F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-114 Beriman Kepada Al-Quran Bagian Keempat - Aqidah Ahlussunnah Waljama’ah

Audio ke-114 Beriman Kepada Al-Quran Bagian Keempat - Aqidah Ahlussunnah Waljama’ah
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS | 10 Sya’ban 1444 H | 02 Maret 2023 M
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📕 Rukun Iman Ketiga - Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah
🔈 Audio ke-114

📖 Beriman Kepada Al-Quran Bagian Keempat

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, ومن سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هادي له، أما بعد

Alhamdulillah kembali kita bertemu pada kesempatan kali ini untuk melanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta'ala.

Sebagian ulama ketika mereka menjelaskan tentang يَلْوُۥنَ ألسنتهم.

Mereka menggerakkan lisan-lisan mereka dengan kitab supaya kalian menyangka bahwasanya ini adalah kitab Allāh. Mereka mengingatkan tentang sebuah perkara dan ini hendaklah menjadi perhatian bagi kita semuanya.

Yaitu orang yang membaca selain Al-Qurān, baik membaca hadits atau membaca buku para ulama, atau membaca ucapan-ucapan biasa, tapi membacanya dengan cara yang sama ketika dia membaca Al-Qurān. Dengan tajwidnya, dengan panjang pendeknya, dengan lantunan suaranya sehingga apa? sehingga seakan-akan dia membaca Al-Qurān.

Orang awam yang mereka tidak mempelajari Al-Qurān, tidak mempelajari bahasa arab, mungkin ada di antara mereka yang secara sekilas kalau mendengar ucapan tadi menyangka bahwasanya itu adalah Al-Qurān. Membaca hadits kemudian membacanya seakan-akan dia membaca Al-Qurān, dengan tafkhimnya, dengan tajwidnya, dengan panjang pendeknya.

Dan sebagian ulama mengingatkan ini masuk di dalam ayat [QS Ali-Imran: 78].

يَلْوُۥنَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَبِ وَمَاهُوَ مِنَ الْكِتَبِ

Supaya orang menyangka bahwa itu adalah dari Al-Qurān.

Supaya kita hati-hati, ketika membaca hadits nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam biasa saja, tidak perlu dilantunkan sebagaimana kita membaca Al-Qurān. Atau dilakukan oleh sebagian هداهم الله dia membaca ucapan yang dibuat sendiri tapi dibaca seakan-akan ketika membaca Al-Qurān. Maka ini tentunya perkara yang berbahaya jangan sampai kita bermudah-mudahan dalam masalah ini.

Kemudian setelahnya Allāh mengatakan [QS Ali-Imran: 79].

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن یُؤۡتِیَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ یَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادࣰا لِّی مِن دُونِ ٱللَّهِ

Tidak pantas bagi seorang manusia yang telah diberikan oleh Allāh Al-Kitab, diberikan kepada mereka hukum dan diberikan kepada mereka kenabian. Yaitu mereka adalah para nabi, karena para nabi kepada mereka kitab dan juga hukum Allāh Azza wa Jalla. Kata Allāh, “Tidak pantas bagi seorang nabi yang dia telah diberikan oleh Allāh, kitab, kenabian, dan juga hukum”.

ثُمَّ یَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادࣰا لِّی مِن دُونِ ٱللَّهِ

Kemudian setelah itu dia mengatakan kepada manusia, كُونُوا jadilah kalian عِبَادًا لي sebagai hambaku selain Allāh.

Kata ما كان (tidak pantas), maksudnya tidak ada nabi yang melakukan demikian, tidak ada di antara nabi yang mengatakan kepada manusia, menyuruh untuk menjadi hamba-hamba bagi dia, yaitu menyembah kepada para nabi tersebut.

Karena para nabi alaihimussalam mereka adalah maksum mereka adalah orang yang terjaga dari dosa. Dari dosa-dosa besar dan dosa yang paling besar adalah syirik. Tidak mungkin seorang nabi berbuat syirik, apalagi dia mengajak orang lain untuk menyembah kepada dirinya.

Justru para nabi dan juga para rasul mereka adalah orang yang paling gencar, yang paling getol mendakwahi manusia untuk bertauhid. Dakwah mereka intinya adalah dakwah tauhid. Itulah yang mereka dakwahkan kepada kaumnya dan mereka sangat benci dan sangat anti dengan kesyirikan.

Mereka rela mati, rela berkorban supaya manusia menyembah kepada Allāh semata dan mereka adalah orang-orang yang الصادقون tidak dusta luar dan dalamnya mereka menginginkan manusia kebaikan dan juga supaya mereka bertauhid kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Mustahil ada seorang nabi yang mengatakan kepada umatnya supaya menyembahnya. Dan ini adalah bantahan kepada orang-orang nasrani yang mereka menyembah kepada nabi Isa alaihissalam. Mengatakan beliau adalah anak Allāh atau bahwasanya beliau adalah satu di antara tiga Tuhan. Mustahil dan tidak mungkin nabi Isa alaihissalam menyuruh mereka untuk menyembah kepada beliau. Tidak mungkin!

Oleh karena itu يوم القيامة (yaumul qiyamah) di hari kiamat, Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika Dia mendatangkan nabi Isa alaihissalam, ditanya beliau [QS Al-Ma’idah: 116].

ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـٰهَیۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ
“Apakah engkau wahai Isa berkata kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku sebagai sesembahan selain Allāh.”
قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ
Beliau mengatakan, “Maha Suci Engkau ya Allāh”.

مَا یَكُونُ لِي أَنۡ أَقُولَ مَا لَیۡسَ لِي بِحَقٍّۚ

Tidak pantas bagiku untuk mengatakan kepada mereka apa yang aku tidak boleh melakukannya. Tidak pantas bagiku mengatakan sesuatu yang tidak benar.

إِن كُنتُ قُلۡتُهُۥ فَقَدۡ عَلِمۡتَهُۥۚ
Kalau aku dahulu pernah mengucapkan ini yaitu mengajak manusia untuk beribadah kepadaku sungguh Engkau mengetahui, tidak ada yang samar lagi

تَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِي وَلَاۤ أَعۡلَمُ مَا فِیي نَفۡسِكَۚ

Engkau mengetahui apa yang ada di dalam diriku. Tidak ada di dalam hatiku keinginan untuk disembah selain-Mu dan aku tidak tahu apa yang di dalam diri-Mu

إِنَّكَ أَنتَ عَلَّـٰمُ ٱلغيوب
“Sesungguhnya Engkau adalah dzat yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib.”

Dalam ayat selanjutnya [QS Al-Ma'idah: 117],

مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَاۤ أَمَرۡتَنِي بِهِۦۤ أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّی وَرَبَّكُمۡۚ وَكُنتُ عَلَیۡهِمۡ شَهِیدࣰا مَّا دُمۡتُ فِیهِمۡۖ

Ya Allāh tidaklah aku mengucapkan kepada mereka kecuali yang apa yang Engkau perintahkan untuk aku ucapkan. (Apa itu?)

أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّی وَرَبَّكُمۡۚ
“Supaya kalian menyembah kepada Allāh saja, Rabb-ku dan juga Rabb kalian.”
Ini yang diucapkan nabi Isa kepada bani israil. Dan di dalam ayat yang lain [QS Al-Ma’idah: 72],

وَقَالَ ٱلۡمَسِیحُ یَـٰبَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ

Nabi Isa alaihissalam mengancam mereka bahwasanya barangsiapa yang menyekutukan Allāh sungguh Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengharamkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka.

وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِینَ مِنۡ أَنصَارࣲ
“Tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolongnya bagi pelaku kedzaliman.”
Lihat bagaimana nabi Isa alaihissalam dakwah beliau adalah dakwah kepada tauhid, makanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan. Dan di dalam ayat yang lain dikatakan:

وَلَا یَأۡمُرَكُمۡ أَن تَتَّخِذُوا۟ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةَ وَٱلنَّبِیِّـۧنَ أَرۡبَابًاۗ أَیَأۡمُرُكُم بِٱلۡكُفۡرِ بَعۡدَ إِذۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ [QS Ali-Imran: 80]

Seorang nabi tidak mungkin menyuruh mereka untuk menjadikan malaikat dan para nabi sebagai أربابا (sebagai tuhan) selain Allāh.

أَیَأۡمُرُكُم بِٱلۡكُفۡرِ بَعۡدَ إِذۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Apakah seorang nabi akan menyuruh kalian untuk melakukan kekufuran setelah kalian masuk islam, bersusah payah mereka mendakwahi manusia untuk masuk islam. Menyerahkan diri kepada Allāh. Kemudian sekarang menyuruh mereka untuk menyembah kepada nabi dan juga malaikat? tidak mungkin.

Demikian yang bisa kita sampaikan.

والله تعالى أعلم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.