F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-148 Manusia Dibangkitkan Dan Dikumpulkan Tanpa Pakaian, Alas Kaki Dan Tanpa Khitan

Audio ke-148 Manusia Dibangkitkan Dan Dikumpulkan Dalam Kondisi Tanpa Pakaian Tanpa Alas Kaki Dan Tanpa Khitan
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU| 13 Shafar 1445 H| 30 Agustus 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-148

📖 Manusia Dibangkitkan Dan Dikumpulkan Dalam Kondisi Tanpa Pakaian Tanpa Alas Kaki Dan Tanpa Khitan

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه أمام بعد


Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah. Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah.

Masih kita pada pembahasan beriman kepada Hari Akhir. Beliau mengatakan,

فيقوم الناس من قبورهم لرب العالمين

Akhirnya manusia bangun dari kuburan mereka, setelah disempurnakan anggota badan mereka, dikembalikan nyawa mereka, maka mereka pun bangkit dari kuburan-kuburan mereka.

Bangkit kepada siapa? Kepada siapa mereka menuju?  لرب العالمين. Bangkit, kemudian mereka menuju Allah Rabbul A'laamiin. Dalam keadaan,

حفاة بلا نعال عراة بلا ثياب غرلاً بلا ختان

Dalam keadaan sebagaimana mereka dahulu dilahirkan oleh ibunya.

  • Pertama حفاة بلا نعال
    Mereka dalam keadaan tidak memakai alas kaki, tidak memakai sepatu, tidak memakai sandal, tidak memakai kaos kaki.
  • Kedua عراة بلا ثياب
    Dalam keadaan mereka telanjang. Tanpa memakai pakaian sehelai pun, baik laki-laki maupun wanita. Sama, dalam keadaan kakinya tidak beralas dan badannya tidak memakai pakaian.
  • Ketiga غرلاً بلا ختان
    Dia dalam keadaan غرلاً, yaitu tanpa dikhitan, بلا ختان (tanpa dikhitan).
Jadi dalam keadaan utuh sebagaimana ia dilahirkan oleh ibunya.

Kemudian beliau mendatangkan dalil, [QS Al-Anbiya: 104]

كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, نُّعِيدُهُ maka Kami akan mengembalikan.

Sebagaimana mereka ketika Kami menciptakan mereka dalam keadaan tidak memakai alas kaki, tidak memakai pakaian, tidak berkhitan. Maka Kami akan kembalikan. Datang di hari kiamat dalam keadaan mereka tidak beralas kaki, tidak memakai pakaian, tidak berkhitan.

كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ ۥ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ [QS Al-Anbiya: 104]

Yang demikian itu mengembalikan manusia membangkitkan manusia adalah janji atas Kami. Yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewajibkan atas dirinya sendiri untuk mengembalikan manusia dan membangkitkan manusia.
Jadi di sini, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewajibkan untuk dirinya sendiri. Adapun manusia, maka tidak boleh mereka mewajibkan kepada Allah ﷻ sesuatu apapun. Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang mewajibkan untuk dirinya sendiri. Ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah.

إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ
“Sesungguhnya Kami akan melakukannya.”
Penguatan dari Allah. Setelah sebelumnya Allah mengabarkannya dengan janji atas Kami akan dilakukan oleh Allah, akan ditunaikan oleh Allah.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ
Allah tidak akan mengingkari janjinya.[QS Ali-Imran: 9]
Kemudian Allah mengatakan, [QS Al-Anbiya: 104],

إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ
Sungguh Kami akan melakukannya.[QS Al-Anbiya: 104]
Akan dilakukan oleh Allah. Yaitu mengumpulkan manusia, membangkitkan manusia dalam keadaan seperti mereka dahulu dilahirkan oleh ibunya.

Maka kita harus meyakini yang demikian. Ini adalah janji Allah. Dan Allah akan melakukan. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan mengingkari janjinya. Akan mengumpulkan mereka dalam keadaan seperti yang disebutkan.

Dan di dalam hadits, ketika Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam mengabarkan bahwasanya manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, tidak memakai alas kaki. ’Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu Ta'ala Anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,

Yaa Rasulullah laki-laki dan wanita saling melihat satu dengan yang lain?”, sebagaimana ini yang beliau bayangkan terjadi di dunia. Maka beliau bertanya kepada Nabi, “Kalau misalnya mereka dalam keadaan telanjang, apakah laki-laki dan wanita tidak saling memandang satu dengan yang lain?

Maka Nabi Shalallahu'Alaihi Wa Sallam mengabarkan kepada ‘Aisyah, bahwasanya urusan pada saat itu, keadaan saat itu lebih besar, lebih dahsyat daripada memikirkan hanya memandang aurat manusia yang lain. Daripada memikirkan aurat sendiri.

Menunjukkan bahwasanya, keadaan saat itu, ini adalah keadaan yang sangat menakutkan, sangat mengerikan. Sehingga hati manusia semua fokus ke sana. Dia dalam keadaan telanjang, orang lain dalam keadaan telanjang itu, sampai mereka tidak memperdulikan yang demikian.

لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ [QS ‘Abasa: 37]

Masing-masing dari manusia pada hari tersebut memiliki urusan yang sudah mencukupi dia. Masing-masing memikirkan tentang keselamatan dirinya. Dia akan ditanya kepada Allah yang telah menciptakan dia. Akan bertemu dengan Allah, akan dihisab, akan dimintai pertanggungjawaban.

Dan masing-masing mengetahui apa yang sudah dilakukan di dunia. Maka, semua dalam keadaan takut. Dan memiliki urusan yang menjadikan mereka sibuk. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menolong kita semuanya. Memudahkan kita dalam menghadapi hari tersebut.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan InsyaaAllah kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.