F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-25 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 05

Audio ke-25 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 05 - Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT| 19 Ramadhan 1443 H | 22 April 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-25

📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 05


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه


Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

Masih kita pada pasal Beriman kepada Allah.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,

وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا

"Dan tidak menjadikan berat bagi Allah (tidak susah bagi Allah), untuk menjaga keduanya.”

Yaitu menjaga langit dan juga bumi. Langit yang sebesar itu dengan seluruh makhluk yang ada di sana bukan sesuatu yang berat bagi Allah untuk menjaganya. Demikian pula menjaga bumi yang besar, semua ini menunjukkan tentang kesempurnaan kekuatan Allah, kesempurnaan Qudratullah.

Kita kalau membuat sesuatu yang besar sampai kapan kita bisa bertahan, sampai kapan kita bisa menjaganya, bisa memeliharanya, tapi kalau Allah Azza wa Jalla, Dialah yang menciptakan Arsy, menciptakan kursi, menciptakan langit dan juga bumi maka Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak berat untuk menjaga itu semua.

Dan ini kembali kepada kaidah bahwasanya apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala menafikan satu sifat dari diri-Nya maka kewajiban kita adalah menafikan sifat yang sudah dinafikan Allah dan kita tetapkan kesempurnaan, kebalikan dari sifat tadi.

Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala menafikan dari diri-Nya berat dalam menjaga langit dan juga bumi (Allah menafikan keberatan tersebut), maka kita harus menetapkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dialah yang memiliki kekuatan yang sempurna, kekuasaan yang sempurna.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menutup ayat ini dengan mengatakan,

وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

"Dan Dialah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” [QS Al-Baqarah: 255]

Allah Subhanahu wa Ta'ala الْعَلِيُّ Maha Tinggi;
  1. Maha Tinggi dari sisi dzat-Nya,
  2. Maha Tinggi dari sisi qadr-Nya, yaitu kedudukan-Nya,
  3. dan Maha Tinggi dari sisi qahr-Nya, yaitu kekuasaan-Nya
Maka ini adalah الْعُلْيا المطلق ini adalah ketinggian yang mutlak mencakup tiga perkara di atas. Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang Maha Tinggi, yang Maha Tinggi secara dzat-Nya, maka Allah berada di atas dan ini berdasarkan ayat dan juga hadits yang menunjukkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia di atas dan Maha Tinggi. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,

إِنَّا اَنْزَلْنهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

"Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadr.” [QS Al Qadr: 1]

Allah menurunkan menunjukkan bahwasanya Allah berada di atas dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan dalam ayat yang lain [QS Al-Ma’arij: 4],

تَعْرُجُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Malaikat-malaikat dan juga malaikat Jibril naik kepada-Nya.

تَعْرُجُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ

Di hari yang kadarnya seperti 50 ribu tahun. تَعْرُجُ artinya adalah naik. Naik kepada siapa? Naik kepada Allah

Yang ditunjukkan oleh kalimat إِلَيْهِ = kepada Allah.
Menunjukkan bahwasanya Allah Azza wa Jalla berada di atas

Dan dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bertanya kepada seorang ﺍْﻟﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ (seorang budak wanita) yang saat itu kisahnya; Muawiyyah ibnu Hakam, seorang sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, beliau memiliki seorang budak wanita, kemudian disuruh untuk melakukan sesuatu.

Ternyata budak ini, melakukan sebuah kesalahan sehingga Muawiyyah pun marah. Akhirnya dia memukuli budak ini dan dia menyesal di dalam hatinya, kemudian datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam ingin membebaskan budak ini.

Maka Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam memberikan ujian kepada budak ini. Benarkah pantas dia untuk dibebaskan. Ingin menguji apakah benar dia seorang yang beriman, karena yang dibebaskan adalah budak yang beriman.

Beliau Shallallahu alaihi wa Sallam mengatakan, أَيْنَ اللَّهُ؟ (dimanakah Allah?) ingin mengetahui tentang keimanannya.

Maka ﺍْﻟﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ (budak) ini mengatakan, فِى ٱلسَّمَآءِ (Allah di atas).

Kemudian beliau melanjutkan pertanyaan selanjutnya, karena dia telah lulus dengan pertanyaan yang pertama, ومن انا ؟ (Siapakah aku?)

Budak ini mengatakan, ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ (Engkau Rasulullah).

Ditanya dengan dua pertanyaan. Apa hasilnya? Nabi mengatakan kepada Muawiyah,

ﺃَﻋْﺘِﻘْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ

"Bebaskan wanita (budak) ini karena dia sesungguhnya adalah seorang yang beriman.”. (Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Menunjukkan kepada kita bahwasanya orang yang beriman, apa keyakinannya? Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas.

Ketika budak ini mengatakan, “Allah berada di atas”, maka Nabi menyaksikan bahwa dia adalah orang yang beriman.

Menunjukkan sekali lagi, sikap orang yang beriman dan keyakinan orang yang beriman adalah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas. Dan ini adalah 'ijma para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Dan ini adalah fitrah, fitrah manusia berdoa kepada Dzat yang berada di atas. Kita berdoa kepada Allah mengangkat kedua tangan kita menghadap ke atas. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas. Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Di samping itu makna الْعَلِيُّ di sini adalah ketinggian di dalam masalah kedudukan. Tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya daripada Allah, masuk di dalamnya الْعَلِيُّ adalah ketinggian di dalam kekuasaan.

Dan tentunya ini adalah bantahan kepada orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berada dimana-mana atau mengatakan Allah tidak di atas, dan Allah tidak di bawah, ini semua adalah ucapan-ucapan yang bathil, tidak sesuai dengan dalil.

Adapun keyakinan Ahlus Sunnah, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas sesuai dengan keagungan-Nya

Kemudian yang terakhir, ٱلْعَظِيم Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dialah yang Maha Besar. Tidak ada yang lebih besar dari Allah Azza wa jalla.

Kalau makhluk-Nya saja seperti yang kita sebutkan, Arsy saja seperti itu besarnya, lalu bagaimana dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menciptakan, maka Dialah yang Maha Besar

الله اكبر

Allah, Dialah yang Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dari pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau Allah Subhanahu wa Ta'ala Dialah yang Maha Besar. Maka bagaimana seseorang masih takut kepada selain Allah.

Dialah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lebih pantas untuk ditakuti. Takutlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Besar, bukan kepada makhluk, bukan kepada direktur, bukan kepada pimpinan. Takut kita hanya kepada Allah Azza wa Jalla yang Maha Besar.

Adapun mereka, mereka adalah makhluk yang kecil. Tidak ada kekuatan yang mereka miliki untuk menghadapi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka Syaikh Rahimahullah mendatangkan ayat kursi ini karena di dalam ayat kursi ini banyak kandungan-kandungan yang berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di dalamnya ada tauhid yang terdiri dari tiga macam: Rububiyyah, Uluhiyyah maupun nama dan juga sifat Allah.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════
0

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.