F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-184 Empat Tingkatan Memahami Takdir ~ Tingkatan Yang Pertama

Audio ke-184 Empat Tingkatan Memahami Takdir ~ Tingkatan Yang Pertama
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 14 Jumadal Ula 1445 H | 28 November 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-184

📖 Empat Tingkatan Memahami Takdir ~ Tingkatan Yang Pertama

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحاب ومن ولاه

Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga dimuliakan oleh Allāh. Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullahu.

Masih kita pada pembahasan beriman kepada takdir. Beliau mengatakan (Rahimahullahu Ta'ala),

وللقدر أربع مراتب

Dan qadar ini memiliki 4 tingkatan. Dengannya In syaa Allāh seorang hamba bisa mewujudkan iman dia dengan takdir.

المرتبة الأولى

Kata Beliau, martabat yang pertama. Tingkatan yang pertama di antara 4 tingkatan di dalam masalah takdir.

Sekali lagi, kalau kita bisa mewujudkan 4 tingkatan ini maka kita sudah dianggap beriman dengan takdir.

Jadi yang pertama adalah,

العلم

1. Mengetahui (ilmu)

Apa yang dimaksud tingkatan yang pertama adalah العلم ?

فنؤمن بأن الله تعالى بكل شيء علیم
Maka kita beriman bahwasanya Allāh Ta'ala Maha Mengetahui segala sesuatu.
Betapa banyak di dalam Al-Qur'an Allāh mengabarkan bahwasanya Dia mengetahui segala sesuatu. Di antaranya adalah Firman Allāh Azza wa Jalla,

وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
“Dan Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS Al-Hujurat: 16]
بِكُلِّ شَىْءٍ

Dan segala sesuatu di sini umum. Baik yang ada di langit maupun apa yang ada di bumi, yang kecil maupun yang besar, yang telah lalu maupun yang sekarang, maupun yang akan datang. Itu semuanya masuk dalam kalimat بِكُلِّ شَىْءٍ (dengan segala sesuatu). Disembunyikan oleh manusia ataupun dinampakkan maka Allāh mengetahuinya.

Apa yang terjadi di langit berupa gerakan-gerakan planet, gerakan-gerakan meteor, dan yang semisalnya. Dan apa yang dilakukan oleh para malaikat di sana dan lain-lain, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengetahuinya. Demikian pula apa yang terjadi di bumi. Tidak ada sesuatu yang samar bagi Allāh.

علم ما كان وما يكون وكيف يكون بعلمه الأزلي الأبدي

Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mengetahui apa yang telah terjadi.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al-Qur'an menceritakan tentang kisah-kisah yang sudah terjadi. Kisah Nabi Adam, dan juga para malaikat sebelum Nabi Adam 'Alaihisalam diturunkan oleh Allāh. Diceritakan oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala sangat terperinci. Kisah tentang para Nabi: Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf. Dan juga yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebutkan secara terperinci.

علم ما كان
“Allāh mengetahui apa yang sudah terjadi.”
Oleh karena itu kalau seseorang ingin mengetahui apa yang pernah terjadi sebelumnya berupa sejarah para Nabi dan juga para Rasul kembali kepada Al-Qur'an, kembali kepada As-Sunnah. Karena yang bisa menceritakan dengan benar dan baik adalah Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Karena Dialah yang mengetahui apa yang dahulu pernah terjadi.

وما يكون
“Dan Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mengetahui apa yang akan terjadi.”
Sekarang belum terjadi. Tapi apa yang akan terjadi lusa, besok, Minggu depan, bulan depan, tahun depan dan seterusnya. Maka Allāh Subhanahu Wa Ta'ala Maha Mengetahuinya. Maha Mengetahui perkara-perkara tersebut sebelum terjadinya. Ini menunjukkan tentang luasnya ilmu Allāh.

وكيف يكون بعلمه الأزلي الأبدي

Dan apa yang terjadi dan bagaimana dia terjadi, Allāh Subhanahu Wa Ta'ala Maha Mengetahuinya. Dengan ilmu-Nya yang sejak dari dulu الأبدي (yang terus akan selamanya) Allāh Subhanahu Wa Ta'ala bersifat dengan sifat tersebut.

Kemudian,

فلا يتجدد له علم بعد جهل

Maka tidak akan memperbaharui. Maksudnya adalah, ilmu Allāh itu bukan sesuatu yang baru setelah Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak tahu. Jadi Allāh tahu bukan karena Allāh setelah yang sebelumnya tidak tahu. Ilmu Allāh adalah Azali, dan disebutkan sebelumnya,

وكيف يكون بعلمه الأزلي الأبدي
Dan bagaimana itu terjadi? Dengan ilmu Allāh yang Azali. Maksudnya di sini adalah,
فلا يتجدد له علم بعد جهل
Karena Dia sejak dahulu maka ilmu Allāh itu bukan sesuatu yang baru, setelah sebelumnya Allāh tidak tahu.
Ini di antara perbedaan antara ilmu kita dengan ilmu Allāh. Kalau ilmu Allāh tidak didahului dengan kebodohan. Adapun ilmu manusia maka diawali yang sebelumnya dengan kebodohan. Dalam keadaan dia tidak tahu, belajar, kemudian baru tahu dan hilang kebodohannya. Itu keadaan kita.

ولا يلحقه نسیان بعد علم
Dan Allāh Subhanahu Wa Ta'ala, ilmunya Allāh itu tidak disertai dan tidak diiringi oleh lupa. بعد علم (setelah Dia mengetahuinya).
Jadi tidak ada lupa bagi Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Dan ini menunjukkan tentang kesempurnaan ilmu Allāh. Jadi ilmu Allāh tidak didahului oleh kejahilan dan tidak diiringi oleh kelupaan.

Adapun manusia maka mereka penuh dengan kekurangan. Orang yang 'alim di antara mereka pasti didahului oleh kebodohan. Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan taufik, dia mau belajar. Akhirnya dia mendapatkan ilmu.

Dan yang kedua, bahwasanya ilmu Allāh Subhānahu wa Ta’āla ini adalah tidak diiringi oleh rasa lupa. Menunjukkan tentang kesempurnaan ilmu Allāh Azza wa Jalla.

Maka yang demikian harus kita yakini bahwasanya Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mengetahui segala sesuatu. Apa yang akan terjadi di masa yang akan datang Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Tahu. Sebelum terjadinya sesuatu tersebut. Musibah yang menimpa kita Allāh sudah tahu bahwasanya musibah itu akan terjadi. Tidak ada yang luput dari ilmu Allāh Azza Wa Jalla.

Maka jangan seperti yang dilakukan dan diyakini oleh orang-orang Qadariyah yang meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla itu tahu setelah terjadinya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan ilmu Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah ilmu yang sempurna. Tidak didahului oleh kebodohan dan tidak diiringi oleh kelupaan.

Ini adalah martabat yang pertama. Harus ada di dalam diri kita keyakinan Allāh mengetahui segala sesuatu termasuk di antaranya adalah apa yang akan terjadi. Bahkan disebutkan di dalam hadits,

ما من نفس إلا وقد علم منزلها من الجنة والنـار
“Tidak ada sebuah jiwa kecuali sudah diketahui tentang keadaannya, akan diketahui tentang akhir dari kehidupannya. Apakah dia termasuk penduduk surga atau penduduk neraka.” [HR Bukhari dan Muslim]
Maka ini Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengetahuinya siapa yang akan masuk ke dalam surga dan siapa yang akan masuk ke dalam neraka.

In syaa Allāh akan kita lanjutkan pembahasan ini pada kesempatan yang akan datang. Semoga Allāh Subhanahu Wa Ta'ala memudahkan.

و بالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.