F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-21 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 01

Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 01
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 16 Ramadhan 1443 H | 18 April 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-21

📖 Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam Ayat Kursi Bag 01


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه


Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, pada kesempatan kali ini kembali kita dipertemukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam rangka untuk bersama mempelajari, mengkaji agama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Khususnya yang berkaitan dengan masalah aqidah.

Masih kita pada pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dikarang oleh seorang ulama, beliau adalah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pembahasan rukun iman yang pertama yaitu Beriman Kepada Allah Azza wa Jalla.

Setelah beliau rahimahullah menyebutkan tentang cara beriman kepada Allah yaitu dengan mengimani Rububiyyah Allah, Uluhiyyah Allah dan nama serta sifatnya dan meng-Esakan Allah di dalam tiga perkara ini. Karena tiga perkara ini merupakan keistimewaan Allah (kekhususan Allah Subhanahu wa Ta'ala).

Kemudian setelah itu beliau membawakan dalil-dalil, beliau membawakan banyak dalil yang semuanya berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan ini seperti yang dilakukan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, dimana beliau banyak membawakan dalil bahkan secara beruntun beliau membawakan dalil, khususnya ketika beliau menyebutkan tentang nama-nama dan sifat Allah.

Berkata Syaikh Muhammad rahimahullah:

ونؤمن بأنه :
ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌۭ وَلَا نَوْمٌۭ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍۢ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Beliau rahimahullah membawakan ayat Kursi yang merupakan ayat yang paling agung di dalam Al-Quran. Allah Subhanahu wa Ta'ala sebutkan di dalam surat Al-Baqarah ayat 255.

Ayat ini dibawakan oleh Syaikh rahimahullah karena di dalamnya mengandung keimanan kepada Allah.

Akan kita dengarkan bersama bagaimana kandungan ayat ini terhadap tauhid (keimanan) kepada Allah.

ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَیُّ ٱلۡقَیُّومُۚ

Dan kami beriman bahwasanya Allah tidak ada yang disembah atau berhak disembah selain Dia, yang Maha Hidup lagi Maha menegakkan (Maha berdiri sendiri).
⇒ Ini adalah kalimat yang dengannya Allah mengawali ayat ini.

Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia. Lafdzul Jalallah yaitu Allah, maknanya adalah Al-Ma'bud yang disembah, diambil dari kata Al-Uluhah yang artinya adalah ibadah. Dan dia adalah nama Allah yang 'adham menurut pendapat sebagian ulama.

Oleh karena itu nama ini (Lafdzul Jalallah) inilah yang paling banyak datang di dalam Al-Quran. Nama-nama yang lain digunakan untuk mensifati Lafdzul Jalallah.

√ Allah adalah Ar-Rahman
√ Allah adalah Al-Halim
√ Allah adalah Al-Hakim, dan seterusnya.

Disebutkan di dalam hadits bahwasanya Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan, ketika menyebutkan nama Allah yang paling besar.

الذي إذا ذو هيبه عز

Yaitu nama yang apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala diminta dengan menyebutkan nama tadi maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengabulkan.

Sehingga banyak doa-doa yang diawali dengan Allahumma yang artinya "Ya Allah". Karena di sini ada penyebutan nama Allah yang paling besar dan ini adalah salah satu pendapat para ulama.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ

"Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia.”

Maka di sini ada tauhid Uluhiyyah, beriman bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah dan diibadahi. Karena di sini mengandung penafi'an dan penetapan yang dengannya seseorang dinamakan bertauhid.

Laa ilaaha (لَاۤ إِلَـٰهَ) adalah penafi'an, menafi'kan seluruh sesembahan selain Allah. Seluruh sesembahan selain Allah dinafi'kan baik berupa malaikat, rasul, matahari, api.

Ilaallah (penetapan) yaitu menetapkan Allah sebagai satu-satunya sesembahan.

⇒ Maka di sini ada kandungan tauhid uluhiyyah.

ٱلۡحَیُّ ٱلۡقَیُّومُۚ

"Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri.”

Al-Hayyu (ٱلۡحَیُّ) adalah nama di antara nama-nama Allah yang artinya adalah Yang Maha Hidup. Kehidupan Allah adalah kehidupan yang sempurna.

Al-Hayyu (ٱلۡحَیُّ) berarti mengandung sifat Al-Hayyah dan seluruh sifat Allah adalah sempurna. Seluruh nama Allah adalah Maha Indah (paling bagus) termasuk di antaranya adalah bagus dalam segi maknanya.

Maka Al-Hayyu (nama di antara nama-nama Allah ini) mengandung sifat Al-Hayyah dan Al-Hayyah kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan yang sempurna dengan sesempurna-sempurnanya.

Apa kehidupan yang sempurna? Kehidupan yang tidak didahului dengan ketidak-adaan dan tidak diiringi dengan kebinasaan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala, Al-Awwal tidak ada sebelum Allah sesuatu apapun dan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Al-Akhir, tidak ada setelah Allah sesuatu apapun.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala, kehidupan Allah tidak didahului dengan tidak ada dan tidak diiringi dengan kebinasaan. Ini bedanya antara kehidupan Allah dan sifat hidup bagi Allah dengan sifat hidup yang dimiliki oleh kita sebagai manusia dan sebagai makhluk.

Kita memiliki sifat hidup, Allah Subhanahu wa Ta'ala menghidupkan kita, mengeluarkan yang hidup dari yang mati, mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Kita memiliki sifat hidup tapi hidup yang kita miliki atau sifat hidup yang kita miliki adalah sifat yang naqishah (Kehidupan yang kurang/tidak sempurna) karena kehidupan kita diawali dengan ketidak-adaan.

هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا[QS Al-Insan: 1]

"Kita dahulu dalam keadaan tidak ada, tidak disebut (bukan sesuatu) kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan kita dan menghidupkan kita barulah kita hidup dan kelak kita akan binasa.”

⇒ Kehidupan kita akan diiringi dengan kebinasaan (kematian).

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْت

"Setiap jiwa yang Allah hidupkan akan merasakan kematian.” [QS Al-Ankabut: 57]

Maka kita memiliki sifat hidup tapi kehidupan kita adalah kehidupan yang penuh dengan kekurangan. Adapun kehidupan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah kehidupan yang sempurna.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.