F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-111 Bab Shalat Istisqa Bag. 1

Audio ke-111 Bab Shalat Istisqa Bag. 1
🗓 SENIN | 9 Jumadal Ula 1446 H | 11 November 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-111
https://drive.google.com/file/d/1Qz2GwAgxrB5UfZwhJaBIVc_nWYnuy5gQ/view?usp=sharing

Bab Shalat Istisqa’ (Bag. 1)


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Al-Imam Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الاسْتِسْقَاءِ مَسْنُونَةٌ

Pasal tentang shalat Istisqa’ yaitu shalat minta hujan dan shalat Istisqa’ itu hukumnya sunnah.


فَيَأْمُرُهُم الإمَامُ بِالتَّوْبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالخُرُوجِ مِنَ المَظَالِمِ

Pemimpin umat Islam memerintahkan kepada rakyatnya agar bertaubat, kemudian bersedekah, meninggalkan kezhaliman-kezhaliman mereka.

وَمُصَالَحَةِ الأعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ

Berdamai dengan musuh-musuh mereka jika ada permusuhan duniawi dan juga berpuasa tiga hari.

ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي اليَوْمِ الرَّابِعِ فِي ثِيَابِ بِذْلَةٍ وَاستِكَانَةٍ وَتَضَرُّعٍ وَيُصَلِّيَ بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ العِيدَيْنِ

Kemudian pada hari ke-empat pemimpin umat Islam ini keluar bersama rakyat dalam pakaian yang sederhana (pakaian kerja) secara khusyu’, tenang, dan merendahkan diri dan menjadi imam untuk mereka dalam shalat Istisqa’ sebanyak dua raka’at seperti shalat Ied.

Demikian Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā meringkas hukum tentang shalat Istisqa’. Adapun dasarnya adalah hadits Abdullah bin Zaid Al-Māzini yang diriwiyatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim

أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَرَجَ إلى المُصَلَّى فَاسْتَسْقَى فَاسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ، وقَلَبَ رِدَاءَهُ، وصَلَّى رَكْعَتَيْنِ

Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar ke tanah lapang, kemudian Beliau shalat Istisqa’ minta hujan, maka Beliau menghadap kiblat, Beliau membalikkan pakaian atas Beliau dan Beliau shalat dua raka’at di sini.

Ini menunjukkan sunnahnya shalat Istisqa’ dan dalam Kifāyatul Akhyār (كفاية الأخيار) disebutkan bahwasanya sunnahnya shalat Istisqa’ ini juga sunnah mu’akaddah (sunnah yang ditegaskan) seperti shalat kusūf (كُسُوفِ) dan khusūf (خُسُوفِ).

Dalam shalat Istisqa’ ini bisa dimulai dengan mengajak seluruh rakyat untuk bertaubat kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā, bersedekah, meninggalkan kezhaliman-kezhaliman, kemudian juga berdamai dengan musuh yakni kalau ada permusuhan di antara umat Islam karena urusan-urusan duniawi maka mereka dianjurkan untuk meninggalkan permusuhan ini, berbaikan dan berdamai lagi, juga berpuasa sebanyak tiga hari.

Kenapa? Karena tidak turunnya hujan untuk waktu yang lama sebabnya adalah karena banyak maksiat kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā dan taubat kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā kemudian bersedekah, meninggalkan kezhaliman, meninggalkan permusuhan dan puasa adalah sebab-sebab yang bisa membuat doa kita dikabulkan oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Maka sebelum kita meminta hujan, sebelum kita berdoa kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā disyari’atkan untuk memperbanyak ibadah bertaubat kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā dan meninggalkan maksiat-maksiat yang kita lakukan.

ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي اليَوْمِ الرَّابِعِ فِي ثِيَابِ بِذْلَةٍ

Kemudian di hari yang ke-empat rakyat dan pemimpin dianjurkan untuk keluar shalat Istisqa’ dan memakai pakaian yang sederhana, pakaian kerja, mereka datang dengan khusyu’ dan tenang, merendahkan diri dan mengerjakan shalat dua raka’at.

Dasarnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallāhu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, ketika beliau ditanya tentang shalat Istisqa’, maka Ibnu Abbas mengatakan,

خَرَجَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَضَرِّعًا,حتَّى أتى المصلَّى فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي اَلْعِيدِ

Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar untuk shalat Istisqa’ dengan tawādhu’ (تواضع), merendahkan diri, mutabadzdzilan (مُتَبَذِّلًا) dengan memakai pakaian kerja, jadi disunnahkan untuk memakai pakaian sederhana bukan pakaian-pakaian yang indah dan mewah untuk menunjukkan kebutuhan dan kerendahan kita dihadapan Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Dan hadits ini lebih khusus daripada hadits-hadits yang memerintahkan kita atau menganjurkan kita untuk memakai pakaian terbaik kita, untuk memakai wangi-wangian. Dalam shalat Istisqa’ tidak wangi-wangian tidak ada pakaian yang bagus dan indah. Justru dianjurkan untuk memakai pakaian yang sederhana bahkan pakaian kerja karena itu yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, khusus untuk shalat Istisqa’ ini.

Beliau keluar dalam keadaan tawādhu’ (تواضع) merendahkan diri, dalam keadaan mutabadzdzilan (مُتَبَذِّلًا) memakai pakaian kerja, mutakhasysyi’an (مُتَخَشِّعًا) khusyu, dan tenang, mutadharri’an (مُتَضَرِّعًا) merendahkan diri kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā sampai Beliau datang ke mushala yaitu tanah lapang yang dipakai untuk shalat-shalat yang besar. Maka Beliau shalat dua raka’at sebagaimana Beliau shalat Ied.

Jadi caranya sama dengan shalat Ied. Dalam hal apa sama dengan shalat Ied? Jadi Abu Syuja’ juga mengatakan,

وَيُصَلِّيَ بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ العِيدَيْنِ

Sang pemimpin menjadi imam untuk rakyatnya shalat bersama mereka dengan dua raka’at seperti dalam shalat Ied.

Para ulama mengatakan waktunya waktu shalat Ied, mulai dari sejak matahari agak naik, setelah terbit matahari dari waktu Dhuha sampai waktu siang ini yang terbaik, namun sebagaimana dijelaskan oleh An-Nawawi beliau mengatakan, yang shahih, yang dinash oleh Iman Syafi’i adalah bahwasanya Istisqa’ ini tidak dibatasi oleh waktu.

Jadi meskipun matahari sudah tergelincir atau di sore hari bahkan di malam, kita masih boleh untuk mengerjakan shalat Istisqa’. Juga boleh untuk mengerjakan shalat Istisqa’ ini sendiri tidak harus berjama’ah.

Jadi dalam hal ini sama dengan shalat kusūf (كُسُوفِ) atau shalat Gerhana, boleh dikerjakan sendiri juga. Dan termasuk penjelasan akan kesamaan dengan shalat Ied adalah bahwasanya dalam shalat Istisqa’ ini disunnahkan untuk mengucapkan takbir tambahan sebanyak 7 kali di raka’at yang pertama dan 5 kali di raka’at yang kedua. Demikian yang dijelaskan oleh para fuqaha.

Barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat. Wallāhu ta’ālā a’lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلموآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.