F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-176 Persaksian Untuk Orang Yang Masuk Neraka Yang Disebutkan Al Quran Dan Sunnah 03

Audio ke-176 Persaksian Untuk Orang-Orang Yang Masuk Ke Dalam Neraka Yang Disebutkan Oleh Al Quran Dan Sunnah Bagian Ketiga
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 23 Rabi’ul Awwal 1445 H | 09 Oktober 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-176

📖 Persaksian Untuk Orang-Orang Yang Masuk Ke Dalam Neraka Yang Disebutkan Oleh Al Quran Dan Sunnah Bagian Ketiga


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحاب ومن ولاه

Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah. Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullahu ta'ala.

Masih kita pada pembahasan tentang Rukun Iman yang kelima yaitu Beriman dengan Hari Akhir, tentang masalah beriman dengan surga dan juga dengan neraka.

Di antara yang perlu kita sampaikan di sini adalah tentang masalah sebagian orang yang mereka bermudah-mudahan memberikan gelar kepada orang yang meninggal dunia dengan الشهيد, misalnya. Karena dia meninggal ketika perang misalnya kemudian dikatakan,

فُلانٌ الشَهيدٌ
Si fulan adalah orang yang mati syahid.
Ini ada pembicaraan di antara para ulama dan kesimpulannya, "Jangan kita bersaksi bahwasannya dia الشهيد kalau memang tidak ada dalilnya yang pasti yang tidak kita ragukan kebenaran itu yaitu Al-Quran dan Sunnah. Jangan kita mengatakan,

" فُلانٌ الشَهيدٌ".

Tapi kita katakan, "Kita berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa beliau dan menjadikan beliau termasuk syuhada”. Yang begitu benar.

Tapi kalau memastikan bahwasanya beliau adalah syahid maka ini bukan perkara yang mudah, karena syahid yang sebenarnya di sisi Allah adalah seorang syahid yang ingin supaya kalimat Allah ini meninggi, ingin supaya kalimat Allah ini kalimat yang mulia, maka inilah asy-syahid.

Adapun hanya sekedar meninggal dunia, tapi kalau di dalam hatinya ada riya', ada sum’ah atau dikatakan sebagai orang yang pemberani dan ini tidak ada yang mengetahui kecuali Allah.

Lalu bagaimana kita berani mengatakan bahwasanya si fulan adalah asy-syahid padahal Allah Subhanahu Ta'ala tidak mengabarkan yang demikian dan Allah Dialah yang tahu apa yang ada di dalam hati seseorang.

Apa yang bisa kita lakukan?

Kita mengatakan, "semoga, berharap si fulan adalah termasuk syahid". Tapi untuk memastikan beliau adalah syahid yang sebenarnya maka ini sekali lagi perlu dalil yang demikian.

Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah di dalam shahih beliau, membuat sebuah bab mengatakan,

باب لا يقال فلان شهيد
Bab tidak boleh dikatakan bahwasanya si fulan adalah seorang yang syahid.
Sebuah bab yang judulnya,

لا يقال فلان شهيد
Tidak dikatakan bahwasanya si fulan adalah orang yang meninggal dalam keadaan mati syahid. Kita bisa berharap saja, adapun memastikan maka, jangan.
Kalau kita sudah memastikan beliau adalah seorang syahid maka berarti kita sudah memastikan bahwa beliau masuk ke dalam surga.

Semisal dengan hal ini adalah ketika seseorang bermudah-mudahan menggunakan kalimat "Syaikh". Ini mungkin tidak ada hubungannya dengan kata syahid tadi, tapi di sini hanya sekedar faedah saja.

Bermudah-mudahan dalam kalimat syaikh, digunakan kalimat hanya untuk orang sekedar duduk di antara majelis ilmu kemudiannya di depannya ada banyak manusia kemudian berbicara dengan bahasa Arab yang fasih, dan berani kemudian dikatakan bahwasanya dia adalah seorang asy-syaikh.

Ini termasuk bermudah-mudahan karena biasanya kalimat ini yaitu kalimat syaikh ini untuk para ulama yang mereka memiliki murid-murid dan diakui tentang keilmuannya ini adalah pantas dia dinamakan seorang asy syaikh.

Adapun hanya sekedar yang menghadiri majelis ini adalah orang-orang awam meskipun dia bisa berbicara dengan bahasa Arab yang fasih maka hendaklah kita mendudukkan seseorang sesuai dengan kedudukannya.

Kita panggil dia dengan panggilan kebiasaan di tempat kita, seorang Ustadz misalnya, adapun dipanggil dengan syaikh maka ini ana kira berlebihan. Karena syaikh biasanya kalau di negeri Arab sana dipakai untuk seorang yang memang dia berilmu, diakui tentang keilmuannya dan di depannya duduk bersama beliau menimba ilmu dari beliau para tholabul ilm dan juga orang-orang awam.

Demikian pula kalimat "Imam", ini juga jangan sembarangan kita berikan kepada seseorang karena biasanya kalimat Imam ini digunakan untuk seorang ulama yang dia memiliki pengikut yang banyak, memiliki murid-murid yang banyak, dan ini adalah tingkatan yang tinggi dalam masalah keilmuan.

Sehingga kita jangan sampai bermudah-mudahan menggunakan kalimat ini untuk setiap orang yang kita anggap dia berilmu dan seterusnya. Kita harus memperhatikan kapan kalimat imam digunakan.

Berkaitan dengan masalah syahid tadi kita ingatkan kembali bahwasanya jangan sampai kita bermudah-mudahan mengatakan bahwasanya si fulan adalah syahid dan seterusnya.

Apalagi kalau kita melihat ternyata matinya bukan dalam keadaan yang dibenarkan, seperti misalnya orang yang meninggal dunia karena dia menaruh berbagai bahan peledak di dalam tubuhnya atau ditempelkan di dalam tubuhnya kemudian meledakkan dirinya sendiri.

Apakah pantas dia dikatakan sebagai seorang syahid?

Kita katakan tidak pantas sama sekali, karena apa yang dilakukan pada hakekatnya adalah انتحار (dia bunuh diri). Dan orang yang meninggal dalam keadaan bunuh diri adalah meninggal dalam keadaan tidak baik.

Bahkan disebutkan dalam hadits orang yang bunuh diri dengan menggunakan pisau misalnya maka dia akan disiksa di dalam jahanam dan menusuk-nusuk dirinya dengan pisau tersebut.

Dan orang yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, maka demikian pula akan disiksa dengan cara seperti itu.

Lalu bagaimana orang yang dikatakan bahwasanya adalah dia seorang syahid padahal cara meninggal dunianya adalah dengan cara yang tidak dibenarkan di dalam syari’at.

InsyaaAllah kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang dan sampai bertemu kembali

Wallahu ta'ala alam.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.