Ramadhan – 04 – Rukun dan Syarat Puasa
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
Ikhwah grup whatsapp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita lanjutkan kajian kita tentang ibadah dan puasa Ramadhan bgaian yang keempat. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan dua faedah yakni terkait dengan rukun puasa dan syarat puasa.
(1) Rukun Puasa
Rukun puasa itu satu, yakni menahan diri dari segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar (ditandai dengan adzan shubuh) sampai terbenam matahari (ditandai dengan adzan maghrib). Sebagian ulama ada yang mengatakan rukun puasa ada dua, yaitu:
- Menahan diri
- Niat
Saya masukan niat dalam syarat, sebenarnya tidak ada atsar (pengaruh) terkait dari perbedaan seperti ini, hanya sebatas apakah niat itu masuk ke dalam rukun atau syarat. Dalil menahan dari segala hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al Baqarah 187.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
“Maka sekarang campurilah mereka (istri-istri) dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datangnya malam.”
⇒ Jadi puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Dan ayat ini menunjukkan rentang waktu puasa dalam satu hari yakni terbitnya fajar dengan ditandai adzan shubuh sampai terbenamnya matahari yang ditandai dengan adzan maghrib.
(2) Syarat Puasa
Syarat sahnya puasa ada dua:
- Niat
- Suci dari haidh dan nifas
Terkait dengan niat, ada beberapa hal penting yaitu:
1. Tempat niat ada di dalam hati
Karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah di dalam Majmu’at Ar rasailil Kubra, beliau mengatakan:
محل النية القلب دون اللسان، باتفاق أئمة المسلمين في جميع العبادات: الطهارة والصلاة والزكاة والصيام والحج والعتق والجهاد، وغير ذلك.
“Tempatnya niat di dalam hati bukan lisan sebagaimana disepakati oleh para imam kaum muslimin di dalam seluruh ibadah, di dalam bersuci, di dalam shalat, zakat, puasa, haji, memerdekakan budak jihad dan lain-lain.”
Serupa juga dengan yang dikatakan oleh imam Nawawi di dalam kitabnya Majmu’ Syarah Muhadzab, “Niat itu di dalam hati”.
2. Untuk puasa wajib seperti Ramadhan, niat harus dilakukan sebelum fajar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Siapa yang tidak meniatkan waktu malam sebelum fajar, maka dia tidak mendapatkan puasa.” (Hadits riwayat Abu Dawud nomor 2454, Tirmidzi nomor 730)
Puasanya tidak sah dan orang yang makan sahur sudah bukti bahwa dia meniatkan untuk melakukan puasa keesokan hari. Ikhwah sekalian yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun kasus misalnya orang yang tidak meniatkan untuk puasa.
Contohnya:
Orang yang pada malam hari niat untuk melakukan safar, melakukan perkara yang dengannya seseorang boleh tidak puasa. Karena dia berniat akan safar maka malam harinya dia tidak berniat untuk berpuasa, kemudian di pagi hari ketika dia hendak melakukan safar dia dapati teman-temannya yang hendak bersafar itu puasa, tiba-tiba dia ubah niatnya dan dia berpuasa.
Dalam kasus seperti ini tidak boleh, karena pada malam hari atau sebelum subuh dia sudah berniat untuk tidak puasa. Sementara puasa wajib niatnya harus dilakukan sebelum subuh (fajar).
Ikhwah Fiddin A’adzaniyallah wa Iyyakum, Ini dua faedah yang saya sampaikan pada kesempatan pagi ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Akhukum fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah
Pondok Pesantren Sabilunnajah Bandung
Post a Comment