🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 03 Dzulqa’dah 1444 H | 23 Mei 2023 M
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📕 Rukun Iman Keempat - Beriman Kepada Rasul-Rasul Allāh
🔈 Audio ke-117
📖 Rasul Pertama Hingga Terakhir
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه والتابعين لهم بإحسانٍ إلى يوم الدين وسلم تسلما كثيرا. أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah kembali kita dipertemukan pada kesempatan kali ini, In sya Allah akan kita lanjutkan tentang rukun iman yang keempat yaitu beriman kepada Rasul Allah.
Beliau rahimahullah mengatakan:
ونؤمن بأن أولهم نوح و آخرهم محمد صلى الله عليهم وسلم أجمعين
"Dan kami Ahlus Sunnah beriman, bahwasanya rasul yang pertama adalah nabi Nuh dan rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam ajmain (semoga Allah memberikan shalawat dan salam untuk semuanya, seluruh rasul dari yang pertama sampai yang terakhir)”.
Adapun dalil bahwasanya nabi Nuh alayhissallam adalah rasul yang pertama adalah firman Allah yang disebutkan oleh beliau di sini.
إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍۢ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ
"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu (wahai Muhammad) sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya.” [QS. An-Nissa: 163]
Seandainya di sana ada rasul sebelum Nuh alayhissallam niscaya disebutkan oleh Allah. "Kami telah wahyukan kepadamu sebagaimana kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang setelahnya".
Sehingga para ulama menjelaskan, ini menjadi dalil bahwasanya Nuh adalah rasul yang pertama. Dan yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah wahyu risalah yaitu wahyu yang menunjukkan kerasulan.
Karena wahyu ada yang risalah dan wahyu nubuwah, wahyu yang menunjukkan kerasulan dan wahyu yang menunjukkan kenabian. Dua-duanya baik rasul maupun nabi diberikan wahyu oleh Allah.
Yang di maksud dengan إِنَّآ أَوْحَيْنَآ di sini adalah wahyu risalah yaitu kerasulan, adapun wahyu kenabian maka sudah datang (sudah turun) sebelumnya yaitu kenabian yang diberikan oleh Allah kepada nabi Adam alayhissalam, maka ini adalah wahyu kenabian.
Dan di sana ada ayat yang lain, yaitu firman Allah Azza wa Jalla:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًۭا وَإِبْرَٰهِيمَ وَجَعَلْنَا فِى ذُرِّيَّتِهِمَا ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلْكِتَـٰبَ
"Dan Kami jadikan di dalam keluarga (keturunan) Nuh dan Ibrahim kenabian dan Al- Kitab.” [QS. Al-Hadid:26]
Di sini Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan nabi Nuh, kemudian menyebutkan nabi Ibrahim, dan menyebutkan bahwasanya kami menjadikan kenabian dan juga kitab dalam keturunan mereka berdua.
Ini menunjukkan bahwasanya tidak ada rasul sebelum nabi Nuh alayhissallam, adapun di dalam hadits maka di sana ada hadits yang jelas menyebutkan bahwasanya Nuh alayhissallam adalah rasul yang pertama, yaitu hadits syafa'atul udzma.
Di mana manusia di padang mahsyar kelak akan mendatangi nabi Adam sebelumnya kemudian nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Musa, nabi Isa dan terakhir mereka mendatangi nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam.
Dan di dalam hadits tersebut mereka mengatakan kepada nabi Nuh ketika mendatangi nabi Nuh, menyebutkan nikmat yang Allah berikan kepada nabi Nuh alayhissallam.
"Engkau adalah أول الرسل (engkau adalah rasul yang pertama) yang Allah utus kepada penduduk bumi.“
Ini jelas menunjukkan tentang keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwasanya Nuh alayhissallam adalah rasul yang pertama.
Adapun keyakinan mereka bahwasanya Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam adalah rasul yang terakhir berdasarkan firman Allah,
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍۢ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ ۗ
"Bukankah Muhammad bapak salah seorang di antara laki-laki kalian, (karena seluruh anak laki-laki Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam seperti Ibrahim, Abdullah, Qasim mereka semua meninggal dalam keadaan masih kecil, tidak ada di antara mereka yang sampai dewasa), akan tetapi beliau adalah seorang rasulullah dan penutup para nabi” [QS Al-Ahzab: 40]
Khatam (خَاتَمَ) artinya adalah penutup. Kenapa di sini tidak disebutkan wa khatamarrasul? Karena nabi lebih umum daripada rasul. Sehingga kalau ditutup kenabian otomatis kerasulan juga ditutup.
Setiap rasul adalah nabi, tapi tidak setiap nabi adalah rasul. Rasul lebih kecil lingkupnya daripada kenabian. Nabi jumlahnya 124.000. Rasul jumlahnya 300 lebih. Jadi kalau dikatakan di sini وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ (penutup para nabi) otomatis para rasul juga ditutup, tidak ada rasul setelah nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan tidak ada nabi setelah beliau.
Adapun di dalam hadits maka banyak sekali di sana hadits yang menunjukkan bahwasanya beliau adalah penutup para nabi di antaranya adalah kabar dari beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya akan ada di antara umat ini كذابون ثلاثون (30 pendusta).
كلهم يزعم أنه نبي ولا نبي بعد
"Masing-masing dari mereka mengaku bahwasanya dia adalah nabi, padahal tidak ada nabi"
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ، لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ.
"Sedangkan aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahku"
Ini menunjukkan bahwasanya makna خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ adalah لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ makna dari penutup para nabi adalah tidak ada nabi setelah beliau shallallahu 'alayhi wa sallam.
Dan ini adalah bantahan terhadap sebagian orang yang mengartikan خاتم di sini adalah cincin, hanya sekedar penghias saja, bukan penutup. Kita katakan bahwasanya خاتم di sini adalah penutup berdasarkan hadits ini, karena ini menjelaskan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur'an.
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ، لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ
"Aku adalah penutup para nabi tidak ada nabi setelahku.”
Karena beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah nabi yang terakhir sehingga kitab yang beliau bawa adalah untuk seluruh manusia, syari'at yang beliau bawa adalah untuk seluruh manusia.
Beliau adalah rasul untuk seluruh manusia, tidak seperti nabi-nabi sebelumnya yang dia hanya diutus kepada kaumnya dan kitab yang diturunkan kepada beliau hanya untuk kaumnya, dan syari'at beliau hanya shalihah baik untuk kaumnya saja. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan:
وكانَ النبيُّ يُبْعَثُ إلى قَوْمِهِ خَاصَّةً وبُعِثْتُ إلى النَّاسِ عَامَّةً.
"Dahulu setiap nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, adapun aku diutus untuk seluruh manusia"
Nabi Nuh kepada kaumnya. Nabi Hud kepada Ad. Nabi Shalih kepada Tsamud, dan seterusnya
Sehingga syari'at beliau adalah syari'at yang cocok untuk setiap tempat dan juga waktu, syari'at beliau adalah syari'at yang terakhir, beliau adalah nabi yang terakhir. Syari'at beliau adalah syari'at yang cocok dan bisa dipakai di zaman manapun atau tempat manapun.
Setiap manusia setelah datangnya Al-Qur'an bisa mengamalkan Al-Qur'an, baik di Indonesia, di Arab Saudi, di timur maupun di barat kalau mereka mau berpegang teguh dengan Al-Qur'an, selamat dan baik kehidupan mereka, itu maksudnya.
Dan bukan maksudnya bahwasanya agama ini bisa dirubah-rubah sesuai dengan kehendak manusia, bukan itu maksudnya. Seperti yang dilakukan oleh sebagian yang dia melakukan agama ini atau mengamalkan agama ini semuanya.
Mungkin dia memakai jilbab dengan bentuk yang semaunya atau melakukan shalat dengan cara yang semaunya dengan mengatakan, "Agama ini kan fleksibel, bisa dipakai di keadaan apapun, bukan sesuatu yang tidak bisa berubah tapi dia adalah agama yang luwes, di manapun kita berada”. Kemudian dia merubah syari'at, merubah tata cara ibadah, ini pemahaman yang salah.
Maksud agama ini baik untuk seluruh (semua tempat dan semua waktu) maksudnya adalah barangsiapa yang berpegang teguh dengan Al-Qur'an, dengan agama ini, dimanapun dia berada, maka dia bisa dan itu baik bagi dia dan membawa kebaikan bagi dia. Bukan agama yang dirubah-rubah sesuai dengan hawa nafsunya.
Baik, in sya Allah itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini semoga apa yang kita sampaikan ini bermanfaat.
وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment