan lil'alamin. Kemudian Allah mengatakan tentang kitab-Nya [ تَنْزِيْلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ ] "diturunkan dari Rabbul ‘Alamin". Artinya, hukum-Nya untuk semua manusia.

Sehingga ketika kita ingin beramar ma'ruf nahi mungkar, lihat dulu! Makanya syaratnya orang yang hendak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar itu harus berilmu, agar dia tidak menyuruh kecuali kepada yang ma'ruf dan tidak mencegah kecuali yang mungkar. Kalau tidak, akan timbul masalah besar.

Ya kita lihatlah, orang tua yang mengingkari anaknya karena resign dari bank riba. Diingkari. Karena buat dia kerja di bank itu ma'ruf, enggak ada masalah selama ini. Sebagian orang tua kebingungan tatkala mendapati anaknya berjenggot, bahkan dia menyuruh anaknya untuk memotong jenggotnya. Kenapa? Karena dalam pandangan orang tuanya, jenggot ini mungkar. Dan namanya kemungkaran harus diubah, harus dihilangkan.

Maka terjadi bolak balik ini, karena orang tidak paham mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar. Maka kaidah yang pertama, tolak ukur/standar sesuatu itu dianggap ma'ruf dan sesuatu itu dikatakan mungkar adalah syariat Allah 'Azza wa Jalla.

2. Seorang yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, harus paham, harus mengerti dan harus berakhlak mulia.

Jangan sampai dia itu menyuruh kepada yang ma'ruf, tapi menimbulkan kemungkaran gara-gara salah cara.

3. Mengetahui syarat-syarat mengingkari kemungkaran.

Ada syaratnya: kemungkaran itu ada di tempat; kemungkaran itu tidak tersembunyi sehingga kita harus melompati tembok rumahnya, membongkar kamarnya, padahal belum tentu terjadi kemungkaran di sana.

Jadi, syarat-syarat mengingkari kemungkaran pun harus dipelajari, sehingga kita tidak salah.

4. Tahapan-tahapan mengingkari kemungkaran.

Ada tahapannya. Seorang yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar mau tidak mau dituntut untuk belajar.

5. Taqdimul aham 'alal muhim

Mendahulukan yang lebih penting daripada yang penting.

Ada dua hal yang penting, tapi kita mendahulukan mana yang lebih penting. Kita melihat saudara kita umpamanya, dia merokok dan dia tidak shalat. Mana yang seharusnya yang kita ikhtiar terlebih dahulu, rokoknya dia atau shalatnya dia?

Tentunya shalatnya dia. Karena shalat ini yang akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kalau shalatnya baik, InsyaaAllah kemungkaran yang dia lakukan bisa dia jauhi.

6. Melihat maslahat (kebaikan, -ed) dan mafsadah (keburukan, -ed).

Kapan kita mengingkari dan kapan diam.

Karena terkadang, mengingkari kemungkaran menimbulkan kemungkaran yang lebih dahsyat. (Ini) enggak boleh dalam agama. Sehingga dalam kondisi tertentu, membiarkan kemungkaran terjadi itu disyariatkan. Membiarkan kemungkaran, kalau ditakutkan bisa menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.

7. Tidak terburu-buru.

Kroscek diperlukan ketika kita hendak mengingkari kemungkaran. Tanya terlebih dahulu.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika melihat seorang sahabat masuk masjid dan kemudian dia langsung duduk, Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam tidak menyuruh dia ❬ !قُمْ ، صَالُّو ❭ Shalat, tahiyatul masjid! Nabi bertanya dulu, ❬ أصَلَّيۡتَ ؟ ❭ Apakah engkau sudah shalat?

Mungkin ketika Nabi ceramah, 'Alaihis-shalatu wassalam, Nabi tidak melihat dia ketika dia shalat. Maka Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam bertanya, Engkau shalat, enggak? Belum, katanya. ❬ !قُمْ ، فَصَلِّ ❭. Setelah tahu dia belum shalat, maka Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam baru memerintahkan kepada dia untuk shalat.

Jadi penting kita memahami kaidah-kaidah, syarat-syarat, tahapan-tahapan, sehingga tujuan kita beramar ma'ruf nahi mungkar mendapatkan hasil yang maksimal. Kalau tidak, bisa jadi kita berharap ma'ruf yang kita dapatkan, ternyata kemungkaran malah yang terjadi.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.