F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-57 Allah Subhanahu wa Ta’ala Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Keempat

Audio ke-57 Allah Subhanahu wa Ta’ala Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Keempat - Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 30 Agustus 2022 M / 03 Shafar 1444 H
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-57

📖 Allāh Subhānahu wa Ta’āla Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Keempat


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و أصحابه ومن والاه

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan Rahimahullāh,

يليق بجلا له وعظمته لا يعلم كيفيته إلا هو

"Tidak mengetahui tentang (كيفيته), tentang bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla beristiwa' kecuali Dia."

Kecuali Allāh, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak memberitahukan tentang (كيفيته) ini, tentang bagaimana Allāh beristiwa' kepada makhluk-Nya.

Sehingga apa yang akan kita lalukan, kita beriman sesuai dengan apa yang sampai kepada kita. Allāh mengabarkan, bahwasanya Allāh beristiwa'. Dia lebih tahu tentang dirinya sendiri, dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah manusia yang paling tahu tentang diri Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Maka kita beriman bahwasanya Allāh beristiwa'.

Bagaimana Allāh beristiwa' kita tidak tahu, yang jelas kita meyakini Allāh beristiwa' sesuai dengan keagungan-Nya, sesuai dengan kebesaran-Nya, tidak sama dengan istiwa' yang ada pada makhluk.

Maka mengimani bahwasanya Allāh beristiwa' adalah wajib. Kalau sampai kita mengingkari maka ini adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama Islam, mengingkari istiwa' Allāh.

Kalau memang kita beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka kita beriman dengan setiap apa yang Allāh kabarkan di dalam Al Qur'an, termasuk di antaranya adalah bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla beristiwa' di atas Arsy.

والإيمانُ به واجِب، والسؤالُ عنه بدعة

Bertanya tentang, "bagaimana Allāh beristiwa'?" Ini adalah bid'ah.

Tidak boleh, kenapa di sini dikatakan oleh Al Imam Malik sebagai pertanyaan yang bid'ah, karena ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan agama dan ternyata pertanyaan seperti ini tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Radhiyallahu ta'ala 'anhum.

Padahal mereka Radhiyallahu ta'ala 'anhum adalah orang yang paling semangat dalam bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kalau itu memang adalah pertanyaan yang bermanfaat, maka mereka para sahabat Radhiyallahu ta'ala 'anhum bertanya kepada Nabi. Melaksanakan firman Allāh Azza wa Jalla,

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Hendaklah kalian bertanya kepada para ulama apabila kalian tidak mengetahui." [QS Al Anbiya' 7]

Para sahabat, mereka bertanya kepada Rasūlullāh Shallallāhu 'alaihi wa Sallam dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan jawaban, tapi tidak ada di antara mereka yang bertanya kepada Nabi. Padahal tentang istiwa' ayatnya berulang sampai enam kali dengan lafadz yang sama, kemudian pada ayat yang ketujuh dengan lafadz,

ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوى

Tidak ada di antara sahabat yang mereka bertanya kepada Nabi,

يارسول لله : كيف استوى الله؟

"Bagaimana Allāh beristiwa' ?"

Menunjukan bahwasanya mereka dalam keadaan tahu, bahwa istiwa' Allāh adalah sesuai dengan kebesaran-Nya. Kita hanya diberitahu tentang Allāh beristiwa', tapi Allāh tidak memberitahukan kepada kita tentang bagaimana.

Sehingga mereka pun tidak bertanya. Menunjukkan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang paham Radhiyallahu ta'ala 'anhum.

Sekali lagi, ucapan Imam Malik ini bisa dijadikan kaidah dalam setiap sifat.

Misalnya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat nuzul (نزل), Allāh turun. Insya Allāh pembahasannya setelah ini, setelah pembahasan tentang sifat turun bagi Allāh.

Kaidahnya sama, makna turun adalah معلوم, dan mengetahui kaifiyyahnya adalah sesuatu yang tidak diketahui. Dan beriman dengan turunnya Allāh adalah wajib, dan bertanya tentang bagaimana Allāh turun adalah suatu yang bid'ah.

Semua bisa kita terapkan dengan kaidah ini.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan In sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.