F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-60: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Membaca Aamiin dan Imam Mengeraskannya Bag 03

Audio ke-60: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Membaca Aamiin dan Imam Mengeraskannya Bag 03 - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-93
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 JUM'AT, 10 Muharram 1445 H / 28 Juli 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-60: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Membaca Aamiin dan Imam Mengeraskannya Bag 03


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ .

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

Pada kajian kali ini kita akan membahas:

- التَّأمِينُ وَجَهْرُ الْإِمَامِ بِهِ-
"Masalah Membaca Aamiin dan Ketika Membaca Aamiin, maka Imam Mengeraskannya"

وَكَانَ يَقُوْل :

Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga mengatakan,

❲ مَا حَسَدَتكُمُ الْيَهُوْدُ عَلَى شَيْءٍِ مَا حَسَدَتْكُمْ عَلًى السَّلَامِ وَالتَّأْمِيْن [ خَلْفَ الْإِمَام ] ❳ .
"Orang-orang Yahudi tidak hasad kepada kalian sebagaimana hasadnya mereka kepada kalian dalam salam dan bacaan amin di belakang imam."
Ketika kita bertemu dengan orang lain, apa yang kita ucapkan?

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ .

Ini doa kebaikan.
"Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan kepadamu, Allah memberikan rahmat kepadamu, Allah memberikan keberkahan kepadamu."
Ini menjadikan orang Yahudi iri kepada kita, karena dalam ajaran mereka tidak ada seperti ini. Salamnya orang Yahudi lambaian tangan saja. Tapi salamnya kita,

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ .

Makanya orang Yahudi iri dengan kita, karena ini adalah sesuatu yang sangat mulia.

Kalau kita sebarkan salam ini, betapa banyaknya kebaikan yang tersebar, karena setiap orang mendoakan orang lain. Kemudian yang didoakan membalas dengan doa yang sama. Bahkan dianjurkan lebih baik dari itu.

{ وَإِذَا حُیِّیتُم بِتَحِیَّةࣲ فَحَیُّوا۟ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَاۤ أَوۡ رُدُّوهَاۤۗ }
"Apabila kalian diberikan salam, maka balaslah dengan salam yang lebih baik atau paling tidak, sama."
Ketika ada orang yang mengatakan, "Assalamu’alaikum" maka Allah memerintahkan untuk membalasnya dengan yang lebih baik, "Wa’alaikumussalam warahmatullah" atau ditambahi "wabarakatuhu". Ini yang lebih baik. Atau paling tidak membalasnya dengan salam yang sama, "Wa’alaikumussalam."

Kalau orangnya mengatakan, "Assalamu’alaikum warahmatullah" maka kita membalasnya, "Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Ini yang paling afdal, atau membalasnya dengan yang sama, "Wa’alaikumussalam warahmatullah." Jangan sampai kurang dari itu. Jangan sampai "Wa’alaikumussalam" saja. Walaupun tidak haram, tidak, tapi jangan sampai demikian, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan kepada kita untuk ya paling tidak sama, jangan sampai kurang dari itu.

Bagaimana, Ustadz, kalau salamnya sudah lengkap, "Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu", apakah kita membalasnya dengan tambahan, kemudian kita mengatakan, "Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu wani'matuhu wafadhluhu", apakah demikian?

Tidak. Kita berhenti pada apa yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalau ingin menambahi silakan, tapi doanya terpisah. Dipisahkan dengan salam. Jangan ditambah-tambahi dengan sesuatu tambahan yang bersambung dengan salamnya.

Misalnya kalau ada orang bersalam dengan kita dengan salam yang lengkap, kita jawab salam tersebut sampai "wabarakatuhu". Kemudian setelah itu kita langsung yang memulai pembicaraan. Itu juga bisa kita lakukan, dan itu baik. Sehingga kita melakukan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia lakukan.

Thayyib. Ini yang pertama yang orang-orang Yahudi iri kepada kita sebagai kaum muslimin.

Sesuatu yang kedua, yang orang Yahudi iri kepada kita adalah membaca "Aamiin" dalam shalat.

Jadi kaum muslimin ketika shalat, itu mereka benar-benar khusyuk, mereka benar-benar bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ketika itu imam memintakan untuk dirinya dan makmumnya hidayah. Kemudian makmumnya dan imamnya mengatakan "Aamiin." Ini sesuatu yang menjadikan orang-orang Yahudi iri.

Belum lagi keutamaannya yang sangat besar. Kalau amin-nya kita berbarengan dengan amin-nya malaikat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu.

Ada sesuatu yang sangat menarik dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah ketika beliau membicarakan tentang masalah doa.

Jadi seorang pemimpin doa, kalau ada orang yang berdoa dan diaminkan oleh orang lain, seperti misalnya khatib, kalau misalnya berdoa dia dan diaminkan oleh jamaah; atau misalnya ada sebuah acara yang seseorang diminta untuk berdoa diaminkan oleh jamaahnya; atau misalnya ketika shalat istisqa' ada doa seorang imam yang diaminkan oleh para jamaahnya; ini makruh hukumnya kalau seorang imam mengkhususkan dirinya di dalam doa tersebut agar diamini oleh para jamaah.

Kita senang tidak, didoakan oleh orang banyak? Senang. Tapi kalau misalnya caranya seperti itu, ini makruh. Disebutkan oleh para ulama, ini makruh. Bahkan ada hadits yang menjelaskan khusus masalah ini. Tapi sayangnya haditsnya lemah.

Para ulama, mereka telah menjelaskan bahwa ini makruh, hukumnya makruh. Misalnya kalau ada seorang imam dia berdoa diaminkan oleh jamaahnya. Dia berdoanya, "Ya Allah, sembuhkanlah anakku yang sedang sakit." Kemudian imam mengatakan, "Aamiin."
Dia memanfaatkan kesempatan, karena dia seorang imam dan akan diamini oleh banyak orang, akhirnya dia ingin mendoakan untuk dirinya sendiri. Misalnya, "Ya Allah, saya ini sedang sakit, sembuhkanlah aku."
Kemudian makmum, "Aamiin." Ini makruh, mengkhususkan diri dalam doanya padahal dia sedang berdoa bersama banyak orang.

Syaikhul Islam ibnu Taymiyyah mengatakan, "Makanya di dalam Al-Fatihah itu dhomirnya dhomir jamak [ اِهْدِنَا ] (tunjukilah kami), agar imam terhindar dari kemakruhan ini.
Kata-katanya tidak [ اِھْدِنِي الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ ], "tunjukillah aku." Tidak. Tapi kata-katanya "Tunjukilah kami jalan yang lurus." Sehingga ketika imam membaca Al-Fatihah, kemudian makmum membaca "Aamiin", imam tidak terjatuh ke dalam sesuatu yang dibenci. Makanya dhomirnya atau kata gantinya adalah kata ganti jamak."
Ini cara berdalil yang sangat menarik.

Kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengganti dhomir di situ dengan dhomir atau dengan kata ganti yang umum? Karena Fatihah ini dibaca ketika shalat, dan dibaca oleh imam dan nantinya diaminkan oleh makmum. Maka sangat pas ketika dhomir tersebut kata gantinya menggunakan kata ganti yang jamak.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.