F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-146 Beriman Kepada Hari Akhir

Audio ke-146 Beriman Kepada Hari Akhir
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN| 11 Shafar 1445 H| 28 Agustus 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-146

📖 Beriman Kepada Hari Akhir

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه أمام بعد


Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kembali kita dipertemukan oleh Allah dalam pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah.

InsyāAllāh kita akan memasuki pembahasan yang baru yaitu tentang beriman kepada hari akhir.

Beliau mengatakan,

فصل

Pasal yang baru.

ونؤ من باليوم الآخر

Dan kita (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) beriman dengan hari akhir.

Dan beriman dengan hari akhir adalah termasuk arkanul iman (أركن الايمان) dan arkan (أركن) adalah yang paling kuat dari sesuatu. Menunjukkan bahwasanya beriman kepada hari akhir ini adalah pokok-pokok keimanan.

Barangsiapa yang mengingkari adanya hari akhir, meyakini bahwasanya dunia ini adalah akhir dari segalanya, tidak percaya bahwasanya manusia akan dibangkitkan, meskipun dia mengaku beriman kepada Allāh, maka pengingkaran dia terhadap hari akhir ini membatalkan keislamannya.

Beriman dengan hari akhir termasuk pokok keimanan dan rukun keimanan.

وهو يوم القيامة
“Dan nama lain dari hari akhir adalah يوم القيامة.
Hari di mana manusia berdiri, manusia dibangkitkan, manusia dibangunkan.

الذي لا يوم بعده
“Yang tidak ada hari setelahnya.”
Sehingga dinamakan dengan اليوم آخير (hari yang terakhir) karena tidak hari setelahnya. Perlu diketahui bahwasanya insyāAllāh sesuatu yang maklum bahwasanya manusia di dalam kehidupannya melewati empat fase:
Ketika dia berada di dalam perut ibunya, maka dia sedang di alam rahim, dan itu adalah kehidupan dia.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengeluarkan dia dari perut ibunya, dan memasuki kehidupan yang baru yaitu kehidupan alam dunia.
Pada waktunya sampai pada ajalnya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memindahkan dia dari kehidupan dunia ke kehidupan di alam barzah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan membangkitkan dia dan memindahkan dia pada kehidupan dan fase yang terakhir yaitu kehidupan alam akhirat.

Dan setelahnya tidak ada lagi fase.

Sehingga fase yang terakhir ini dinamakan اليوم آخير (hari yang terakhir). Jadi يوم القيامة hari ketika manusia dibangkitkan dan dibangunkan dari kuburannya. Oleh karena itu beliau mengatakan الَّذِينَ يَومَ بَعْدَه (hari yang tidak ada hari setelahnya).

Karena dia adalah fase yang terakhir bagi manusia. Oleh karena itu kita sangat tidak setuju sekali dengan ucapan sebagian atau apa yang tertulis di koran misalnya, si fulan menuju pada peistirahatan yang terakhir.

Mengatakan "peristirahatan yang terakhir”, maksudnya adalah meninggal dunia. Ini adalah ucapan yang sangat berbahaya sekali. Kalau sampai diiringi dan ada di dalam hatinya keyakinan itu adalah yang terakhir dan tidak ada hari kebangkitan, maka ini berarti pengingkaran terhadap hari kebangkitan.

Dan tentunya seperti yang sudah kita sebutkan sesuatu yang sangat berbahaya sekali, karena orang yang mengingkari hari kebangkitan berarti keluar dari agama islam. Namun kalau tidak ada keyakinan demikian dan dia memaksudkan peristirahatan yang terakhir adalah kematian saja, tapi di dalam hatinya masih meyakini tentang adanya hari akhir, tentunya tidak sampai seperti yang pertama.

Tapi dia adalah ucapan yang salah yang harus dikoreksi karena alam kubur ini bukan peristirahatan yang terakhir, manusia akan dibangkitkan. Itu hanya sekedar kunjungan saja sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan,

اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ * حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ
“Telah menjadikan kalian lalai saling berbanyak-banyaknya kalian. Sampai kalian mengunjungi kuburan.” [QS At-Takatstsur: 1-2]
Maksudnya adalah sampai kalian meninggal dunia. Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan zurtun (ziarah) dan makna ziarah adalah kunjungan sementara. Seseorang tidak akan selamanya di alam kubur.

Maka kita harus menggunakan kata-kata yang pas dan benar, jangan hanya menganggap itu hanyalah kata-kata yang baik, tidak semua yang baik menurut pandangan manusia kemudian dia benar di sisi Allah ﷻ.

Kemudian beliau mengatakan,

حين يبعث الناس أحياء للبقاء

Ketika manusia dibangkitkan, dibangunkan yaitu dari fase yang ketiga tadi, أحياء dalam keadaan dia hidup, dikembalikan lagi nyawa yang sebelumnya berpisah dikembalikan kepada badannya masing-masing.

Dan badan yang sudah hancur menjadi tanah, menjadi tulang dengan qudratullah, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengembalikan itu semua. Sehingga menjadi utuh dan dikembalikan arwah kemudian manusia bangkit dari alam kuburnya, dalam keadaan hidup. Maka ini semua harus kita yakini.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu. Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan kita dari dulu yang awalnya tidak ada sama sekali, kemudian Allah menciptakan dan mengadakan, menjadikan kita ada. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Mampu untuk mengembalikan kita setelah sebelumnya menjadi sesuatu yang hancur.

وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Allah mampu untuk melakukan segala sesuatu.”
للبقاء

Hidup untuk dilanggengkan, artinya tidak akan dimatikan setelah itu. Hidup للبقاء untuk selamanya.

Adapun di dunia sementara, alam barzah sementara, di dalam perut ibunya juga sementara. Tapi kalau sudah dibangkitkan di fase yang terakhir, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan hidupkan untuk selamanya.

Dengan kehendak Allah ﷻ, menjadikan mereka kekal dan menjadikan tempat tinggal mereka juga kekal. Surga kekal, neraka juga kekal namun kekekalan surga dan neraka dan kekekalan manusia yang ada di dalamnya adalah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bukan mereka kekal dengan sendirinya.

Sehingga bukan berarti kita menyamakan antara Allah dengan makhluk, كل Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Maha Kekal Dialah.

الأول والأخير
Dan penduduk surga kekal dan penduduk neraka juga kekal. Surga dan neraka juga kekal, namun makhluk-makhluk tersebut kekalnya adalah dengan masyiatullah.

إما في دار النعيم وإما في دار العذاب الأليم

Kekalnya ada dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama kekal di dalam دار النعيم, di dalam negeri yang penuh dengan kenikmatan yaitu ٱلْجَنَّة karena di dalam ٱلْجَنَّة semuanya adalah nikmat, tidak ada setitikpun di situ kesusahan, kenikmatan yang diiringi dengan kelanggengan dan tidak ada kesusahan sama sekali.

Berbeda dengan kenikmatan di dunia, terkadang di sana ada efek negatifnya. Tapi kalau kenikmatan di dalam surga maka jannah seluruhnya adalah دار النعيم itu adalah negeri kenikmatan saja. Ada yang kekal di sana dan mereka adalah orang-orang yang beriman.

وإما في دار العذاب الأليم

Atau akan kekal di dalam negeri yang penuh dengan adzab yang pedih, isinya adalah adzab, adzab dan adzab. Semakin lama semakin bertambah adzabnya. Tidak ada kenikmatan sama sekali, tidak ada istirahat, tidak ada waktu luang untuk longgar.

Ada di antara manusia yang kelak akan dikekalkan oleh Allah ﷻ di dalam neraka ini. Dan mereka adalah orang-orang yang kuffar (orang-orang yang kufur kepada Allāh).

Maka ini semua harus kita yakini sebagai orang yang beriman yang menyatakan beriman kepada Allah maka kita harus meyakini secara umum, bahwasanya manusia akan dibangkitkan dan akan dibalas oleh Allah ﷻ amalan yang mereka lakukan di dunia.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan insyāAllāh kita akan bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.


وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.