📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-283
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 RABU 30 Sya'ban 1444 H 22 Maret 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله تعالى
💽 Audio ke-8 dari 8: Bertekad untuk Menghentikan Semua Kebiasaan Buruk dan Dosa yang selama Ini Belum Bisa Kita Hentikan
بِسْمِ ٱللهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِلِله وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهَ. وَبَعْدُ
Ikhwati fillah, khususnya anggota Grup Islam Sunnah (disingkat GiS) yang semoga Allah 'Azza wa Jalla muliakan dunia sampai akhirat.
Bagaimana kita menyambut bulan Ramadhan?
8) Ini yang penting, ini hakikat dari shaum. Tekadkan untuk menghentikan seluruh kebiasaan buruk kita di bulan Ramadhan dan perbuatan-perbuatan dosa yang selama ini belum mampu kita hentikan. Tekadkan untuk dihentikan!
Berdusta, berghibah, mencela, main game, kemudian membuka situs-situsnya yang enggak bermanfaat, kemudian apalagi, ah.. merokok, seperti itu.
Tekadkan untuk dihentikan! Kenapa? Karena ini adalah inti dari shaum. Inti shaum, namanya juga "shaum", makna shaum adalah imsak (menahan diri).
Shaum: Diperintahkan menahan diri dalam jangka waktu tertentu dari perkara yang hukum asalnya halal, bahkan beribadah.
Yang halal itu apa? Makan, minum. Halal.
Yang beribadah itu hubungan suami istri. Itu beribadah, asal dengan istri sendiri.
Itu yang tadinya halal bahkan beribadah, Allah haramkan untuk dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dari mulai fajar sampai maghrib. Jangan makan, jangan minum, jangan dulu mendekati istri. Padahal tiga-tiganya halal, jangka waktu tertentu tidak boleh dilakukan. Itu namanya imsak dan itulah hakikat dari shaum.
Maka para ulama menyatakan seperti Syaikh Shalih Utsaimin rahmatullahi 'alaih, beliau menyatakan, "Kalau dari perkara yang halal saja kita harus dilatih menahan diri dalam jangka waktu yang tertentu, ini menunjukkan dari perkara yang haram, maka wajib. Lebih wajib lagi bagi kita untuk menahan diri, untuk tidak boleh dilakukan dari semua yang haram, baik ucapan, seperti dusta, seperti ghibah, seperti mencela, seperti suudzan kepada sesama, dan seterusnya. Wajib dijauhi! Atau perbuatan anggota badan: menyakiti, dan seterusnya, wajib lebih dijauhi daripada makan, minum dan syahwat tadi."
Makan, minum, syahwat, hukum asalnya halal, tapi di waktu shaum selama beberapa waktu tertentu, haram. Apalagi dari perkara yang diharamkan.
Maka siapa orang yang shaum tapi masih leukeun (rajin), nikreuh tur ngeureuyeuh (berjalan lalu perlahan-lahan, -ed) melakukan perkara yang Allah haramkan, maka shaumnya ditolak oleh Allahu 'Azza wa Jalla, karena dia malah terjerumus ke dalam perkara yang bertolak belakang dengan hakikat shaum.
Hakikat shaum: menahan diri dari hal yang hukum asalnya mubah. Hanya waktu tertentu, nanti Maghrib mah, boleh lagi makan, boleh lagi minum, boleh lagi menyalurkan syahwat ke istri. Boleh. Adapun yang haram, maka jauhi.
Maka berkata Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam,
❲ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِله حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ ❳
Siapa orang yang shaumnya tidak meninggalkan ucapan dan amalan yang sia-sia, maka Allah enggak butuh kepada perbuatan dia meninggalkan lapar, haus yang dilakukannya, enggak! Enggak butuh kepada shaum orang itu. Karena shaumnya yang suci, yang bersih, yang agung terkotori oleh noda. (Hadits shahih riwayat Al-Bukhari nomor 1903)
Apa nodanya? Ya itu, ucapan dan perbuatan yang busuk tadi tuh. Terkotori. Maka ada peribahasa, "Karena nila setitik rusak susu sebelanga."
Satu titik itu nila. Nila itu apa? Bukan ikan loh! Racun, ya enggak? Racun. Tapi susu satu belanga, satu wadah besar enggak ada yang berani meminum. Dibuang semuanya itu.
Bakso satu mangkok, Hacciihh.. (bersin) ada satu cret (terlempar) ke sana, yang apa namanya, lendir asin, menyebabkan satu mangkok itu dibuang. Tidak ada. Walaupun si mang berargumentasi, Kan enggak merusak aroma, enggak merusak rasa dan tidak beracun. Dijamin tambah enak!
Berani enggak kita makan-minum? Enggak. Walaupun, Gratis deh, bahkan nanti akan ada tambahan satu mangkok gratis lagi. Berani? Enggak. Itu orang lho, itu kita lho manusia. Satu wadah besar yang enak, yang baik, yang bermanfaat, kita buang hanya karena ada satu titik lendir putih ke sana. Manusia saja begitu, apalagi Allahu 'Azza wa Jalla.
Shalat, ada riyanya ditolak. Shalat (amalan) ada bid'ahnya ditolak. Shaum, ada noda-noda berupa dosa-dosa dan kemaksiatan yang dilakukan di tengah-tengah shaum, sudah, ditolak. Maka inti dari shaum adalah menahan diri dari semua yang buruk.
Maka hasil dari shaum adalah jiwa yang memang tangguh mampu menolak seluruh godaan kemaksiatan. Seluruh dosa yang biasa dilakukan, dijauhi, dihentikan sama sekali.
Makanya, siapa orang yang setelah shaum dia kembali kepada keburukan yang biasa dia lakukan sebelum shaum, enggak ada efek shaumnya, maka shaumnya mardud (tertolak) dan seluruh janji yang Allah berikan kepada orang yang shaum, Allah enggak akan berikan kepada orang seperti itu.
Maka, ikhwan (akhwat mah enggak akan ada) hentikan rokok! Dan ini adalah momen yang pas (untuk apa?) untuk menghentikan rokok. Seusai lebaran, seusai Ramadhan berlalu, kita sudah terbiasa. Kuatkan dari Subuh sampai Maghrib tidak merokok, yah?! Tapi pas Maghrib teh rokok sudah di sini atuh, begitu Allahu Akbar.. Allahu Akbar.., kenyoot, batal. Ngebatalinnya pakai ngerokok.
Terus, waktu sahur juga rusuh, Waduh.. sepuluh menit lagi nih, enggak cukup satu batang. Maka si piring yang masih tersisa setengahnya dia simpan, lebih menyukai cekes (menyalakan korek). Sepuluh menit satu batang tuh, kalau ngenyotnya kereup (sering) bisa dua batang. Jadi lebih rela mengorbankan nasi setengah piring asal bisa ngarokok.
Ini keburukan. Ditolak loh nanti ibadahnya oleh Allahu 'Azza wa Jalla. Karena merokok adalah perbuatan ya keji, ya mungkar. Mungkar karena menganggu banyak orang. Walaupun sering saya lakukan, setiap merokok dia ke tengah gunung, ke puncak gunung. Ke puncak enggak ada orang. Lalu setelah itu pulang ke rumah. Masih tetap menzalimi keluarganya? Iya.
Nafas yang dia hembuskan, menghembuskan nikotin, racun dan yang lainnya. Nempel di dinding, nempel di gorden, nempel di badannya, kehisap sama istri, sama anak kita. Gimana enggak zalim itu orang?!
Coba bayangkan! Kita lagi shalat, datang orang baru ngerokok di luar, shalat di pinggir kita. Kecium enggak? Kecium, karena bau rokoknya nempel di sini, di badannya, di rambutnya, di wajahnya, belum nafas yang dihembuskannya. Na'uudzubillahi.
Makanya, bagaimana tidak mungkar itu perbuatan. Hentikan! Untuk menyelamatkan ibadah-ibadah yang kita lakukan.
Inilah beberapa poin dari penjelasan
[ كَيْفَ نَسْتَقْبِلُ رَمَضَانَ ]
"Bagaimana kita menyambut Ramadhan."
Cukup sampai di sini.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ،وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعالَمِينَ.وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment