F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-140: Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu

Audio ke-140: Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu -  Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
☛ Pertemuan ke-173
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 JUM'AT, 03 Jumadil Awwal 1445 H / 17 November 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-140: Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus kitab yang ditulis oleh Asy Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah,

Kita sampai kepada pembahasan tentang "Jenis-jenis atau macam-macam Redaksi Tasyahud".

Redaksi tasyahud ini berbeda-beda. Banyak perbedaan pada redaksi tasyahud.

2) Tasyahudnya Ibnu Abbas

Tasyahudnya Ibnu Abbas berarti tasyahud yang riwayatnya datang dari sabahat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدُ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّوْرَةَ مِنَ الْقُرْآنِ ، فَكَانَ يَقُوْلُ :
Ibnu Abbas juga mengatakan,
"Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada kami bacaan tasyahud seperti Beliau mengajarkan kepada kami satu surat dari Al-Qur'an."
Ini sama dengan perkataan Ibnu Mas'ud yang sebelumnya.

Beliau mengatakan, dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membaca,

Audio ke-140: Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu -  Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi

[ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلهِ ]

At-tahiyyaatul mubaarakaatush- shalawaatuth-thayyibaatu lillaah

Di sini kalau antum sudah hafal terjemahan dari tasyahudnya Ibnu Abbas, di sini hanya ada tambahan [ الْمُبَارَكَاتُ ] al-mubaarakatu.
Tahiyyat artinya "Semua kata penghormatan bagi Allah".
Dalam kata-katanya atau redaksinya Ibnu Mas'ud seperti ini, at-tahiyyaatu lillah: "Semua kata penghormatan itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala".

Kalau di sini, [ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ ] at-tahiyyaatul mubaarakaatu hanya ada tambahan sifat yang diberkahi. Semua kata penghormatan yang diberkahi/yang berkah itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. "Semua kata penghormatan yang diberkahi itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala." Begitu pula shalawat dan kalimat-kalimat yang thayyibah, kalimat-kalimat yang baik, pujian-pujian bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang baik itu hanya bagi Allah.

[ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ]

As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar-rasuulullaah

Dalam riwayat lain,

[ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ]

Wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh

Ada perbedaan sedikit saja.
Di sini, di tasyahudnya Ibnu Abbas tidak dikatakan "Dahulu kami membaca [ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ ] as-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu saat Rasulullah masih hidup; sedangkan saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sudah wafat maka kami membaca [ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] assalaamu 'alannabiyyi."

Tidak dikatakan demikian di dalam riwayat Ibnu Abbas ini -radhiyallahu 'anhu-. Ini menunjukkan bahwa beliau membacanya secara umum, baik ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup ataupun saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sudah wafat. Bacaannya sama.

Makanya para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.
Apakah kita dianjurkan untuk mengganti
[ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ ]
As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu

dengan [ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] Assalaamu 'alannabiyyi, ataukah tidak dianjurkan untuk mengganti?

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala memilih pendapat yang dianjurkan untuk diganti. Jadi ketika kita membaca salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, tidak memakai kata ganti "kamu", kata ganti mukhatab (kata ganti kedua). "Kamu" itu kata ganti kedua. Kalau dalam bahasa Arab istilahnya "mukhatab". Kalau dalam bahasa Indonesia mungkin "kata ganti orang kedua", diganti dengan tanpa ada dhomirnya, tanpa ada kata gantinya, langsung, "Semoga keselamatan terlimpahkan kepada Nabi."

Syaikh Albani memilih pendapat ini. Dan ini pendapatnya Ibnu Mas’ud. Seperti ini ya perbedaan pendapat. Beliau berpegang dengan riwayatnya Ibnu Mas’ud dan riwayatnya sahih.

Adapun jumhur ulama mengatakan tidak dianjurkan untuk diganti. Mereka memilih jalan tarjih. Cara mentarjihnya adalah dengan mengatakan, ada perbedaan di kalangan para sahabat dalam masalah ini, sehingga tidaklah perkataan sahabat yang satu berhak untuk didahulukan atas perkataan sahabat yang lainnya.

Maksudnya, perkataan sahabat di sini tidak bisa dijadikan sebagai dalil. Sehingga kita kembali kepada hadits. Haditsnya bagaimana? Haditsnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan salamnya dengan dhomir mukhatab, dengan kata ganti orang kedua. Sehingga kita tetap membaca,

[ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ]
As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Kalau ada yang bertanya, mana dalil yang menunjukkan bahwa para sahabat berbeda pendapat di sini?
Dalilnya adalah riwayat dari sahabat Umar Ibnu Khattab radhiyallahu 'anhu. Di sini disebutkan di bacaan yang kelima, redaksi tasyahud yang kelima.
Di situ dikatakan,

كَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُعَلِّمُ النَّاسَ التَّشَهُّدَ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ.
"Dahulu sabahat Umar Ibnu Khattab radhiyallahu 'anhu, mengajarkan tasyahud kepada orang-orang dan ketika itu beliau di atas mimbar."
Ini menunjukkan bahwa sahabat Umar Ibnu Khattab mengajarkan tasyahud saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sudah wafat. Mana dalil yang menunjukkan Rasulullah sudah wafat ketika itu? Karena beliau mengajarkannya di atas mimbar. Kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup, tidak akan sahabat Umar Ibnu Khattab berani mengajarkan tasyahud ini kepada orang-orang di atas mimbarnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Ini menunjukkan bahwa beliau mengajarkan tasyahud ini setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam wafat.

Dan lihat bagaimana redaksi tasyahud sahabat Umar Ibnu Khattab,

[ التَّحِيَّاتُ لِله ، الزَّاكِيَاتُ لِله ، الطَّيِّبَاتُ لِله ، السَّلَامُ عَلَيْكَ...
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ]

At-tahiyyaatu lillaah, az-zaakiyaatu lillaah, ath-thayyibaatu lillaah, as-salaamu 'alaika... As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh

Di sini jelas disebutkan,

[ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ]

As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh

Padahal Rasulullah sudah wafat. Sehingga perkataan Ibnu Mas’ud yang mengatakan,
Dahulu kami ketika Rasulullah masih hidup membacanya
As-salaamu 'alaika [ السَّلَامُ عَلَيْكَ ],
setelah Rasulullah wafat, kami membacanya
"[ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] Assalaamu 'alannabiyy
Itu hanya sebagian sahabat.

Sahabat yang lainnya tetap pada pendirian sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga di sini kita mengambil kesimpulan, para sahabat di sini berbeda pendapat. Ketika para sahabat berbeda pendapat, kita tidak bisa menjadikannya sebagai dalil. Perkataan sahabat yang satu bukanlah dalil atas perkataan sahabat yang lainnya. Sehingga kita kembalikan kepada apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika Beliau masih hidup.

Dan ketika Beliau masih hidup, Beliau tidak mengatakan, nanti kalau saya sudah wafat ganti bacaannya. Sehingga itu menunjukkan keumuman. Bacaan tersebut dibaca ketika Beliau masih hidup dan disyariatkan untuk dibaca ketika Beliau sudah wafat.

Wallahu Ta'ala A'lam.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.