🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU| 27 Jumadal Ula 1444 H| 21 Desember 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-93
📖 Tidak Ada Pertentangan Di Dalam Al-Quran dan Sunnah Dan Di Antara Keduanya
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و اصحابه، ومن والاه
Anggota grup whatsup Dirasah Islamiyyah yang semoga dimuliakan oleh Allāh.
Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.
Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh. Beliau mengatakan:
ونعلم علم اليقين أنّ ما جاء في كتاب الله تعالى أو سُنَّة نبيِّه ـ صلى الله عليه وسلّم ـ فهو حق لا يناقض بعضه بعضًا
Dan kami yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mengetahui dengan seyakin-yakinnya bahwasanya apa yang datang di dalam Al-Qurān atau Sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka itu adalah benar, itu adalah hak. Kita yakini dengan zhahir dan bathin kita.
Apa yang datang dari Al-Qurān, di dalam Al-Qurān, hak, dan ada yang datang di dalam Sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah hak, semuanya adalah dari Allāh. Tidak saling bertentangan satu dengan yang lain, Tidak mungkin!
Tidak mungkin apa yang datang di dalam Al-Qur'ān bertentangan dengan apa yang ada di Al-Qur'ān yang lain, maksudnya dalam ayat yang lain. Satu ayat bertentangan dengan ayat yang lain mustahil. Atau ayat bertentangan dengan hadits yang shahih juga mustahil. Hadīts dengan hadīts shahīh yang lain bertentangan, ini juga mustahil.
لقول تعالى:
Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَـٰفًا كَثِيرًا
“Apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qurān? mencermati Al-Qur'ān, membaca Al-Qur'ān dari awal sampai akhir? Seandainya itu dari selain Allāh (dibuat oleh manusia), niscaya mereka akan mendapatkan di dalam Al-Qurān perselisihan yang banyak" [QS An-Nisaa: 82]
Karena manusia kurang ilmunya mungkin berbicara dengan sebuah pembicaraan dalam satu waktu kemudian berbicara di waktu yang lain dan berbeda isinya padahal sumbernya sama. Yang demikian karena keterbatasan ilmu kita.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dia-lah العليم, الخبير, اللطيف, apa yang datang dari Allāh, kalau itu memang benar datang dari Allāh tidak mungkin saling bertentangan satu dengan yang lain.
Silahkan mereka membaca Al-Qurān. Semuanya saling menguatkan satu dengan yang lain, saling menjelaskan satu dengan yang lain, menunjukkan bahwasanya itu dari Allāh. Ini keyakinan Ahlus Sunnah, tidak ada yang bertentangan kalau memang itu adalah dalil yang shahih.
ولأن التناقض في الأخبار يستلزم تكذيب بعضها بعضًا، وهذا محال في خبر الله تعالى ورسوله ـ صلى الله عليه وسلّم ـ
Dan karena adanya pertentangan di dalam berita-berita (kabar-kabar) ini melazimkan sebagian mendustakan sebagian yang lain.
Kalau misalnya di dalam Al-Qurān ada ayat yang mengatakan demikian, beritanya di dalam ayat tadi demikian, di dalam ayat lain beritanya demikian dan saling bertentangan satu dengan yang lain, maka ini mengharuskan sebagian mendustakan sebagian yang lain.
Jadi kalau terjadi tanāqudh (تناقض) pertentangan maka ini muhaal (محال) mustahil ada di dalam kabar Allāh dan juga Rasul-Nya. Tidak mungkin ada yang bertentangan di dalam kabar Allāh dan juga Rasul-Nya, tetapi dengan syarat seperti yang tadi kita sebutkan semuanya harus shahih.
Kalau misalnya di sana ada pertentangan antara ayat dengan hadits yang dhaif maka ini sesuatu yang biasa. Namanya juga hadits dhaif, mungkin karena lemahnya perawi atau antara ayat dengan hadits yang maudhu, maka lumrah yang demikian, karena memang itu buatan manusia bukan dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, bukan wahyu.
Yang kita bicarakan di sini adalah pertentangan antara ayat dengan ayat atau antara ayat dengan hadits yang shahih, mustahil.
Kalau misalnya ada suatu yang zhahirnya adalah pertentangan padahal sama-sama shahih, nanti akan disebutkan oleh syaikh, bagaimana sikap kita.
ومن ادّعى أن في كتاب الله تعالى أو في سُنّة رسوله ـ صلى الله عليه وسلّم ـ أو بينهما تناقضًا فذلك لسوء قصده وزيغ قلبه؛ فليتب إلى الله تعالى ولينزع عن غيّه.
Dan barangsiapa yang menyangka (mengira) bahwasanya di dalam Al-Qurān atau Sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam atau meyakini bahwasanya di dalam keduanya atau di antara keduanya ada tanāqudh (تناقض), karena barangsiapa di dalam hatinya ada meskipun hanya sedikit dari keyakinan ini, فذلك لسوء قصده, maka yang demikian kata Syaikh adalah karena jeleknya maksud yang ada di dalam hatinya.
Niatnya memang busuk, niatnya memang jelek وزيغ قلبه yang demikian karena hatinya menyimpang.
Seorang muslim muslimah beriman kepada Allāh, beriman dengan Al-Qurān tidak mungkin meyakini bahwasanya di dalam Al-Qurān atau di dalam Sunnah atau di antara keduanya ada pertentangan. Tidak mungkin! Pasti dia akan meyakini bahwasanya semuanya adalah shahih dan tidak ada pertentangan diantara dalil-dalil yang shahih.
Maka Syaikh mengatakan فليتب إلى الله تعالى, hendaklah dia segera bertaubat kepada Allāh, karena ini adalah dosa dan keyakinan yang buruk, meyakini bahwasanya ada pertentangan di antara dalil, ولينزع عن غيّه dan hendaklah dia melepaskan dari kesesatan tadi. Segera bertaubat kepada Allāh, karena tidak meyakini keyakinan tadi kecuali orang yang menyimpang hatinya dan jelek niatnya.
Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan in sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment