F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-108: Pembahasan Tentang Sujud Bag. 10 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 05

Audio ke-108: Pembahasan Tentang Sujud 10 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 05 - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-141
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 RABU, 18 Rabi'ul Awwal 1445 H / 04 Oktobber 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-108: Pembahasan Tentang Sujud 10 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 05


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir Sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud.

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak.

7) Di antara bacaan tersebut, yang ketujuh: Sajada laka sawadiy wa khoyaliy wa aamanabika fuuadiy, abu'u bini'matika alayya, hadzi yadiy wa ma jannaitu 'ala nafsi


❲ سَجَدَ لَكَ سَوَادِيْ وَخَيَالِيْ، وَآمَنَ بِكَ فُؤَادِيْ، أَبُوْءُ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، هَذِيْ يَدِيْ وَمَا جَنَّيْتُ عَلَى نَفْسِ ❳
Yang artinya, "Diriku dan khayalku bersujud kepada-Mu, hatiku beriman kepada-Mu, Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku. Inilah tanganku dan segala dosa yang telah aku perbuat atas diriku, maka ampunilah aku."
Ini doa yang sangat bagus ya, mengakui kekurangan-kekurangan yang banyak yang ada di diri kita. Dan seperti inilah harusnya orang yang shalat; mengakui kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya, banyaknya dosa yang telah dia perbuat, dan banyaknya kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada dia.

Kalau antum paham bacaan-bacaan seperti ini ya, betapa khusyuknya shalat antum. Kalau tidak paham, sulit untuk khusyuk.

8) Dzikir yang kedelapan: Subhaana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaa’i wal ‘adzamah

❲ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَالْمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ❳ ، وَهَذَا وَمَا بَعْدَهُ كَانَ يَقُوْلُهُ فِيْ صَلَاةِ اللَّيْلِ .

Bacaan yang kedelapan ini sampai yang terakhir/bacaan yang kedelapan dan bacaan-bacaan setelahnya, ini dahulu dibaca oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasall di shalat malamnya.

❲ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَالْمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ❳
"Maha Suci Dzat pemilik keperkasaan, kerajaan, kebesaran, dan keagungan."
Ya seperti ini bukan berarti harus dibaca sekali. Di sini tidak ada keterangan berapa dibaca, bukan berarti harus dibaca sekali, tidak. Kita boleh mengulang-ulangnya karena tidak ada pembatasan. Ya, sehingga kita lakukan secara bebas. Kita baca sekali tidak masalah, 3x tidak masalah, 10x tidak masalah, atau kita tidak hitung juga tidak ada masalah, karena tidak ada pembatasan.

9) Yang kesembilan, Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta

Ini juga dahulu dibaca oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di shalat malamnya.

Ustadz, kalau dibaca di shalat malamnya, apa tidak boleh dibaca di shalat fardhu?
Kita katakan: boleh. Kita katakan boleh, tidak ada masalah. Yang boleh dibaca di shalat malam, boleh untuk kita baca di shalat yang lainnya. Pada asalnya demikian. Kecuali ada dalil yang menjelaskan perbedaan itu. Seperti misalnya doa istiftah.

Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kadang-kadang membaca doa istiftah panjang. Kadang membaca doa istiftah dengan doa yang panjang. Ini jangan kita lakukan ketika menjadi imam di shalat fardhu, nanti dikira kita malah lupa. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dahulu mencontohkannya; ketika shalat fardhu Beliau membaca doa istiftah yang pendek, ada dalil itu. Tapi kalau tidak ada dalil seperti itu, yang membedakan antara shalat fardhu dengan shalat malam, maka pada asalnya bacaannya bisa disamakan. Maksudnya bacaan-bacaan yang dibaca di shalat malam bisa kita baca di shalat fardhu. Pada asalnya demikian. Kecuali ada dalil yang membedakan seperti yang saya contohkan tadi.

Yang kesembilan:

❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ❳
"Maha Suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Engkau."

10) Yang kesepuluh: Allaahummagh-fir lii maa asrortu wa maa a’lantu

❲ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ❳
"Ya Allah, ampunilah aku, apa yang aku rahasiakan dan aku tampakkan (dari kejelekan/dosa)."

11) Yang kesebelas: Allahummaj’al fi qalbi nuran wa fi lisani nuran waj’al fi sam’i nuran, waj’al fi bashari nuran, waj’al min tahti nuran waj’al min fauqi nuran, wa 'an yamini nuran wa 'an yasari nuran waj'al amami nuran waj'al khalfi nuran, waj'al fi nafsi nuran, wa a’zhim li nuran


❲ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا ، [ وَفِي لِسَانِي نُورًا ] ، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا ، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا ، وَاجْعَلْ مِنْ تَحْتِي نُورًا ، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا ، وَعَنْ يَمِينِ نُوْرًا ، وَعَنْ يَسَارِي نُوْرًا ، وَاجْعَلْ أَمَامِي نُورًا ، وَاجْعَلْ خَلْفِي نُورًا ، [ وَاجْعَلْ فِي نَفْسي نُورًا ] ، وَأَعْظِمْ لِي نُورًا ❳
"Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, jadikanlah di lisanku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya, di bawahku cahaya, di atasku cahaya, di sebelah kananku cahaya, di sebelah kiriku cahaya, di sebelah depanku cahaya, di sebelah belakangku cahaya, jadikanlah pada diriku ada cahaya dan agungkanlah untukku cahaya."
Intinya, ini adalah doa, meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan cahaya kepada kita. Sehingga di dalam kehidupan ini hati kita menjadi bahagia. Ya, kalau ada cahaya, sebagaimana kita di ruangan, kalau ruangannya gelap, tidak ada cahaya, maka hati kita akan gelisah, takut, tidak tenang. Berbeda kalau ruangan ini menjadi ruangan yang terang. Kalau redup pun keadaannya lain. Semakin terang semakin kelihatan, atau semakin enak rasanya. Cahaya yang ada di dalam hati kita juga demikian. Atau di sekitar kita yang kita minta dari Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti ini. Itu akan mempengaruhi hati kita. Hati menjadi tenang, menjadi bahagia.

Begitu pula ketika berjalan, maka jalan kita akan menjadi lurus kalau ada cahayanya. Berbeda kalau kita berjalan di jalan yang gelap, bagaimana jalannya kita? Bisa melenceng, bisa menyimpang. Untuk disuruh jalan lurus kita sulit. Berbeda kalau kita sudah ada cahaya itu, maka jalan kita akan lurus ke surga Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.