F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-190 Allah Telah Memberikan Kehendak Dan Kemampuan Untuk Manusia Bagian Ketiga

Audio ke-190 Allah Telah Memberikan Kehendak Dan Kemampuan Untuk Manusia Bagian Ketiga
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU| 22 Jumadal Ula 1445 H | 06 Desember 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-190

📖 Allāh Telah Memberikan Kehendak Dan Kemampuan Untuk Manusia (Bagian Ketiga)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَمَنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صلى الله عليه وعلى آله وأَصحابه والتابعين لهم بإحسانٍ إلى يوم الدين وسلم تسلما كثيرا. أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah kembali kita dipertemukan oleh Allāh Azza wa Jalla masih pada pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatus syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala.

Masih kita pada pembahasan beriman dengan takdir. Beliau mengatakan:

Di antara yang menunjukkan bahwasanya seorang hamba diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla ikhtiar, diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kehendak dan dia diberikan qudrah oleh Allāh.

Yang ketiga adalah tentang:

الثالث: مدح المحسن على إحسانه وذم المسيء على إساءته

Di antara hal yang menunjukkan bahwasanya seorang hamba itu diberikan pilihan dan dia memiliki qudrah.

Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memuji orang-orang yang berbuat ihsan.

Allāh memuji mereka atas ihsan yang mereka lakukan.

وذم المسيء على إساءته

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mencela orang yang berbuat salah atau berbuat dosa atas dosa yang dia lakukan.

Jadi Allāh Subhānahu wa Ta’āla memuji orang yang berbuat baik dan Allāh mencela orang yang berbuat jelek.

وإثابة كل منهما بما يستحق

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan ganjaran kepada masing-masing dari keduanya, baik yang berbuat baik maupun yang berbuat jelek dengan apa-apa yang mereka berhak untuk mendapatkannya.

Thayyib, kemudian syaikh menyebutkan:

ولولا أن الفعل يقع بإرادة العبد واختياره لكان مدح المحسن عبثاً وعقوبة المسيء ظلماً،والله تعالى منزه عن العبث والظلم

Seandainya apa yang dia lakukan tidak terjadi dengan iradah.

Seandainya apa yang dia lakukan (misalnya) orang yang berbuat taat, orang yang melakukan shalat. Ternyata dia melakukan itu tanpa iradah, maka tidak dipuji dengan sebab dia melakukan hal tersebut.

Kenapa? Karena dia melakukannya tanpa iradah di dalam hatinya, tidak ada masyi'ah (dipaksa).

Kalau dipaksa, berarti tidak berhak untuk dipuji, yang dipuji itu, kalau ada keinginan dari dirinya. Kemudian dia bersungguh-sungguh melakukan ketaatan maka ini yang dipuji.

Adapun seorang yang dipaksa, mau tidak mau dia harus melakukannya maka yang demikian tidak dipuji.

لكان مدح المحسن عبثاً

Kalau memang itu bukan kehendaknya, atau seorang hamba tidak memiliki masyi'ah. Berarti pujian Allāh terhadap orang yang berbuat baik itu sia-sia (tidak ada gunanya).

Karena yang dilakukan oleh dia adalah tanpa masyi'ah, berarti kalau memang tanpa masyi'ah (tanpa pilihan) pujian Allāh kepada seorang yang berbuat baik itu adalah kesia-siaan.

وعقوبة المسيء ظلماً
Maka jadilah menghukum orang yang berbuat jelek itu adalah kedzaliman.
Sekarang kalau ada orang yang berbuat jelek ternyata dia berbuat jeleknya bukan atas keinginan sendiri tetapi dia dipaksa. Kok tetap dihukum, maka ini adalah sebuah kedzaliman.

والله تعالى منزه عن العبث والظلم
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dia adalah dzat yang tersucikan dari perbuatan yang sia-sia dan juga perbuatan yang dzalim.
Artinya Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tidak main-main di dalam qadarnya, di dalam syari'atnya. Tidak ada yang sia-sia di dalam syari'atnya.

Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak mungkin melakukan kedzaliman dan menghukum orang yang dipaksa untuk melakukan kesalahan tersebut, maka ini termasuk kedzaliman.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Maha Suci dari kedzaliman dan juga Maha Suci dari perbuatan yang sia-sia.

Bagaimana sia-sianya? Kalau sampai Allāh memuji seseorang yang berbuat baik, padahal dia berbuat baik bukan karena dari hatinya tetapi karena dipaksa. Maka memujinya adalah perbuatan yang sia-sia.

Tentunya Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagaimana ucapan syaikh di sini,

منزه عن العبث والظلم
"Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dia-lah yang disucikan dari perbuatan yang sia-sia dan juga kedzaliman."
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan kita untuk memahami agama-Nya dan sampai bertemu kembali, In sya Allāh pada kesempatan yang akan datang.

والله تعالى أعلم
وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.