F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-151: Pembahasan tentang Bangkit dari Sujud ke Rakaat Selanjutnya

Audio ke-151: Pembahasan tentang Bangkit dari Sujud ke Rakaat Selanjutnya - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-184
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SENIN, 20 Jumadil Awwal 1445 H / 04 Desember 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-151: Pembahasan tentang Bangkit dari Sujud ke Rakaat Selanjutnya


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus kitab yang ditulis oleh Asy Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah,

Syaikh Al-Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan,

[ الْقِيَامُ إِلَى رَكْعَةِ الثَّالِثَةِ ثُمَّ الرَّابِعَةِ ]
"Berdiri untuk beranjak ke rakaat yang ketiga kemudian ke rakaat yang keempat"
ثُمَّ كَانَ ﷺ يَنْهَضُ إِلَى الرَّكْعَةِ الثَّالِثَةِ مُكَبِّرًا ،
"Kemudian dahulu Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam berdiri ke rakaat ketiga-nya dengan mengucapkan takbir"
وَأَمَرَ بِهِ ❲ الْمُسِيْئَ صَلَاتَهُ ❳
"dan Beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang tidak baik shalatnya"
فِيْ قَوْلِهِ : ❲ ثُمَّ اصْنَعْ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ وَسَجْدَةٍ ❳.
"yaitu pada sabda Beliau: Kemudian lakukanlah hal itu pada setiap rakaat dan pada setiap sujud."

وَ ❲ كَانَ ﷺ إِذَا قَامَ مِنَ الْقَعْدَةِ كَبَّرَ ، ثُمَّ قَامَ ❳.
"Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam apabila Beliau berdiri dari duduknya, Beliau bertakbir kemudian berdiri."
وَ ❲ كَانَ ﷺ يَرْفَعُ يَدَيْهِ ❳ مَعَ هَذَا التَّكْبِيْرِ أَحْيَانًا.
"Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat dua tangan Beliau bersamaan dengan takbir ini kadang-kadang."
Ini dari rakaat kedua ke rakaat yang ketiga. Memang disunahkan ya, apabila kita selesai tasyahud, kemudian kita berdiri, kita disunahkan untuk mengangkat dua tangan.

وَ ❲ كَانَ إِذَا أَرَادَ الْقِيَامَ إِلَى الرَّكْعَةِ الرَّابِعَةِ ؛ قَالَ : ( اللهُ أَكْبَرُ )❳ ، وَأَمَرَ بِهِ ❲ الْمُسِيْئَ صَلَاتَهُ ❳ كَمَا تَقَدَّمَ .
"Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam apabila ingin berdiri ke rakaat yang keempat, Beliau membaca "Allahu Akbar" dan Beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang tidak baik shalatnya."
Maksudnya perintah-perintah ini, Beliau memerintahkan.. Beliau memerintahkan.., maksudnya Beliau mewajibkan, Beliau mengharuskan. Berarti bertakbir, hukum takbir ini wajib, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya kepada orang yang tidak baik shalatnya. Dan pada asalnya perintah itu menunjukkan hukum wajib.

وَ ❲ كَانَ ﷺ يَرْفَعُ يَدَيْهِ ❳ مَعَ هَذَا التَّكْبِيْرِ أَحْيَانًا .
"Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kadang-kadang mengangkat dua tangan Beliau bersamaan dengan takbir ini (yaitu takbir dari rakaat ketiga ke rakaat yang keempat) tapi hanya kadang-kadang."
Dan mayoritas ulama mengatakan tidak disunahkan, tapi beliau menguatkan riwayat yang menjelaskan hal itu.

ثُمَّ ❲ كَانَ يَسْتَوِيْ قَاعِدًا عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى مُعْتَدِلًا حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ إِلَى مَوْضِعِهِ ، ثُمَّ يَقُوْمُ مُعْتَمِدًا عَلَى الْأَرْضِ ❳.
Kemudian Beliau duduk dahulu. Ini dari ketiga keempat ya. Beliau duduk dahulu dalam keadaan duduk iftirasy, kemudian setelah itu Beliau baru berdiri. Setelah duduk, tenang, Beliau baru berdiri. Itulah duduk istirahat. Haditsnya diriwayatkan oleh sahabat Malik Ibnu Huwairits.
Duduk istirahat ini diperselisihkan oleh para ulama tentang kesunahannya; apakah ini disunahkan mutlak dalam semua keadaan, ataukah hanya disunahkan ketika ada hajat, ketika seseorang membutuhkannya.

Ada yang mengatakan duduk istirahat ini disunahkan dalam semua keadaan sebagaimana dipilih oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala. Baik orangnya masih muda, maupun sudah tua; baik orangnya sehat ataupun sakit, ya sama saja. Pokoknya disunahkan ketika dari rakaat pertama ke rakaat yang kedua atau dari rakaat ketiga ke rakaat yang keempat. Disunahkan untuk duduk istirahat, karena ada haditsnya yang menjelaskan hal tersebut dan haditsnya tidak merinci apakah itu saat dibutuhkan ataukah tidak.

Namun, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa duduk istirahat ini pada asalnya tidak disyariatkan, tidak dianjurkan, tidak disunahkan, kecuali bagi orang yang membutuhkannya. Ketika orang sakit, dia butuh untuk istirahat dahulu. Ketika orang sudah dalam keadaan tua renta, tidak bisa langsung berdiri, dia butuh untuk duduk istirahat. Maka dia disyariatkan untuk duduk istirahat dahulu.

Kenapa demikian? Karena yang menjelaskan atau meriwayatkan tentang duduk istirahat ini adalah sahabat Malik Ibnu Huwairits dan beliau datangnya di akhir hayat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sudah mulai sepuh, tua, badannya mulai lemah. Beliau melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam duduk istirahat. Dan akhirnya beliau sampaikan apa yang beliau lihat. Dan beliau tidak bohong dalam masalah ini.

Namun, mungkin ketika itu keadaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang lemah sehingga Beliau membutuhkan duduk istirahat. Makanya Beliau ketika itu duduk istirahat. Dan inilah yang dipilih oleh Imam Ibnul Qayyim rahimallahu Ta'ala. Beliau menguatkan pendapat bahwa duduk istirahat itu disyariatkan ketika dibutuhkan. Ketika tidak dibutuhkan, maka duduk istirahat tidak disyariatkan. Dan saya lebih condong ke pendapat ini.

Wallahu Ta'ala A'lam.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.