🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT| 08 Jumadal Ula 1444 H | 02 Desember 2022 M
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-80
📖 Pembahasan Dalil Pertama Tentang Allāh Subhānahu wa Ta’āla Memiliki Tangan
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و أصحابه، ومن والاه
Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.
Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatu syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.
Beliau rahimahullah mengatakan,
ونؤمن بأن لله تعالى: يدين كريمتين عظيمتين
Dan kita Ahlus Sunnah wal Jama'ah beriman bahwasanya Allāh memiliki dua tangan, di mana dua tangan ini disifati dengan كرم yaitu mulia (pemurah), عظيمتين disifati dengan kebesaran yaitu kedua tangan yang besar, yang dia adalah dua tangan yang mulia.
Ini harus kita yakini karena di sana ada beberapa dalil yang menunjukkan demikian. Harus kita yakini karena di sana ada beberapa dalil yang menunjukkan tentang penetapan sifat dua tangan bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Apa yang dibawakan oleh syaikh?
Dalil Pertama : QS Al-Maidah: 64
بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَآءُ ۚ
"Bahkan kedua tangan Allāh terbuka, Allāh infaqkan sebagaimana Allāh kehendaki.” [QS Al-Maidah: 64]
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berinfaq memberikan kepada makhluk, sesuai dengan kehendak-Nya.
Yang ini diberikan sedikit, yang ini diberikan banyak. Yang ini sudah berusaha keras tetapi tidak mendapatkan kecuali sedikit, sementara yang ini usahanya biasa-biasa saja tetapi mendapatkan berkah yang luar biasa. Ini semua sesuai dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ
"Akan tetapi dua tangan Allāh terbentang.”
Dua tangan (يَدَاهُ) menunjukkan keyakinan Ahlus Sunnah bahwasanya Allāh memiliki dua tangan, مَبْسُوطَتَانِ yang terbuka yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla senantiasa memberi kepada makhluknya. Memberikan rezeki kepada mereka baik mereka muslim maupun mereka kafir.
Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla senantiasa memberi, sehingga di sini syaikh mensifati tangan Allāh dengan الكرم yaitu yang mulia (yang murah) yang memiliki sifat كرم yaitu sering memberi.
Thayyib, ini dalil yang pertama.
Dalil yang kedua: QS AZ-ZUMAR : 67
وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦ وَٱلْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ وَٱلسَّمَـٰوَٰتُ مَطْوِيَّـٰتٌ بِيَمِينِهِۦ ۚ سُبْحَـٰنَهُۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Yaitu firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦ
“Dan tidaklah mereka mengagungkan Allāh dengan sebenar-benarnya.”
Orang-orang musyrikin tidak mengagungkan Allāh dengan sebenar-benarnya, padahal Allāh, Dialah yang Maha Besar (Maha Agung). Adapun sesembahan yang mereka sembah, mereka adalah makhluk, tidak memiliki sifat-sifat rububiyyah. Mereka tidak mengagungkan Allāh dengan sebenar-benarnya.
وَٱلْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ
"Dan bumi Allāh (semuanya) berada dalam genggaman Allāh pada hari kiamat.”
Menunjukkan betapa kecilnya kita, betapa kecilnya bumi yang kita tempati ini dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah yang Maha Besar dan tangan Allāh memiliki sifat العظمة, sifat yang sangat besar.
وَٱلسَّمَـٰوَٰتُ مَطْوِيَّـٰتٌ بِيَمِينِهِۦ
"Dan langit-langit dilipat (digulung) dengan tangan kanan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
Ini menunjukkan tentang kekuasaan Allāh dan mudahnya Allāh melipat (menggulung) langit.
Ini semua menunjukkan tentang besarnya tangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, karena Allāh mensifati bumi ini berada di dalam gengaman Allāh dan mensifati langit ini dengan مَطْوِيَّـٰتٌ بِيَمِينِهِۦ akan digulung dengan Allāh dengan tangan kanannya.
سُبْحَـٰنَهُۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.”
Karena mereka (orang-orang musyrikin) telah طعن, mencela Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan perbuatan syirik mereka atau mensifati Allāh dengan sifat-sifat kekurangan.
Kesyirikan pada hakikatnya adalah menghina Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dan termasuk memuliakan Allāh atau mengagungkan Allāh dengan sebenar-benar pengagungan adalah seseorang meng-Esa-kan Allāh di dalam ibadah.
In sya Allāh kita ringkas pada akhir kesempatan ini apa yang sudah kita sampaikan.
Tentang penetapan sifat ridha Allāh;
- Ridha Allāh kepada amal shalih yang dilakukan oleh hamba.
- Ridha Allāh untuk orangnya (pelakunya).
Allāh ridha kepada amalan dan Allāh ridha kepada orangnya.
Faedah yang bisa kita ambil adalah: Tetapnya sifat غَضب ,sifat marah bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sifat كره , sifat kebencian yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla membenci sesuatu, maka ini telah tetap di dalam Al-Qurān dan harus kita tetapkan.
Kemudian kewajiban kita untuk berbaik sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla jangan sampai kita seperti orang-orang musyrikin dan orang-orang munafikin yang mereka tidak berbaik sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kemudian yang terakhir, kewajiban kita sebagai seorang muslim (Ahlus Sunnah) adalah, menerima bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat wajah dan wajah Allāh disifati dengan الجلال و الإكرام.
Sebagaimana dalam ayat:
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَـٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ
"Dan akan tetap wajah Rabb-Mu, yang memiliki pengagungan dan juga kemuliaan.”[QS. Ar-Rahman:27]
Kita harus yakini semua ini sebagaimana datangnya baik di dalam Al-Qurān maupun di dalam Hadits.
Semoga apa yang kita sampaikan ini bermanfaat dan seandainya ada kebenaran maka datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata dan seandainya ada kesalahan maka datangnya dari saya pribadi dan juga dari syaithan. Dan saya memohon ampun kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment