F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-40: Lanjutan Pembahasan tentang Meletakkan Tangan dan Bertolak Pinggang dalam Shalat

Transkrip Audio ke-40: Lanjutan Pembahasan tentang Meletakkan Tangan dan Bertolak Pinggang dalam Shalat
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-68
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 JUM'AT 27 Dzulqa'dah 1444 H / 16 Juni 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-40: Lanjutan Pembahasan tentang Meletakkan Tangan dan Bertolak Pinggang dalam Shalat


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullah membahas tentang masalah: Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.

وَ ❲ كَانَ يَضَعُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى ❳
"Dahulu Rasulullah ﷺ biasa meletakkan tangan kanannya di atas 'kaf',"
Kaf adalah (punggung) telapak tangan - yang kiri.
Berarti seperti ini: di dada, kemudian meletakkan tangan kanannya di atas "kaf" (punggung telapak tangan). Ini model yang pertama; ini variasi yang pertama; cara yang pertama.

❲ وَالرُّسُغِ ❳
ar-rus'gh adalah ini (pergelangan tangan)
Atau seperti ini (tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri);
bisa meletakkannya seperti ini (telapak tangan di atas punggung telapak tangan kiri);
bisa meletakkannya seperti ini (tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri);
bisa meletakkannya seperti ini (pergelangan tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri).

❲ وَالسَّاعِدِ ❳
saa'id adalah ini, bagian ini (lengan bawah)
Beliau biasa meletakkan tangan kanan Beliau di atas punggung telapak tangan kiri, atau pergelangan Beliau (ini pergelangan), atau lengan bawah kiri, lengan bawah kiri, lengan bawah bagian ini.
Jadi, ini variasi. Boleh dilakukan semuanya.

وَ ❲ كَانَ يَضَعُهُمَا عَلَى الصَّدْرِ ❳ .
"Dan Beliau dahulu meletakkan kedua tangannya di atas dada."
Kata-kata [ عَلَى الصَّدْرِ ] "di atas dada" ini sangat jelas, menunjukkan bahwa Beliau dahulu meletakkannya di atas dada.

Sehingga pendapat-pendapat yang menyelisihi lafal hadits ini menjadi lemah karena adanya hadits tersebut.

Kemudian, tangan ini bisa hanya diletakkan di atasnya (punggung telapak tangan kiri); (atau) bisa dipegang, bisa dipegang seperti ini (tangan kanan memegang punggung tangan kiri); bisa hanya diletakkan saja. Ini juga variasi yang lain.

Bisa seperti ini (telapak tangan kanan diletakkan di atas punggung telapak tangan kiri);
bisa seperti ini (tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri);
bisa seperti ini (tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri);
bisa seperti ini (pergelangan tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri);
bisa dipegang (tangan kanan memegang lengan tangan kiri);
bisa diletakkan saja.

وَ ❲ كَانَ يَنْهَى عَنِ الْإِخْتِصَارِ فِي الصَّلَاةِ ❳
"Dan dahulu Rasulullah ﷺ melarang dari tindakan bertolak pinggang dalam shalat."
Ini tidak diperbolehkan di dalam shalat. Rasulullah ﷺ dahulu melarangnya, meletakkan kedua tangan di atas pinggang. Ini namanya [ إخْتِصَارِ ] /ikhtishaar/ bahasanya. Dan ini dilarang ketika kita shalat.

Kenapa "ikhtishaar" ini dilarang di dalam shalat? Karena disebutkan di sini:

وَهُوَ الصُلْبُ الَّذِيْ كَانَ يَنْهَى عَنْهُ .
Bertolak pinggang ini dilarang, karena seperti bentuk penyaliban yang dulu pernah dilarang oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Dan ini, tindakan seperti ini, bentuk seperti ini (bertolak pinggang), sangat tidak selaras dengan sikap tunduk dan sikap merendah ketika sedang menghadap Pencipta. Makanya hal tersebut dilarang/diharamkan.

Ketika kita shalat, kita sedang menghadap kepada Dzat Yang Maha Besar, Dzat Yang Maha Agung, Dzat Yang Maha Mulia, Dzat yang menciptakan alam semesta ini. Makanya semua gerakan shalat menunjukkan ketundukan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga gerakan-gerakan yang bertentangan dengan nilai ketundukan, itu dilarang.

Nanti kita akan mengetahui gerakan-gerakan di dalam shalat yang dilarang oleh Nabi Muhammad ﷺ. Dan kalau kita lihat, larangan-larangan tersebut, kenapa dilarang? Karena bertentangan dengan nilai ketundukan. Misalnya: gerakan seperti duduknya anjing, ini bertentangan dengan nilai ketundukan. Misalnya gerakan seperti mematuknya burung, ini juga tidak sesuai dengan nilai ketundukan.

Orang yang tunduk tidak melakukan demikian. Dia melakukannya dengan sempurna. Dia melakukannya dengan tenang. Sedangkan tindakan atau sikap mematuk seperti mematuknya burung, ini bertentangan dengan nilai ketundukan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Seperti misalnya ini, bertolak pinggang, ini sangat tidak sesuai dengan nilai ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang ada di depan kita. Kita sedang menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala (Dzat yang Maha Agung) tersebut. Gerakan seperti ini sangat tidak selaras dengan nilai ketundukan, sehingga hal tersebut diharamkan. Kemudian, gerakan seperti menderungnya onta, ini juga tidak sesuai dengan ketundukan. Maka dilarang hal tersebut.

Intinya, semua gerakan yang tidak sesuai dengan nilai ketundukan, dilarang di dalam shalat. Maka ketika kita di dalam shalat, kita lakukan dengan sangat baik, dengan sangat tunduk, kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita juga tidak boleh misalnya melihat langit di dalam shalat karena itu bertentangan dengan ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita harus melihat ke bawah, karena ini yang sesuai dengan ketundukkan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


═════ ∴ |GiS| ∴ ═════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.