Materi 45 – Tawakal untuk Perdamaian, Ibadah dan Menghadapi Musibah
🌍 Kelas UFA
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Silsilah Amalan Hati dan Penyakit Hati
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Di antara kondisi yang dimana kita butuh untuk bertawakal, Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an, di antaranya:
1. Ketika Menginginkan Perdamaian
Ketika kita ingin perdamaian, atau kita ingin mendamaikan di antara orang-orang yang sedang bersengketa, maka di antara yang memudahkan kita untuk bisa meraih hal tersebut (kita berdamai atau kita mendamaikan) adalah dengan bertawakal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ
“Jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah engkau kepada perdamaian namun bertawakallah engkau kepada Allah.” (QS. Al-Anfal[8]: 61)
Ini butuh. Kita kadang ribut sama orang, atau kita ingin mendamaikan dua orang yang bersengketa, jangan kita terlalu pede (baca: percaya diri) sama diri kita. Sebagian orang pede dengan kecerdasannya, kepiawaiannya dalam berbicara, manisnya perkataannya untuk mendamaikan orang.
Memang kita diberikan kelebihan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam berbicara dan menghadapi permasalahan, tapi yang pertama tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kita berhasil dalam usaha kita tersebut. Yaitu apakah kita berdamai dengan orang lain atau kita dalam rangka mendamaikan orang yang bersengketa.
2. Menghadapi Musibah
Kemudian di antara kondisi yang kita butuh untuk bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah ketika kita ditimpa dengan musibah atau hal yang tidak kita sukai; penyakit kah, virus kah, pandemi kah, atau bencana alam atau yang lainnya. Maka di antara hal yang membantu kita untuk mudah bersabar, menghadapi dengan tegar atas apa yang menimpa kita adalah kita bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan hal ini , kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّـهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا
“Katakanlah bahwasanya tidak akan menimpa kita kecuali apa yang telah Allah catatkan untuk menipa kita, Dialah penolong kita…”
Kalau Allah sudah catat mengenai kita, kita tidak akan bisa kabur dari hal tersebut.
وَعَلَى اللَّـهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Hendaknya orang yang beriman bertawakal kepada Allah.” (QS. At-Taubah[9]: 51)
Jadi, banyak orang terkena musibah, banyak orang terkena hal yang tidak disukai, tapi tidak semua orang menghadapinya dengan tawakal. Adapun orang yang beriman, menghadapinya dengan tawakal. Dia yakin semua sudah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia sabar disertai dengan tawakal.
3. Dalam ibadah
Di antara perkara yang penting, yaitu dalam segala ibadah. Ketika kita shalat hendaknya bertawakal, kita berhaji hendaknya kita bertawakal, kita bersedekah hendaknya kita bertawakal, kita shalat malam kita bertawakal, kita i’tikaf hendaknya kita bertawakal. Karena kalau kita bertawakal, kita serahkan urusan kepada Allah, maka kita akan dimudahkan untuk melaksanakan ibadah.
Ini di antara perkara yang penting. Karena sebagian orang menyangka bahwa yang namanya tawakal urusan dunia saja. Kalau mau menikah tawakal, klau cari rezeki tawakal, melamar pekerjaan tawakal, dia lupa bahwasanya ketika beribadah kepada Allah juga bertawakal. Kita mau khusyuk dalam shalat butuh tawakal, serahkan semua urusan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Hud ayat 123, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Beribadahlah kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.” (QS. Hud[11]: (123)
Jadi dalam segala ibadah hendaknya kita bertawakal. Makanya Allah gandengkan antara beribadah dengan tawakal:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah[1]: 5)
Ini penting. Kita jangan bertawakal dalam perkara dunia saja. Dalam masalah ibadah hendaknya juga kita bertawakal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala suruh bertawakal dalam shalat, karena Allah melihat apa yang kita lakukan. Kita merasa diawasi oleh Allah, kita merasa ditolong oleh Allah, sehingga dengan ketika kita bertawakal dalam ibadah kita, kita mudah untuk ikhlas dan khusyuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Makanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menwasiatkan kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu untuk senantiasa bertawakal dalam ibadah. Yaitu Nabi mengatakan:
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ : لَا تَدَعَنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولُ : اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Mu’adz, jangan kau lupa untuk berdoa setiap di penghujung shalat: ‘Ya Allah tolonglah aku untuk selalu mengingatMu (dzikir adalah ibadah, butuh pertolongan Allah, butuh tawakal kepada Allah), dalam rangka untuk bersyukur kepadaMu (syukur juga adalah ibadah, butuh tawakal kepada Allah), dan tolonglah aku untuk bisa baik dalam beribadah kepada Engkau.’”
Post a Comment