F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-28 Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian 03

Audio ke-28 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian Ketiga
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU | 24 Syawwal 1443 H | 25 Mei 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-28

📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian Ketiga


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه


Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala.

Masih kita pada pasal Beriman kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala:

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِی لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ

Dia-lah (Allah Subhanahu wa Ta'ala) yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia.

Ini adalah penguatan (penekanan) terhadap ayat sebelumnya. Menunjukkan tentang Uluhiyyah Allah, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan diibadahi.

Selain Allah, dia tidak berhak untuk disembah, meskipun itu seorang Nabi yang kita mencintai beliau dan kita mengetahui kesempurnaan beliau shallallalahu 'alayhi wa sallam sebagai seorang manusia.

Tapi bagaimanapun kesempurnaan seorang makhluk tidak akan sampai pada derajat Uluhiyyah, sehingga tidak pantas dan tidak boleh untuk disembah.

Demikian pula malaikat Jibril 'alayhissalam, malaikat yang merupakan pemukanya para malaikat yang sangat dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, bahkan Jibrillah yang mendengar wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk disampaikan kepada para nabi dan rasul. Meskipun demikian maka dia (Jibril) tidak berhak untuk disembah.

Huwallah ( هُوَ ٱللَّهُ) Dia-lah (Allah Subhanahu wa Ta'ala) yang tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Dia.

ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ

Dia-lah (Allah Subhanahu wa Ta'ala) ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ

Al-Malik (ٱلۡمَلِكُ) adalah Yang Maha Merajai. Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah Maha Raja dan Dia-lah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Maka Dia-lah yang berhak untuk disembah.

Selain Allah Subhanahu wa Ta'ala maka mereka adalah mamluk yang dimiliki bukan yang memiliki.

Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah (Dzulmulk). Dia-lah yang memiliki kerajaan ini, kerajaan yang begitu besar, kerajaan yang begitu megah bagi orang berta'amul, melihat ke atas dan melihat kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Langit yang tujuh, juga benda-benda yang ada di sana, tidak mengetahui besarnya dan tidak mengetahui banyaknya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Itu yang memiliki adalah Allah, Allah yang merajai, demikian pula apa yang ada di bumi ini, berbagai alam, (seperti) alam jin, alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan dan seterusnya, maka ini di bawah kerajaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah (ٱلۡمَلِكُ) Dia-lah Maha Raja, Dia-lah raja yang sesungguhnya. Adapun raja-raja di dunia penguasa-penguasa di dunia maka mereka bukan ٱلۡمَلِكُ yang sesungguhnya. Kekuasaan mereka sementara, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun setelah itu mereka tidak memiliki kekuasaan tersebut dan kekuasaan tersebut berpindah kepada yang lain.

تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ

Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki dan mengambil kembali kekuasaan tadi dari siapa yang Dia kehendaki. [QS Ali-Imran: 26-27]

Kekuasaan mereka adalah sementara. Kemudian kekuasan mereka hanya sebagian daerah saja (sebuah negara saja atau tempat yang terbatas) itu adalah kekuasaan manusia. Adapun kekuasaan penguasa yang sebenarnya (Raja yang sebenarnya) adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Oleh karena itu di hari kiamat, ketika manusia dikumpulkan, hewan dikumpulkan, jin dikumpulkan, malaikat dikumpulkan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الدَّيَّانُ

"Sesungguhnya Aku adalah raja yang sebenarnya, di mana raja-raja bumi ( أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ ).”

Semuanya dalam keadaan tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari tersebut. Oleh karena itu seseorang yang mendapatkan kekuasaan (kepemimpinan), mendapatkan kerajaan, ingatlah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah ٱلۡمَلِكُ - Dia-lah raja yang sebenarnya.

Adapun kekuasaan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada kita maka itu adalah amanah dan sangat terbatas.

Oleh karena itu untuk apa seseorang menyombongkan diri dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepadanya dan ini adalah amanah dan kelak Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menanyakan kepada seseorang atau kepada seorang penguasa tentang apa yang diamanahkan itu.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ والْأَمِيرُ رَاع

"Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya dan seorang amir adalah pemimpin.”

ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ

Al-Quddus (ٱلۡقُدُّوسُ) maknanya adalah yang disucikan, yang disucikan dari seluruh perkara yang jelek. Ini adalah yang dimaksud dengan Al-Quddus.

Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah Dzat yang tersucikan dari seluruh perkara yang merupakan perkara yang aib (kekurangan).

Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Dzat yang Maha Sempurna, Dia-lah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Seluruh sifat kesempurnaan, Allah Subhanahu wa Ta'ala memilikinya dan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memiliki sifat aib atau kekurangan sekecil apapun.

Tidak ada sedikitpun sifat kurang bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah yang Maha Sempurna.

Tidak ada sifat kekurangan sedikitpun pada diri Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga Dia-lah (ٱلۡقُدُّوسُ) semakna dengan kata atau nama Allah yang lain yaitu As-Sallam (ٱلسَّلَـٰمُ)

Disebutkan setelahnya ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ

As-Sallam (ٱلسَّلَـٰمُ) ada yang mengatakan maknanya adalah selamat dari seluruh kekurangan. Sehingga kalau dilihat maknanya hampir sama dengan Al-Quddus (ٱلۡقُدُّوسُ). Kekurangan apapun maka Allah Subhanahu wa Ta'ala terbebas darinya.

Ada yang mengatakan bahwasanya As-Sallam (ٱلسَّلَـٰمُ) artinya di sini adalah yang memberikan keselamatan kepada para hamba-Nya.

Baik, berarti di sana ada dua makna bagi nama Allah Subhanahu wa Ta'ala As-Sallam (ٱلسَّلَـٰمُ)
  1. Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang selamat dari seluruh kekurangan dan juga aib berarti di sini maknanya hampir sama dengan Al Quddus.
  2. Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang memberikan keselamatan kepada para hamba-Nya. Ini menunjukkan bahwasanya seseorang meminta keselamatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan meminta keselamatan dari Jin atau dari jimat atau dari makhluk yang lain.
Meminta keselamatan adalah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah yang memberikan keselamatan.

اللهم أنت السلام، ومنك السلام.

"Ya Allah, Engkau adalah As-Sallam dan dari-Mu lah keselamatan.”

Ini sering kita ucapkan, kenapa seseorang masih bergantung kepada jimatnya kepada jin. Mintalah keselamatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In syaa Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.