🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN| 04 Shafar 1445 H| 21 Agustus 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-141
📖 Urutan Sebaik-baik Umat Islam
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه والتابعين لهم بإحسانٍ إلى يوم الدين وسلم تسلما كثيرا. أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kembali kita dipertemukan oleh Allah ﷻ dalam pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Masih kita membahas tentang beriman kepada para rasul yang merupakan rukun iman yang keempat dan kita berada di akhir-akhir pembahasan ini. Masih berkaitan dengan keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah terhadap para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Beliau rahimahullah mengatakan:
ونؤمن بأن خير هذه الأمة الصحابة ثم التابعون ثم تابعوهم
Dan kita yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah, beriman bahwasanya sebaik-baik umat ini yaitu umat Islam adalah الصحابة.
Ash-Shahabah (الصحابة) mereka adalah orang-orang yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan keutamaan dan keistimewaan. Mereka adalah orang-orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, beriman dengan Beliau dan meninggal di atas keimanan.
Tiga syarat yang harus terpenuhi pada diri seorang sahabat, kalau salah satu di antara tiga syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak dinamakan seorang صحابة.
Bertemu dengan Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam tetapi kalau tidak beriman seperti orang-orang munafik atau orang-orang musyrikin seperti Abu Jahl, Abu Lahab. Mereka bertemu dengan Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam tetapi tidak beriman dengan Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam, maka tidak dinamakan sebagai seorang صحابة.
Beriman tetapi tidak bertemu dengan Beliau juga tidak dinamakan صحابة, seperti kita beriman dengan Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam tetapi kita tidak bertemu dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka tidak dinamakan seorang صحابة.
Syarat yang ketiga meninggal di atas keimanan (istiqamah) kemudian meninggal di atas Islam dan juga di atas iman. Adapun orang yang beriman dengan Beliau kemudian dia murtad dan meninggal di atas kekufuran maka tidak dinamakan sebagai seorang صحابة meskipun dia dulu pernah beriman.
Dan Al-Hafidz Ibnu Hajar beliau menguatkan bahwasanya, "Seandainya dia murtad kemudian dia kembali kepada Islam dan meninggal di atas Islam maka dia dinamakan sebagai seorang صحابة".
Ini adalah penjelasan tentang siapa yang dimaksud dengan sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Jadi kita berkeyakinan bahwasanya mereka adalah sebaik-baik umat ini.
ثم التابعون ثم تابعوهم
Kemudian setelah itu diikuti dengan para tabi'in.
Jadi yang paling afdhal di antara umat ini setelah para صحابة adalah para tabi'in. Mereka adalah orang yang menimba ilmu dan bertemu dengan para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, tapi mereka tidak bertemu dengan Rasulullah.
Bertemu dengan para sahabat Beliau, kemudian beriman dan meninggal di atas keimanan maka mereka dinamakan dengan At-Tabi'un.
At-Tabi'un artinya adalah pengikut, yaitu yang mengikuti para صحابة. Maka keyakinan kita bahwasanya para tabi'in, adalah manusia yang paling mulia setelah para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
ثم تابعوهم
Kemudian orang-orang yang mengikuti mereka. Hum (هم) di sini kembali kepada tabi'in.
ثم التابعون تابعوهم
Kemudian setelahnya adalah orang-orang yang mengikuti para tabi’in.
Pengikutnya para tabi'in yaitu orang-orang yang menimba ilmu dari para tabi'in dan tidak bertemu dengan para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, istiqamah di atas keimanan dan meninggal di atas keimanan. Maka mereka adalah generasi terbaik setelah para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan setelah para At-Tabi'in.
Ucapan beliau خير هذه الأمة sebaik-baik umat ini adalah para sahabat kemudian para tabi'in, maka yang dimaksud dengan keistimewaan atau pengutamaan di sini adalah jenisnya. Yaitu jenis para sahabat itu lebih afdhal daripada jenis para tabi'in. Dan jenis para tabi'in lebih afdal secara umum daripada tabiut tabi'in. Jadi ini dilihat dari jenisnya secara umum.
Adapun secara individu maka tidak bisa kita sama ratakan, bahwasanya setiap masing-masing dari الصحابة secara individu lebih afdhal daripada tabi'in. Atau seorang tabi'in secara individu lebih afdhal daripada tabiut tabi'in.
Karena terkadang di sana ada seorang tabi'in yang dia memiliki keutamaan, dia memiliki keistimewaan yang dengannya dia lebih daripada orang yang datang sebelumnya.
Demikian pula dari kalangan tabiut tabi'in, ada di antara mereka yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan keutamaan secara individu menjadi seorang imam di antara imam-imam Ahlus Sunnah. Menjadi seorang ulama dan dia lebih afdhal daripada seorang individu di antara tabi'in.
Jadi yang dimaksud oleh beliau rahimahullah di sini adalah secara jenis, maka jenis para sahabat radhiyallahu ta'ala 'anhum ini lebih afdhal daripada tabi'in, demikian pula tabi'in lebih afdhal daripada tabiut tabi'in.
Kemudian di sana ada beberapa dalil yang jelas menunjukkan tentang apa yang disebutkan oleh muallif di sini. Tentang keutamaan para صحابة.
Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam yang langsung menunjukkan tentang apa yang beliau sebutkan di sini yaitu ucapan beliau:
خيرُ الناسِ قَرني ثم الذين يَلونهم ثم الذينَ يَلونهم
Sebaik-baik manusia adalah manusia yang hidup di zamanku. Qarniy (قَرني) maksudnya adalah di generasiku atau di abadku.
Beliau mengatakan:
خيرُ الناسِ
"Sebaik-baik manusia."
Dan ini adalah pujian yang nyata dari Rasulullah kepada mereka yang hidup di zaman beliau yaitu para shahabah radhiyallahu ta'ala 'anhum.
Kemudian siapa setelahnya?
ثم الذين يَلونهم
"Yaitu orang-orang yang datang setelah mereka.”
Yaitu para tabi'in, karena merekalah yang datang setelah para shahabah.
ثم الذين يَلونهم
"Kemudian yang datang setelah mereka.”
Dan mereka adalah para tabiut tabi'in.
Ini jelas menunjukkan tentang keutamaan para shahabah dan juga orang-orang yang bertemu dengan para shahabah dan dia menjadi seorang Salaf yang shalih. Kemudian yang setelahnya adalah para tabiut tabi'in.
Dan tentunya sebuah pujian apabila datang dari seorang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan Beliau adalah utusan Allah yang tidak berbicara dari hawa nafsunya. Ketika Beliau mengabarkan bahwasanya para sahabat adalah sebaik-baik manusia kemudian para tabi'in dan kemudian para tabiut tabi’in, maka ini adalah wahyu dari Allah ﷻ.
Allah dan Rasul-Nya telah memuji mereka, oleh karena itu Ahlus Sunnah meyakini keyakinan ini, meyakini bahwasanya para shahabah mereka adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi dan juga rasul.
Diikuti dengan mengikuti dan meneladani mereka, bukan hanya sekedar keyakinan semata bahwasanya mereka adalah afdhal, mereka adalah istimewa dan seterusnya, tapi mereka ikuti dengan mengamalkan dan juga meneladani mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menisbahkan diri mereka kepada para pendahulunya yaitu para shahabah, para tabi'in, para tabiut tabi'in. Kemudian setelah zaman para shahabah para tabi'in dan juga para tabiut tabi’in, maka setiap datang zaman secara umum akan datang zaman yang lebih jelek keadaannya daripada zaman sebelumnya.
Jadi semakin zaman itu dekat dengan kerasulan maka semakin afdhal, para shahabah karena mereka yang paling dekat dengan masa kerasulan (Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam), merekalah yang paling afdhal. Tapi semakin jauh maka akan semakin jelek keadaannya.
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwasanya Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan:
لاَ يَأْتِي عَلَى الناس زَمَانٌ إِلاَّ وما بَعْدَهُ أشَر مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ
"Tidak datang kepada manusia sebuah masa sebuah zaman kecuali setelahnya datang zaman yang lebih jelek (lebih buruk keadaannya), sampai engkau bertemu dengan Rabb kalian.”
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwasanya semakin menjauh masa dan juga zaman ini dari masa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka keadaanya semakin buruk (akan semakin jelek).
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjaga kita dan juga kaum muslimin dari fitnah dan dari godaan yang bisa menyimpangkan seseorang dari agamanya.
Di dalam sebuah ucapannya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah beliau mengatakan:
وكلما بعد العهد بالرسالة ضعفت الفضيلة
Setiap kali masa atau zaman itu jauh dari kerasulan maka akan semakin lemah keutamaan (semakin mengecil keutamaannya).
Dan ini jelas menguatkan dan menjelaskan apa yang disebutkan di dalam hadits Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam tadi.
Demikian yang bisa kita sampaikan. Wallahu Ta'ala A’lam.
وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment