F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-175 Persaksian Untuk Orang Yang Masuk Neraka Yang Disebutkan Al Quran Dan Sunnah 02

Audio ke-175 Persaksian Untuk Orang-Orang Yang Masuk Ke Dalam Neraka Yang Disebutkan Oleh Al Quran Dan Sunnah Bagian Kedua
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT | 20 Rabi’ul Awwal 1445 H | 06 Oktober 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-175

📖 Persaksian Untuk Orang-Orang Yang Masuk Ke Dalam Neraka Yang Disebutkan Oleh Al Quran Dan Sunnah Bagian Kedua


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحاب ومن ولاه


Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah. Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullahu.

Masih kita pada pembahasan tentang Rukun Iman yang kelima yaitu Beriman dengan Hari Akhir, tentang masalah beriman dengan surga dan juga dengan neraka.

Di sana ada beberapa permasalahan yang mungkin perlu kita sampaikan di sini berkaitan dengan apa yang sudah disebutkan oleh Syaikh, yaitu tentang orang yang tidak ada di sana تعين

Orang yang beriman dan bertakwa tapi tidak disebutkan di sana تعين dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam atau dari Allah bahwasanya dia adalah penduduk surga.

Kita katakan, yang boleh kita bersaksi secara umum. Barangsiapa yang bertakwa maka dia adalah penduduk surga, barangsiapa yang beriman maka dia adalah penduduk surga.

Kemudian yang kedua kita mengatakan,

يرجى له الخير
Orang yang demikian maka kita berharap kebaikan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memasukkan dia ke dalam surga dengan sebab ketakwaan dan juga keimanan dia.

Dan orang yang melakukan kemaksiatan kita katakan,

يخشى عليه العذاب
Dikhawatirkan dia terkena adzab.
Demikian pula orang yang kafir dan jelas musyrik di depan kita, tidak bisa kita langsung mengatakan, bahwasanya fulan adalah termasuk penduduk neraka.

Karena ada kemungkinan Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah kepada orang tersebut yang sebelumnya dia dalam keadaan kafir kemudian dibuka hatinya sehingga masuk ke dalam agama Islam.

Maka tidak bisa serta-merta kita mengatakan ada orang kafir di depan kita kemudian kita katakan, "Kamu adalah penduduk neraka". Siapa tahu dia mendapatkan hidayah sehingga tidak bisa kita hukumi bahwasanya dia adalah penduduk neraka.

Kemudian juga di antara yang perlu di sini, perlu kita sampaikan, tadi kita katakan,

يرجى له الخير
Yang diharapkan kebaikan pada dirinya.
Ini sama juga dengan ketika kita mengatakan kepada orang fasik atau orang yang kafir,

يخشى عليه العذاب
Ditakutkan atas mereka adzab.
Karena kita tidak tahu akhir dari kehidupan seseorang.

Demikian pula ketika membahas tentang orang-orang yang bertakwa dan beriman kita katakan, “kita berharap semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kepada beliau kebaikan”.

Tapi untuk memastikan sesuatu yang tidak dikabarkan oleh Allah dan juga Rasul-Nya di dalam hadits, memastikan bahwasanya dia adalah penduduk surga, ini maka bukan termasuk cara Ahlus Sunnah wal Jamaah. Yang bisa kita katakan adalah,

يرجى له الخير
Kita berharap kebaikan pada diri mereka.
Kenapa demikian? Karena kita tidak tahu apa yang menjadi akhir dari amalan orang tersebut. Sekarang dia zhahirnya beriman, bertakwa dan seterusnya, tapi kita tidak tahu apa yang menjadi akhir dari kehidupannya.

Mungkin dia mati dalam keadaan lemah iman, kemudian mati dalam keadaan bermaksiat atau bahkan wa iyadzu billah, keluar dari agama Islam dan mati dalam keadaan di luar agama Islam.

Maka tidak ada di antara kita yang bisa memastikan yang demikian. Maka kita katakan,

يرجى له الخير
Kita berharap kebaikan dari Allah Subhanahu wa ta'ala untuk orang tersebut.
Dan mungkin ma'ruf tentang sabda nabi Shallallahu'alaihi wa sallam,

فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Sungguh salah seorang di antara kalian mengamalkan amalan penduduk surga kemudian tidak ada antara dia dan surga kecuali satu jengkal saja ternyata kitab sudah mendahului, (takdir sudah mendahului) kemudian akhirnya dia mengamalkan amalan penduduk neraka dan akhirnya masuk ke dalam neraka.
Tidak ada di antara kita yang mengetahui akhir dari seseorang.

Sebaliknya, barangsiapa di antara kalian atau salah seorang dari kalian, mengamalkan amalan penduduk neraka sehingga tidak ada jarak antara dia dengan neraka kecuali satu jengkal saja kemudian dia mengamalkan amalan penduduk surga akhirnya dia masuk ke dalam surga.

[HR Bukhari Muslim]
Ini menunjukkan tentang bahayanya perkara ini, jangan sampai seseorang tertipu dengan amalannya dan jangan sampai seseorang meremehkan saudaranya yang masih berbuat maksiat, karena kita tidak tahu apa yang menjadi akhir dari kehidupan seseorang.

Dan laki-laki yang disebutkan dalam hadits bahwasanya dia dahulu mengamalkan amalan penduduk surga, disebutkan dalam sebagian riwayat,

فيما يظهر للناس

Maksudnya adalah dia mengamalkan amalan penduduk surga dari sisi zhahirnya, yang dilihat oleh manusia secara zhahir dilihat oleh manusia bahwasanya dia adalah melakukan amalan penduduk surga. Itu adalah sesuai dengan ilmu manusia, yang nampak bagi manusia.

Tapi siapa yang mengetahui apa yang ada di dalam hati seseorang. Mungkin dia melakukan amalan penduduk surga secara zhahir tapi hatinya dia riya', dia sum'ah, tidak ikhlas di dalam amalannya.

Maka ini dikhawatirkan bisa menjadi sebab su'ul khotimah karena seseorang hanya memperhatikan tentang amalan zhahirnya tetapi dia tidak memperhatikan tentang amalan bathin berupa berupa keikhlasan, kejujuran dan seterusnya.

Adapun seorang yang beriman dan dia bertakwa dan ikhlas di dalam hatinya maka tentunya Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menyamakan dengan orang yang hanya mengamalkan secara zhahir tapi hatinya jauh dari keikhlasan.

Orang yang ikhlas dengan sungguh-sungguh di dalam sunnah dan dia hidup di atas sunnah menjadikan sunnah ini darah dan juga dagingnya, menyatu di dalam dirinya ikhlas maka dia akan meninggal di atas kebaikan tersebut.

من عاش على شيء مات عليه،
“Orang yang hidup di atas sesuatu maka dia akan mati di atas sesuatu tersebut.”
Orang yang biasa di dalam kehidupannya taat, ikhlas mengikuti sunnah maka diharapkan dia ketika meninggal dunia diberikan taufik oleh Allah Azza wa Jalla untuk tetap ikhlas dan juga mengikuti sunnah Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam.

InsyaaAllah kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang dan sampai bertemu kembali. Wallahu ta'ala alam.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
0

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.