F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-123 Allah Subhanahu wa Ta’ala Mensifati Para Nabi Dan Rasul Sebagai Hamba Bagian Kedua

Audio ke-123 Allah Subhanahu wa Ta’ala Mensifati Para Nabi Dan Rasul Sebagai Hamba Bagian Kedua
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU| 11 Dzulqa’dah 1444 H | 31 Mei 2023 M
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-123

📖 Allāh Subhānahu wa Ta’āla Mensifati Para Nabi Dan Rasul Sebagai Hamba Bagian Kedua


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَمَنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صلى الله عليه وعلى آله وأَصحابه والتابعين لهم بإحسانٍ إلى يوم الدين وسلم تسلما كثيرا. أَمَّا بَعْدُ


Kita masih membahas tentang rukun iman yang keempat, yaitu beriman kepada para rasul. Kita lanjutkan penjelasan beliau tentang masalah, bagaimana cara beriman dengan para rasul alayhimussallam.

Beliau mengatakan:

وفال في آخرهم محمد ﷺ: تَبَارَكَ ٱلَّذِی نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِیَكُونَ لِلۡعَـٰلَمِینَ نَذِیرًا

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman berbicara tentang rasul yang terakhir, beliau datangkan dalil bahwasanya rasul yang pertama disifati sebagai seorang hamba, rasul yang terakhir juga demikian Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam yaitu di dalam firman Allah Azza wa Jalla:

تَبَارَكَ ٱلَّذِی نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِیَكُونَ لِلۡعَـٰلَمِینَ نَذِیرًا
"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” [QS Al-Furqan: 1]
Tabaarak (تَبَارَكَ) berbarakahlah, Allah Subhanahu wa Ta'āla, Dzat yang telah menurunkan Al-Furqan (nama lain dari Al-Qur'an). Dinamakan dengan Al-Furqan karena dia membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Seseorang yang ingin tahu mana yang benar dan mana yang salah, kembali kepada Al-Qur'an, apa yang dibenarkan Al-Qur'an itulah yang benar, apa yang disalahkan oleh Al-Qur'an maka itulah yang salah.

Orang yang berbicara berdasarkan Al-Qur'an, dialah yang benar. Orang yang berbicara bertentangan dengan Al-Qur'an maka dialah yang salah.

Al-Qur'an adalah Al-Furqan, ini Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mensifati.

عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ

Menurunkan Al-Qur'an kepada hamba-Nya. Siapa dia? Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam.

Dan maqamnya di sini adalah maqam ar-risalah, menurunkan Al-Kitab, menurunkan wahyu, Allah mensifati beliau sebagai seorang hamba, على عبده.

Maha berkah, Dzat yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya, ini juga pujian. Allah memuji Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam karena dia sempurna di dalam penghambaannya kepada Allah, benar-benar menjadi seorang hamba Allah.

قلبا وقالبا

Di dalam hatinya maupun di luarnya.

ظاهرا و باطنا

Dhahir maupun bathinnya.

لِيَكُونَ لِلْعَٰلَمِينَ نَذِيرًا

Supaya dia menjadi seorang yang memberikan peringatan kepada seluruh alam.
==> Berarti menjadi seorang rasul.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memuji, Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam dan mensifati beliau dengan al-'ubudiyyah.

Makanya وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, ini adalah sifat yang mulia, makanya sekali lagi bersyukur seorang yang dijadikan sebagai seorang hamba di antara hamba-hamba Allah. Semakin dia tunduk kepada Allah, maka akan semakin diangkat oleh Allah Azza wa Jalla, bukan semakin dihinakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sebaliknya orang yang semakin jauh dari penghambaan kepada Allāh, akan dihinakan oleh Allah Azza wa Jalla. Ketika dia menghambakan dirinya kepada syaithan, menghambakan dirinya kepada harta, menghambakan dirinya kepada dunia, akan dihinakan oleh Allah di dunia sebelum di akhirat.

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menghambakan dirinya kepada-Ku maka dia akan masuk ke dalam jahannam dalam keadaan terhina (دَاخِرِينَ).” [QS Ghafir: 60]
وقال في الرسول آخرين

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan, berbicara tentang rasul-rasul yang lain, disebutkan yang pertama, disebutkan yang terakhir. Bagaimana dengan rasul-rasul antara Nuh dan Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam?

Allah mengatakan:

وَٱذْكُرْ عِبَـٰدَنَآ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَـٰقَ وَيَعْقُوبَ أُو۟لِى ٱلْأَيْدِى وَٱلْأَبْصَـٰرِ
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” [QS. Sad: 45]
Dan ingatlah hamba-hamba Kami (kata Allah), Subhanallah, Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam disuruh oleh Allah Azza wa Jalla untuk mengingat hamba-hamba Allah yang telah mendahului Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam, dan mereka adalah para utusan Allah.

وَٱذْكُرْ عِبَـٰدَنَآ
"Ingatlah hamba-hamba kami.”
Karena dengan kita mengingat dan mengetahui sirah para hamba Allah, bagaimana ibadah mereka kepada Allah, bagaimana ketundukan mereka, bagaimana kekhusyukan mereka, bagaimana taatnya mereka kepada Allah, ini akan berpengaruh dan akan menggugah semangat kita untuk beribadah.

Makanya bagus seseorang mempelajari tentang biografi para nabi dan membaca kembali, mendengarkan kisah-kisah para nabi, para rasul yang mereka adalah hamba-hamba Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sekaligus mereka adalah seorang dai, seorang yang berdakwah di jalan Allah.

Demikian pula membaca biografi orang-orang shalih, para ulama salaf yang dikenal dengan keilmuan dan amalannya. Mempelajari sirah Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam, mempelajari sirah para sahabat, ini bermanfaat sekali untuk menambah keimanan kita.

Kemudian yang kedua selain menambah keimanan kita dan semangat kita dalam beribadah juga menjadikan kita tawadhu.

"Oh ternyata di sana banyak hamba-hamba Allah, bahkan lebih baik daripada kita", kenapa seseorang menyombongkan dirinya dihadapan orang lain, merasa bahwasanya dirinya telah melakukan ini dan itu.

Siapa dia dibandingkan dengan para nabi dan juga para rasul?

Kalau dia beribadah, para nabi dan juga para rasul lebih baik daripada dia di dalam ibadah. Kalau dia berdakwah, para nabi dan juga para rasul lebih baik daripada dia di dalam berdakwah.

Sehingga menjadikan dia semakin tawadhu.

وَٱذْكُرْ عِبَـٰدَنَآ

Ingatlah hamba-hamba kami, siapa mereka?

إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَـٰقَ وَيَعْقُوبَ

Mereka adalah hamba-hamba Allah, keluarga yang sangat berbarakah.
  • Ya'qub adalah putra dari Ishaq.
  • Ishaq adalah putra dari Ibrahim.
Cucu, anak dan juga bapak, semuanya dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadi seorang nabi. Ini adalah nikmat, menjadikan satu keluarga dan dijadikan semuanya di atas keimanan bahkan menjadi seorang rasul, bahkan disifati oleh Allah sebagai seorang hamba.

Tidak semua diberikan nikmat seperti ini. Terkadang kita satu keluarga, yang satunya beriman satunya tidak, tapi mereka, Allāh Subhānahu wa Ta’āla kumpulkan di atas keimanan.

Ingatlah hamba-hamba kami, Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub, mereka adalah para Rasul, para nabi dan disifati oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala sebagai seorang hamba.

أُو۟لِى ٱلْأَيْدِى
"Mereka memiliki kekuatan.”
Ulil Aidī, makdunya yaitu memiliki kekuatan di dalam melakukan ketaatan dan juga amal shalih, (subhanallah) para nabi (Ibrahim, Ishaq, Ya'qub) mereka memiliki kekuatan untuk beramal shalih, kenceng mereka di dalam melakukan ketaatan dan amal shalih kepada Allah.

Sebagaimana Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, bagaimana beliau melakukan shalat malam sampai pecah-pecah kaki beliau, demikian para nabi dan juga rasul (sangat menghambakan diri kepada Allah).

Selain itu Allah mensifati mereka وَٱلْأَبْصَـٰرِ , mereka memiliki الْأَبْصَـٰرِ maksudnya adalah memiliki ilmu.

Al-Abshar (الْأَبْصَـٰرِ) artinya adalah penglihatan, mereka memiliki penglihatan, maksudnya adalah mereka memiliki cahaya, memiliki ilmu. Berarti Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensifati di sini selain mereka adalah hamba Allah, mereka juga orang yang kuat ibadahnya dan juga orang yang memiliki ilmu yang dalam.

Kalau sifat ini terkumpul pada diri seseorang, tentunya ini adalah kemuliaan, kemuliaan yang Allah inginkan pada orang tersebut, kuat di dalam beramal shalih dan dia memiliki kekuatan di dalam ilmu agama.

Karena banyak orang yang semangat belajar tapi dia kurang di dalam beramal, seakan-akan ilmu hanya dipelajari saja, diketahui saja. Tapi dilihat dari sisi amalannya maka kita lihat sangat jauh dan kurang antara ilmu yang dia pelajari dengan amalan yang dia lakukan.

Adapun para nabi dan rasul, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensifati mereka dengan أُو۟لِى ٱلْأَيْدِى وَٱلْأَبْصَـٰرِ.

√ Ulil iydiy (أُو۟لِى ٱلْأَيْدِى) yaitu memiliki kekuatan di dalam melakukan ketaatan dan amal shalih.
√ Al-abshar (وَٱلْأَبْصَـٰرِ) yaitu mereka memiliki kekuatan di dalam ilmu.

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” [QS At-Taubah: 33]
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensifati nabinya (Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam), bahwasanya Allah mengutus beliau dengan huda (هُدَىٰ maksudnya adalah ilmu) dan dengan agama yang benar (دِينِ ٱلْحَقِّ) yaitu dengan amal.

In sya Allah, akan kita lanjutkan pembahasan ini pada kesempatan yang akan datang.

والله تعالى أعلم
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.