F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-29 Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian 04

Audio ke-29 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian Keempat
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS | 25 Syawwal 1443 H | 26 Mei 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-29

📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian Keempat


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه


Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala.

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ

Yang dimaksud dengan mukmin ada dua makna, yaitu:

1. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan keamanan bagi orang yang berhak untuk tidak diadzab.

Seperti orang-orang beriman yang mereka diberikan keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga tidak diadzab dengan sebab dosanya.

Sebagaimana kita tahu bahwasanya orang yang beriman yang memiliki dosa di hari kiamat, maka kalau Allah menghendaki mereka akan diadzab dan kalau Allah menghendaki maka tidak diadzab.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan keamanan kepada orang yang tidak berhak untuk diadzab, maksudnya adalah memberikan keamanan kepada orang yang beriman secara umum, karena seandainya mereka di adzab mereka tidak akan kekal diadzab di dalam Neraka.

2. Mushaddiq; Al-Mukmin maksudnya adalah membenarkan sebagaimana orang-orang yang beriman kenapa mereka dinamakan orang-orang yang beriman karena mereka percaya dan membenarkan.

Kenapa dinamakan demikian? Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang membenarkan rasul-rasul-Nya. Menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang shadiqun (orang-orang yang jujur) di dalam menyampaikan risalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ

"Dan benarlah para rasul, para nabi.” [QS Yasin: 52]

Mereka tidak berdusta atas apa yang mereka ucapkan, maka ini ada dua makna di dalam nama Allah Subhanahu wa Ta'ala Al-Mukmin (ٱلۡمُؤۡمِنُ).

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala ٱلۡمُهَیۡمِنُ, yang dimaksud dengan Al-Muhaimin (ٱلۡمُهَیۡمِنُ) adalah yang memiliki kekuasaan dan Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki hukum terhadap yang lain.

Inilah yang dimaksud dengan Al-Muhaimin (ٱلۡمُهَیۡمِنُ) Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki kekuasaan melakukan di dalam kekuasaannya apa yang dia kehendaki dan Allah Subhanahu wa Ta'ala memutuskan di dalam kekuasaannya apa yang dia kehendaki.

Sehingga Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala Al-Muhaimin (ٱلۡمُهَیۡمِنُ) melakukan apa yang dia kehendaki dan memutuskan segala sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki. Sehingga seorang muslim ketika dia menyadari bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah Al-Muhaimin (ٱلۡمُهَیۡمِنُ) semakin tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang menguasai dirinya tidak mungkin dia bisa keluar dari kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu dia semakin taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menjauhi kemaksiatan.

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang memutuskan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga menjadikan seseorang ridha dengan takdir Allah. Ridha dengan apa yang Allah putuskan karena dia adalah seorang hamba yang diatur. Dialah seorang hamba yang dikuasai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dialah yang menguasai, yang Muhaimin atas seluruh makhluknya.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ

"Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Al-Aziz.”

Yang dimaksud dengan Al-Aziz (ٱلۡعَزِیزُ) adalah Yang mengalahkan seluruh yang memiliki kekuatan. Siapapun di bumi ini yang dia memiliki kekuatan, memiliki pasukan, memiliki kepintaran maka tidak mungkin dia bisa mengalahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala Al-Aziz (ٱلۡعَزِیزُ), tidak ada yang bisa mengalahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bagaimanapun usaha mereka, bagaimanapun makar mereka, Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah yang akan memenangkan dan rasul-rasul-Nya merekalah yang akan menang dan orang-orang yang beriman merekalah yang akan menang.

Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala Al-Aziiz (ٱلۡعَزِیزُ).

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

كَتَبَ ٱللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِىٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌۭ

Allah telah menetapkan: "Sungguh Akulah yang akan menang dan Rasul-rasul-Ku". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [QS Al-Mujadilah :21]

Ini menumbuhkan di dalam hati seseorang (orang yang beriman) sifat raja', semangat dalam berdakwah dan tidak tertipu dengan kekuatan-kekuatan dan juga makar musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى ٱلْبِلَـٰدِ

"Janganlah sekali-kali kamu tertipu gerak-gerik orang-orang kafir di permukaan bumi ini.” [QS Ali-Imran: 196]

Dengan kekuatan media mereka, pasukan mereka, jangan kita tertipu. Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah Al-Aziiz (Maha mengalahkan). Seluruh kekuatan yang ada di permukaan bumi meskipun mereka bersatu, meskipun mereka berkumpul untuk menghancurkan orang-orang yang beriman, niscaya mereka tidak akan bisa.

Maka ini menjadikan seseorang semakin bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

ٱلۡجَبَّارُ

Yang artinya adalah Yang memaksa atau yang menambal atau juga bisa diartikan tinggi (Maha Tinggi).

Yang pertama adalah Al-Jabarut yaitu Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Kuat, Yang Maha Besar atau yang semakna.

Dan bisa diartikan Al-Jabbar di sini adalah yang menambal, maksudnya adalah betapa banyak orang yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan mereka pertolongan, dia dalam keadaan terpatahkan, dalam keadaan kekurangan, kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menambal kekurangan tadi. Memberikan dia pertolongan, memberikan dia jalan keluar.

Bisa juga diartikan Al-Jabbar adalah al-‘Uluw yaitu yang memiliki ketinggian, ini disebutkan oleh para ulama ketika mereka memaknai nama Allah Subhanahu wa Ta'ala Al-Jabar.

Dan ini adalah nama di antara nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Al-Jabar adalah di antara nama Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki kandungan sifat-sifat kesempurnaan dan di antara maknanya adalah seperti yang tadi kita sampaikan.

Bisa juga maknanya adalah dari kata Al-Jabr (menambal) atau bisa artinya adalah Al-‘Adhamah yaitu yang Maha Besar atau bisa diartikan yang Maha Tinggi.

Kemudian:

ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ

Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang Maha Sombong, yang memiliki kesombongan, maka ini adalah di antara nama Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berhak untuk sombong karena memang Dia-lah yang hak, Dia-lah yang memang yang akbar, yang Maha Besar. Dia-lah Al-‘Adhim Al-Kabir. Dia-lah yang Maha segala-galanya, maka Dia-lah yang berhak untuk menyombongkan diri.

Adapun manusia maka tidak berhak untuk menyombongkan dirinya, karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengharamkan yang demikian, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengatakan di dalam sebuah hadits

الكبرياء ردائي العظمة إزاري

"Kesombongan adalah pakaian-Ku dan kebesaran adalah selendang-Ku.”

Maka tidak boleh seseorang memiliki sifat sombong dan disebutkan di dalam hadits.

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun hanya sebesar (seberat) semut.”

Diharamkan bagi seorang manusia untuk menyombongkan dirinya, adapun Allah Subhanahu wa Ta'ala maka Dia-lah Al-Mutakabir.

Sebagian ada yang mengatakan boleh kita untuk sombong kepada orang yang sombong, mengatakan:

التكبر على المتكبر الجائز

Kita katakan hal seperti ini tidak boleh, bagaimanapun seseorang tidak boleh dia menyombongkan dirinya, meskipun kepada orang yang sombong. Dan ini bukan ucapan Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam.

Yang benar bahwasanya kita tidak boleh sombong kepada siapapun meskipun kepada orang yang menyombongkan diri kepada kita.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.