📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-159
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SENIN, 15 Rabi'ul Akhir 1445 H / 30 Oktobber 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-126: Pembahasan tentang Rasulullah Membuka Rakaat Kedua dengan Hamdallah Tidak Diam seperti Rakaat Pertama
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus kitab yang ditulis oleh Asy Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.
Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan,
وَ ❲ كَانَ ﷺ إِذَا نَهَضَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَة، اسْتَفْتَحَ
بِـ { الْحَمْدُ لِلهِ } وَلَمْ يَسْكُتْ ❳
"Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam apabila Beliau telah bangkit ke rakaat keduanya, Beliau membuka rakaat tersebut dengan membaca "alhamdulillah" dan Beliau tidak diam."
Maksudnya tidak diam di sini, tidak diam seperti di rakaat pertama; diam yang sebentar ( سَكَتَ هُنَيْهَا ) sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah. Diam sebentarnya di rakaat pertama adalah untuk membaca doa istiftah.
Ketika dikatakan di sini [ وَلَمْ يَسْكُتْ ], Beliau tidak diam berarti maksudnya Beliau tidak membaca doa istiftah. Maksudnya Beliau tidak membaca doa istiftah lagi di rakaat keduanya, tapi Beliau langsung membaca "alhamdulillah". Dan ini tidak menafikan disunahkannya taawudz, tidak menafikan juga disunahkannya "bismillahirrahmanirrahim" dengan sirr.
Kenapa?
Karena ketika kita membaca taawudz dan membaca "bismillahirrahmanirrahim", setelah itu baru "alhamdulillah", itu sangat sebentar sekali. Sangat sebentar sekali. Sebagian ulama mengatakan, ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dahulu tidak doa istiftah dan tidak taawudz; langsung membaca basmallah.
Namun saya melihat ini kurang kuat dari sisi tidak ada nash yang menunjukkan bahwa taawudz tidak disunahkan di rakaat kedua. Tidak ada nash yang menunjukkan ini. Kalau hanya berpedoman dengan hadits ini, maka membaca taawudz sangat sebentar sekali.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Langsung membaca "alhamdulillah". Sangat sebentar sekali. Berbeda dengan baca doa istiftah.
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِن خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ..
sampai akhir
( اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ)
Doa istiftah lebih lama dari itu, apalagi kalau kita melihat keumuman perintah taawudz ketika akan membaca Al-Qur'an.
{ فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ }
"Apabila engkau hendak membaca Al-Qur'an maka ber-istiadzah-lah (berlindunglah) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari syaithan yang terkutuk."(QS. An-Nahl: 98)
Dan ini di rakaat kedua seseorang akan membaca Al-Qur'an, maka dia disunahkan untuk membaca taawudz sebagaimana disebutkan oleh ayat tersebut. Ayatnya umum dan ini yang dipilih oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala dan beberapa ulama. Di rakaat kedua pun kita disunahkan untuk membaca taawudz, kemudian basmallah secara sirr, kemudian baru
{ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ }
Wallahu Ta'ala A'lam.
Thayyib.
وَكَانَ يَصْنَعُ فِيْ هٰذِهِ الرَّكَعَةِ مِثْلَ مَا يَصْنَعُ فِي الْأُوْلَى،
"Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di rakaat ini melakukan hal-hal yang Beliau lakukan di rakaat pertamanya."
Jadi yang dilakukan di rakaat kedua sama dengan yang dilakukan di rakaat pertama.
إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يَجْعَلُهَا أَقْصَرُ مِنَ الْأُوْلَى.
Hanya saja Beliau menjadikan rakaat kedua ini lebih pendek dari rakaat pertamanya.
Beliau menjadikan rakaat keduanya lebih pendek daripada rakaat pertamanya.
Ini termasuk di antara perbedaan yang disunahkan antara rakaat pertama dengan rakaat kedua. Jadi kita berusaha untuk menjadikan rakaat pertama lebih panjang daripada rakaat kedua, karena di rakaat pertama ada doa istiftah.
Kemudian kalau kita membaca surat, pilih surat yang lebih panjang. Untuk rakaat pertamanya pilih surat yang lebih panjang. Kalau kita baca potongan ayat misalnya, maka kita jadikan rakaat pertamanya potongan ayatnya lebih banyak atau lebih panjang; sedangkan rakaat kedua kita pilih yang lebih pendek. Ini sunnah.
Kemudian di antara yang membedakan antara rakaat pertama dengan rakaat kedua: di rakaat pertama ada doa istiftah, di rakaat kedua tidak ada.
Kemudian di antara perbedaannya lagi sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu Ta'ala: di rakaat pertama ada takbiratul ihram, sedangkan di rakaat kedua tidak ada, yang ada takbiratul intiqal.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment