F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-87: Pembahasan Tentang Rukuk Bag 02

Audio ke-87: Pembahasan Tentang Rukuk Bag 02 - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-120
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SELASA, 19 Shafar 1445 H / 05 September 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-87: Pembahasan Tentang Rukuk Bag 02


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya,

وَ ❲ كَانَ يُجَافِي ❳

Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu menjauhkan,

❲ مِرْفَقَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ ❳

(menjauhkan) kedua siku Beliau dari kedua lambung Beliau (atau sisi badan Beliau).

Jadi bentuk tangannya seperti orang melingkarkan tangannya. Jadi tidak lurus. Agak seperti kalau misalnya kita memanah, maka bentuk tangan seperti senar atau tali panah itu yang ditarik. Intinya, menjauhkan siku ini dari sisi badan. Menjauhkan siku ini dari sisi badan. Seperti orang melingkarkan tangannya.

Ini yang disunahkan. Sifat-sifat seperti ini sifat yang sempurna. Maksudnya, kalau tidak seperti ini pun tidak masalah. Ini bukan kewajiban. Tapi kalau seperti itu, maka itulah yang paling sempurna. Itulah praktik sebagaimana disebutkan dalam keterangan kitab ini.

Ustadz, kalau misalnya kita berjamaah bagaimana, Ustadz? Keadaan sangat rapat.”
Kita katakan,

{ فَٱتَّقُوا۟ ٱللهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ }

Sebisa mungkin seperti itu. Kalau misalnya mengganggu teman yang ada di samping, maka kita tinggalkan hal ini, atau seminimal mungkin agar tidak mengganggu temannya yang ada di sampingnya, terutama ketika sangat rapat. Ketika sangat rapat maka kita tidak bisa mempraktikkan sunah ini. Ketika kita sedang sendirian atau kita menjadi imam, kita bisa mempraktikkan ini dengan sempurna.

وَ ❲ كَانَ إِذَا رَكَعَ بَسَطَ ظَهْرَهُ وَسَوَّاهُ ❳

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Beliau rukuk, Beliau membentangkan punggungnya dan meratakannya.

Ini juga sulit, meratakan punggung ini sulit. Kebanyakan orang itu punggungnya melengkung ketika rukuk. Untuk meratakan ini, ini butuh latihan. Ana sendiri juga dulu sebelum disuruh praktik untuk meratakan punggung, saya tidak sadar kalau punggung ketika rukuk itu seringnya melengkung. Untuk meratakan itu butuh latihan, butuh usaha. Sulit.

❲ حَتَّى لَوْ صَبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لَاسْتَقَرَّ ❳

Hingga seandainya dituangkan air di atas punggung Beliau, niscaya air itu tetap di situ (maksudnya tidak tumpah).

Lurusnya punggung ini, ini perlu latihan. Kalau orang normal, biasanya agak melengkung. Tapi untuk seperti ini, ini agak susah dan perlu latihan.

Yang disebutkan dalam riwayat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar membentangkannya dan meluruskan bentangan ini. Sampai ketika ditumpahkan air, airnya tidak akan tumpah. Airnya tetap di situ. Ini menunjukkan betapa lurusnya punggungnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Beliau rukuk.

وَقَالَ لِ ❲ الْمُسِيءِ صَلَاتَهُ ❳

Dan Beliau mengatakan kepada orang yang tidak benar shalatnya,

❲ فَإِذَا رَكَعْتَ فَاجْعَلْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ ❳

Apabila engkau rukuk maka letakkanlah kedua telapak tanganmu pada kedua lututmu dan luruskan punggungmu.

❲ وَ مَكِّنْ لِرُكُوعِكَ ❳

Dan mantapkanlah rukukmu.

Maksudnya jangan hanya sebentar kemudian langsung i’tidal. Tumakninah di situ. Diam dan tenangkan anggota badan sampai benar-benar tumakninah, benar-benar tenang. Kemudian baru setelah itu i’tidal.

وَ ❲ كَانَ لَا يَصُبُّ رَأْسَهُ ، وَلَا يُقْنِعُ ❳

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menurunkan kepalanya (maksudnya lebih rendah dari punggungnya) dan Beliau juga tidak mengangkatnya (lebih tinggi dari punggung).
- Berarti lurus. Antara punggung dan kepalanya benar-benar lurus. Tidak terlalu ke bawah, tidak menengadah ke atas.

وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ.

Akan tetapi di antara keduanya.

Berarti benar-benar lurus antara punggung dan kepala.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.