F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-144 Wajib Untuk Tidak Menyebutkan Kejelekan Para Sahabat Bagian Pertama

Audio ke-144 Wajib Untuk Tidak Menyebutkan Kejelekan Para Sahabat Bagian Pertama
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS| 07 Shafar 1445 H| 24 Agustus 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-144

📖 Wajib Untuk Tidak Menyebutkan Kejelekan Para Sahabat Bagian Pertama

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه والتابعين لهم بإحسانٍ إلى يوم الدين وسلم تسلما كثيرا. أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla kembali kita dipertemukan kembali oleh Allah ﷻ dalam pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Dan masih kita pada pembahasan beriman kepada para Rasul yang merupakan rukun iman yang keempat dan kita berada di akhir-akhir pembahasan ini.

Masih berkaitan dengan keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah terhadap para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Beliau mengatakan rahimahullah,

ونرى أنه يجب أن نكف عن مساوئهم

Dan kita memandang, meyakini, kita (Ahlussunnah wal Jama'ah) berpendapat bahwasanya wajib untuk menahan diri yaitu tidak menyebutkan عن مساوئهم (tentang kejelekan-kejelekan para sahabat).

Wajib atas kaum muslimin untuk menahan diri dan tidak menyebutkan tentang kejelekan-kejelekan mereka.

Para sahabat radhiyallahu ta'ala 'anhum bukan maksum dengan keistimewaan dan keutamaan yang kita yakini dan anugerah yang besar yang Allah berikan kepada mereka. Namun perlu diketahui bahwasanya mereka adalah manusia biasa seperti kita bukan termasuk orang-orang yang maksum (yang dijaga dari dosa).

Pasti mereka melakukan dosa tapi keyakinan kita dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah menahan diri dari menyebutkan kejelekan-kejelekan para sahabat. Sebagaimana kita juga tidak boleh menyebutkan kejelekan-kejelekan saudara kita. Saudara kita yang biasa saja yang seislam, saudara seagama tidak boleh kita menyebutkan kejelekannya, tidak boleh meng-ghibah.

Lalu bagaimana dengan para sahabat yang mereka telah dipuji oleh Allah dan juga Rasul-Nya. Maka membicarakan kejelekan mereka ini adalah sebuah kesalahan yang besar.

فلا نذكر هم إلا بما يستحقونه من الثناء الجميل

Maka kita tidak menyebutkan mereka kecuali dengan apa yang mereka berhak berupa pujian yang indah. Jikalau kita mau memuji para sahabat radhiyallahu ta'ala anhu dan itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, maka memuji mereka dengan apa yang mereka berhak, yaitu tidak sampai ghuluw dan berlebihan, mencela mereka dan menyebutkan kesalahan mereka (khoto'/salah)

Demikian pula berlebihan di dalam memuji mereka, sehingga menempatkan mereka di atas kedudukannya melebihi dari kedudukan yang seharusnya, maka ini juga adalah sebuah kesalahan. Ahlus Sunnah (mereka) tidak memuji para sahabat kecuali dengan apa yang mereka berhak.

وأن نطهر قلو بنا من الغل و الحقد على أحد منهم

Dan kita membersihkan hati kita (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) dari الغل, seluruh perkara yang tidak baik yang ada dalam hati seseorang, والحقد dan juga dendam, kebencian على أحد منهم kepada sebagian di antara mereka.

Jadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah mereka membersihkan hati-hati mereka dari seluruh penyakit-penyakit hati yang ditujukan kepada para sahabat radhiyallahu ta'ala 'anhu atau salah seorang di antara mereka.

Merela tidak su'uzhan tapi mereka husnuzhan dan mereka mencintai para sahabat, menghormati dengan lisan mereka dan juga dengan hati mereka. Hati mereka bersih dari seluruh penyakit hati yang berkaitan dengan para sahabat radhiyallahu ta'ala ‘anhum.

لقوله تعالى فيهم :

Yang demikian berdasarkan firman Allah ﷻ tentang mereka [QS Al-Hadid: 10],

لَا يَسْتَوِى مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ ٱلْفَتْحِ وَقَـٰتَلَ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةًۭ مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُوا۟ مِنۢ بَعْدُ وَقَـٰتَلُوا۟ ۚ وَكُلًّۭا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْحُسْنَى

Tidak sama di antara kalian orang yang berinfaq sebelum datangnya الْفَتْحِ (pembukaan, dan dimaksud dengan الْفَتْحِ atau pembukaan di sini adalah perjanjian Hudaibiyyah), وَقَتَلَ (dan mereka berperang (berjihad) sebelum datangnya صلح Hudaibiyyah.

Tidak sama antara orang yang berinfaq sebelum perjanjian Hudaibiyyah, dan dia berperang, berjihad, dengan orang-orang yang datang setelahnya. Jadi para sahabat sendiri, derajat mereka, keutamaan mereka bertingkat-tingkat.

Orang yang berinfaq dan berjihad sebelum perjanjian Hudaibiyyah lebih afdhal daripada yang berinfaq dan berjihad setelah perjanjian Hudaibiyyah.

أُولاَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا

Mereka yaitu yang sebelum perjanjian Hudaibiyyah lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang berinfaq setelah perjanjian Hudaibiyyah dan mereka berjihad.

وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْحُسْنَىٰ

Dan masing-masing mereka (Sahabat) baik yang berperang dan juga berinfaq sebelum perjanjian Hudaibiyyah maupun yang setelahnya.

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْحُسْنَىٰ

Allah menjanjikan kepada mereka kebaikan.

Ucapan Allah, وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْحُسْنَى, masing-masing dari mereka kami janjikan dengan Al-Husna (surga), menunjukan tentang keutamaan sahabat secara umum bahwa mereka dimasukkan ke dalam surga.

Lalu bagaimana masih tersisa di dalam diri seorang muslim perasaan yang tidak baik (su'uzhan), keyakinan yang tidak benar tentang para sahabat yang telah dijanjikan Allah masuk ke dalam surga.

Demikian yang bisa kita sampaikan. Wallahu ta’ala a’lam.

وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
0

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.