F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-86: Pembahasan Tentang Rukuk

Audio ke-86: Pembahasan Tentang Rukuk - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-119
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SENIN, 18 Shafar 1445 H / 04 September 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-86: Pembahasan Tentang Rukuk


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Pada kajian-kajian sebelumnya kita sudah menyelesaikan sifat shalat Nabi yang berkaitan dengan berdirinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum rukuk. Dan kita akan teruskan pada kajian ini tentang rukuknya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya,

ثُمَّ كَانَ ﷺ إِذَا فَرَغَ مِنَ الْقِرَاءَةِ سَكَت َسَكْتَهْ،

Kemudian, dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila Beliau selesai dari membaca surat (membaca surat setelah Al-Fatihah), Beliau diam sejenak.
Jadi tidak langsung rukuk, tapi Beliau diam sebentar.

Kata Ibnul Qayyim rahimahullahu Ta’ala, kadar diamnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di sini, itu sekadar seseorang beristirahat dari membaca surat. Jadi sekadar orang menormalkan kembali nafasnya; setelah dia membaca surat, berhenti, mengatur nafas, kemudian baru mengatakan “Allahu Akbar” untuk rukuk.

ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ

Kemudian Beliau mengangkat kedua tangannya,

عَلَى الْوُجُوْهِ الْمُتَقِّدِمَةُ فِي ❲ تَكْبِيْرَةُ الْإِفْتِتَاحِ ❳

Sesuai dengan cara-cara yang telah dipaparkan pada pembahasan tentang takbir pembuka, yaitu Takbiratul Ihram.

Ada yang sejajar dengan pundak, ada yang sejajar dengan telinga.

وَكَبَّرَ، وَرَكَعَ .

Dan Beliau mengucapkan takbir dan rukuk.

Inilah praktek Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dari mulai setelah membaca surat sampai rukuknya. Yang sering ditinggalkan oleh para imam adalah berhenti sebentar sebelum membaca “Allahu Akbar” untuk rukuk. Ini seringkali ditinggalkan oleh para imam. Kita lihat, setelah membaca, langsung “Allahu Akbar”. Padahal yang disunahkan adalah berhenti sebentar, mengatur nafasnya, baru setelah itu membaca “Allahu Akbar” dan rukuk.

وَأَمَرَ بِهَا ❲ الْمُسِيْءَ صَلَا تَهُ ❳ فَقَالَ لَهُ :

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kedua hal tersebut kepada orang yang tidak baik shalatnya, tidak benar shalatnya. Dan Beliau mengatakan,

❲ إِنَّهَا لَا تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ الْوُضُوْءَ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ ❳

Sungguh tidak sempurna shalat salah seorang dari kalian sampai dia menyempurnakan wudhunya lebih dahulu, sebagaimana diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

❲ ثُمَّ يُكَبِّرُ اللهُ ❳

Kemudian membaca takbir.

❲ وَيَحْمَدَهُ وَيُمَجِّدَهُ ، ❳

Dan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengagungkannya.

❲ وَيَقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ ❳

Dan dia membaca yang mudah baginya dari Al-Qur’an.

❲ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ وَأَذِنَ لَهُ فِيهِ ، ❳

Dari ayat-ayat yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya dan diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dibaca.

❲ ثُمَّ يُكَبِّرُ ❳

Kemudian bertakbir.

Setelah membaca Al-Fatihah, membaca surat, kemudian bertakbir.

❲ وَيَرْكَعَ ، [ وَيَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ] ❳

Dan hendaklah dia rukuk dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya.

❲ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ وَ تَسْتَرْخِيْ .. ❳

Sampai sendi-sendinya tenang dan melemas.

Jadi, tangan ketika rukuk diletakkannya di lutut, bukan di paha dan bukan di bawah lutut. Kadang-kadang ada orang ketika rukuk tangannya diletakkan di bawah lutut, kadang-kadang diletakkan di paha. Yang benar adalah diletakkan tepat di atas lutut sampai tenang, terus semua persendiannya melemas.

Lebih detail lagi:

[ صِفَةُ الرُّ كُو عِ ]

Sifat atau Tata Cara Rukuk

وَ ❲ كَانَ ﷺ يَضَعُ كَفَّيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ ❳

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika rukuk, Beliau meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya.

وَ ❲ كَانَ يَأْمُرُهُمْ بِذَلِكَ ❳ ،

Dan Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan hal tersebut (meletakkan dua telapak tangannya di atas kedua lututnya).

وَأَمَرَ بِهِ أَيْضًا ❲ الْمُسِيءَ صَلَاتَهُ ❳ كَمَا مَرَّ آنِفًا

Dan Beliau juga memerintahkan hal tersebut kepada orang yang tidak benar shalatnya, sebagaimana telah lalu.

وَ ❲ كَانَ يُمَكِّنُ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ [ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا ] ❳

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar menguatkan tangannya untuk memegang dua lututnya.

Tidak hanya diletakkan, tapi dikuatkan. Benar-benar seperti orang memegang lutut. Seringkali orang hanya meletakkan tangannya di atas lututnya saja. Yang disunahkan adalah lebih dari itu, yang seperti orang menggenggam lututnya.

وَ ❲ كَانَ يُفَرِّجُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ❳

Dan Beliau ketika menggenggam lututnya, Beliau merenggangkan jari-jemarinya.

وَأَمَرَ بِهِ ❲ الْمُسِيءَ صَلَاتَهُ ❳

Dan Beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang tidak benar shalatnya.

فَقَالَ :

Dia mengatakan,

❲ إِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكِ ❳

Apabila engkau rukuk maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu.

❲ ثُمَّ فَرِّجَ بَيْنَ أَصَابِعَكَ ❳

Kemudian renggangkan jari-jemarimu.

❲ ثُمَّ امْكُثْ حَتَّى يَأْخُذَ كُلُّ عُضْوٍ مَأْخَذَهُ ❳

Kemudian diamlah sampai seluruh anggota tubuhmu mengambil posisinya masing-masing (maksudnya tumakninah).

Ini sifat yang sangat detail. Ini menunjukkan bagaimana para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar memperhatikan masalah shalat mereka, sampai bentuk posisi jari-jemari disampaikan oleh mereka.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.