🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 25 Jumadal Ula 1444 H | 19 Desember 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-91
📖 Penetapan Asma dan Sifat Allāh Berpegang Kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و اصحابه، ومن والاه
Anggota grup whatsup Dirasah Islamiyyah yang semoga dimuliakan oleh Allāh.
Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatu syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.
Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh. Beliau mengatakan pasal yang baru:
فصـــل : وكل ما ذكرناه من صفات الله تعالى تفصيلًا أو إجمالًا، إثباتًا أو نفيًا؛ فإننا في ذلك على كتاب ربِّنا وسُنَّةِ نبينا معتمدون
Dan setiap apa yang kita )Ahlus Sunnah wal Jama’ah( sebutkan, setiap apa yang kami yakini, apa yang kami sebutkan berupa sifat Allāh تفصيلًا أو إجمالًا baik secara terperinci ataupun secara global.
Secara terperinci kita menyebutkan beberapa sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang memiliki nama السميع، العليم، البصير، القدس، السلام ،المؤمن، المهيمن dan seterusnya.
Atau penyebutan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat wajah, memiliki mata, memiliki jari, bahwasanya Allāh beristiwa', maka ini adalah secara terperinci. أو إجمالًا atau kita menyebutkan secara إجمالًا (global) seperti misalnya ketika Allāh mengatakan:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
"Dan Allāh memiliki nama-nama yang husna.”
Secara global Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan (mengabarkan) bahwasanya Allāh memiliki nama-nama.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan dalam ayat yang lain:
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ
"Dan Allāh memiliki sifat-sifat yang Maha Tinggi.”
Ini secara global, maka إثباتًا أو نفيًا baik yang terperinci atau secara global tadi bentuknya adalah penetapan atau dia adalah penafi'an.
Penetapan وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ /وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ, menetapkan nama dan juga sifat bagi Allāh.
Di sana ada yang dinafi'kan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” [QS Asy-Syura: 11]
فَلَا تَضْرِبُوا۟ لِلَّهِ ٱلْأَمْثَالَ
"Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allāh." [QS An-Nahl: 74]
هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّۭا
"Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" [QS Maryam:65]
وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” [QS Al-Ikhlas: 4]
Ini secara global, Allāh Subhānahu wa Ta’āla menafi'kan dari dirinya.
المثلية, sesuatu yang serupa dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Ini Allāh nafi'kan dari diri-Nya, baik secara terperinci, global, menetapkan atau menafi’kan.
فإننا, maka sesungguhnya kami yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
في ذلك, dalam yang demikian itu.
على كتاب ربِّنا وسُنَّةِ نبينا معتمدون Kita Ahlus Sunnah berpegang berdasarkan Al-Qurān dan Sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Tidak keluar dari Al-Qurān dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, baik ketika memperinci maupun global, ketika menetapkan ataupun menafi'kan. Tidak berani Ahlus Sunnah untuk keluar dari dua perkara ini, tidak berani untuk keluar dari Al-Qurān dan Sunnah. Semuanya berdasarkan Al-Qurān dan Sunnah. Ini bedanya antara Ahlus Sunnah dengan yang lain.
Adapun sebagian فرقة (sebagian aliran) hadzahumullah yang di dalam masalah nama dan sifat Allāh mereka berderajat (bertingkat-tingkat) bukan dalam satu derajat dalam penyimpangan, berpegang dengan akalnya. Kalau sesuai dengan akal diterima kalau tidak sesuai dengan akal mereka meskipun ada di dalam Al-Qurān dan Hadits, mereka menolaknya atau mentakwilnya dan lain-lain. Ini bukan thariqah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Ini adalah thariqatu ahlul kalam mereka bertingkat-tingkat penyimpangannya dari jalan yang lurus.
وعلى ما سار عليه سلف الأُمَّة
Demikian pula Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalam masalah nama dan juga sifat Allāh berada di atas jalan para Salaf.
√ Salaf artinya adalah pendahulu.
√ Al-Ummah adalah umat ini.
Siapa pendahulu umat ini? Jelas para sahabat radhiyallahu 'anhum, para tabi'in mereka adalah Salafush Shalih, mereka adalah pendahulu kita yang shalih.
Setelah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam merekalah para sahabat, setelah para sahabat siapa yang membawa ilmu, membawa agama ini? Mereka adalah para tabi'in.
Kenapa kita menempuh jalan mereka? Karena merekalah yang telah dipuji oleh Allāh dan juga Rasul-Nya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَـٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَـٰنٍۢ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ
[QS. At-Taubah:100]
Dan orang-orang yang terdahulu dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Perhatikan! Mengikuti mereka dengan baik, berjalan di atas jalan mereka, bukan orang yang mencari jalan, selain jalan para sahabat.
Allāh mengatakan رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ Allāh ridha dengan mereka dan mereka pun ridha dengan Allāh. Kenapa kita ragu-ragu untuk mengikuti jalan para Salaf?
Mereka menetapkan apa yang Allāh tetapkan, menafi'kan apa yang Allāh nafi'kan. Demikian pula menetapkan apa yang ditetapkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan menafi'kan apa yang dinafi'kan oleh beliau.
Ini jalan para sahabat dan itulah yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
وأئمة الهدى من بعدهم سائرون
"Dan mereka berjalan di atas jalannya para أئمة الهدى (para imam-imam yang mereka berada di atas petunjuk) yang datang setelah para sahabat.”
Seperti: Al-aimah al-arba' Imam Asy-Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan Ibnu Uyainah, Abdrurrahman bin Mahdi, Abdullah ibnu Mubarak dan imam-imam yang lain. Mereka adalah imam-imam Ahlus Sunnah diteladani dan diikuti dalam petunjuk mereka أئمة الهدى.
Adapun أئمة الضلال, imam-imam yang mereka tokoh- tokoh dalam kesesatan jelas kita tidak mengikuti imam-imam yang demikian. Yang kita ikutilah adalah أئمة الهدى para imam yang mereka berada di atas petunjuk dan mengikuti manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, meskipun kita juga tidak taklid buta kepada mereka.
Bukan berarti kita mengikuti mereka dalam kesalahan, yang kita ikuti adalah apabila mereka berada di atas kebenaran karena para أئمة الهدى setelah para Salaf tentunya mereka tidak seperti para sahabat radhiyallahu 'anhum, bisa diambil dan bisa ditolak ucapannya.
Kalau misalnya ijtihad mereka benar maka diikuti dan kalau ijtihad mereka salah maka tidak boleh diikuti. Itu sudah kesepakatan para Salaf, kesepakatan ijma para sahabat dan tidak boleh kita menyelisihinya.
وأئمة الهدى من بعدهم سائرون
"Mereka berjalan dan kita pun berjalan di atas jalan mereka.”
Ini adalah perkara yang sangat penting dipahami oleh setiap muslim bahwasanya kita di dalam memahami nama-nama dan juga sifat Allāh jangan sampai kita keluar dari pemahaman para Salaf jangan sampai kita keluar dari apa yang dipahami oleh para imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment