F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Muqaddimah 07 – Syarat Sukses Menuntut Ilmu - AKADEMI BELAJAR ISLAM

Muqaddimah – Syarat Sukses Menuntut Ilmu - Belajar Islam BIS
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Mukadimah Perkuliahan : Syarat Sukses Menuntut Ilmu
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Muqaddimah – Syarat Sukses Menuntut Ilmu


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Saudara-saudara sekalian di grup whatsapp Belajar Islam yang semoga diberkahi oleh Allah rabbul alamin. Pada kesempatan ini akan saya sampaikan syarat sukses menuntut ilmu agama sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i di dalam sebuah syairnya, beliau mengatakan:

أَخي لَن تَنالَ العِلمَ إِلّا بِسِتَّةٍ سَأُنبيكَ عَن تَفصيلِها بِبَيانِ ذَكاء وَحِرص وَاِجتِهاد وَصُحبَةُ أُستاذٍ وَبُلغَة وَطولُ زَمانِ

“Saudaraku, engkau tidak akan pernah mendapatkan ‘ilmu kecuali dengan enam perkara yang aku akan sampaikan secara rinci.
  1. Dzaka’ (ذَكَاءٌ) – Cerdas.
  2. Hirsh (حِرْصٌ) – Keinginan keras untuk mendapatkan ilmu.
  3. Ijtihad ( اجْتِهَادٌ) – Usaha (kesungguhan) di dalam menuntut ilmu agama.
  4. Shuhbatu ustadz (صُحبَةُ أُستاذٍ) – Senantiasa bersama seorang ustadz atau guru yang membimbingnya.
  5. Bulghah (بلغة) – Bekal dalam menuntut agama ini.
  6. Thulu zaman (طولُ زَمانِ) – Waktu yang lama.
Enam syarat ini sebagai perkara yang mesti diwujudkan oleh seorang thalabul ilmi jika ingin sukses dalam menuntut ilmu agama.

Syarat yang Pertama | Dzaka’ (ذَكَاءٌ) – Kecerdasan

  • Kecerdasan itu ada yang bersifat jibilliyyah (bawaan), Allah subhanahu wa ta’ala sejak lahir memberikan kecerdasan kepadanya
  • Kecerdasan yang diusahakan, kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kita berusaha agar mendapatkan kecerdasan, bahkan di antara usaha yang kita lakukan dalam mendapatkan kecerdasan ini adalah sering bermuamalah dengan Al-Quran, apalagi berusaha untuk menghafal Al-Quran. Biasanya orang yang rajin menghapal Al-Quran meningkat kemampuan berpikirnya, karena keberkahan Al-Quran tentunya.
Dan kami pun di Pesantren, kita dapati bahwa, kemampuan seorang anak dalam menghapal Al-Quran berbanding lurus dengan kemampuan-kemampuan di bidang lainnya. Dan menghafal Al-Quran tidak menghambat prestasi seorang anak di bidang yang lainnya.

Syarat yang kedua | Hirsh (حِرْصٌ) – Keinginan kuat untuk mendapatkan ilmu.

Al-Hirsh artinya keinginan yang kuat, ketamakan akan ilmu. Dan keinginan kuat ini akan memberikan tenaga yang sangat besar bagi seorang penuntut ilmu agar dia bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Dengan keinginan kuat dia buat target (misalnya) “Setiap hari saya harus baca buku selama dua jam” dengan keinginan yang kuat ini (Al-Hirsu) maka lahirlah al-Ijtihad (syarat ketiga) yaitu kesungguhan dalam thalabul ‘ilmi.

Dan ada dua perkara yang seorang hamba tidak akan pernah kenyang, yaitu mencari Ilmu dan mencari dunia. Seorang yang betul-betul menjadi thalabul ‘ilmi, dia tidak akan pernah kenyang ilmunya, semakin dia mendapatkan ilmu semakin dia rasakan bahwa dia adalah orang yang bodoh. Semakin dia mendapatkan ilmu semakin tunduk dia (semakin tawadhu).

Yang kedua yang tidak akan pernah kenyang adalah mencari dunia, sekarang dia mendapatkan (mampu membeli) sepeda, setelah itu dia membeli motor, setelah mendapatkan motor ingin mendapatkan mobil dan seterusnya, tidak akan pernah kenyang.

Syarat yang ketiga | Ijtihad – Kesungguhan dalam thalabul ‘ilmi.

Syarat yang empat | Senantiasa bersama seorang ustadz,

kalimat أُسْتَاذٍ صُحْبَةُ menunjukan dua faedah yang sangat penting.
  • Faidah yang pertama, dalam menuntut ilmu agama harus ada seorang guru yang membimbing, harus kita usahakan ada seorang guru yang membimbing, kita harus hadir di majelis ilmu. Adapun seperti kajian di grup whatsapp ini hanya sebagai pembantu saja (penunjang) tetapi yang paling inti adalah antum sekalian hadir di majelis ilmu yang betul-betul mengajarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Faidah yang kedua, ketika kita sudah memiliki seorang guru, guru tidak boleh dimusuhi, guru harus kita muliakan sebagaimana yang telah saya sampaikan pada pertemuan sebelumnya tentang adab seorang murid kepada seorang guru.

Syarat yang kelima | Bulghah – Bekal

Bekal yang dengannya kita membeli peralatan untuk thalabul ‘ilmi (membeli buku, alat tulis, melakukan perjalanan untuk thalabul ‘ilm misalnya) itu semua memerlukan biaya. Imam Ibnu al-Jauzi mendapatkan warisan rumah, rumah warisan itu dijual semua sebagai bekal thalibul ‘ilmi yang pada akhirnya dia sukses dan menjadi orang yang mampu.

Syarat yang keenam | Thulu zaman – Waktu yang lama

Sejatinya thalabul ‘ilmi adalah sampai kita mati. Imam Ahmad ditanya oleh muridnya.

يا إمام، إلى أين المحبرة
“Wahai Imam, sampai kapan engkau membawa mahbarah ?”
⇒ Mahbarah itu tempat tinta, karena di zaman dulu antara pena dengan tintanya terpisah, jadi ketika akan menulis pena itu dicelupkan dulu ke tintanya lalu digunakan untuk menulis.

Lalu sang Imam menjawab:

مع المحبرة إلى المقبرة
“Saya akan membawa tempat tinta ini, sampai ke kuburan.”
Jadi thalabul ‘ilmi tidak ada batas waktu, thalabul ‘ilmi sampai kita mati karena thalabul ‘ilmi sendiri merupakan ibadah, kita ingin meninggal dalam keadaan beribadah kepada Rabbul ‘alamin. Jadi belajar itu butuh waktu yang lama, butuh kesabaran.

Di dalam surat Al-Ashr ketika Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan tentang orang-orang yang tidak merugi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
“kecuali orang-orang yang beriman.”
Beriman di sini maksudnya berilmu karena tidak mungkin beriman tanpa ilmu dan ilmu tidak mungkin kita dapatkan kecuali dengan belajar. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih:

إِنَّمَا الْعِلْم بِالتَّعَلُّمِ
“Ilmu hanya bisa kita dapatkan dengan belajar.” (Hadits riwayat Abi Ashim dan At-Thabari dari Muawiyah dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari’)
Kata Allah subhanahu wa ta’ala :

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran.” (QS Al-Ashr: 3)
Ilmu yang dia dapatkan dia amalkan dan saling menasehati dalam kebenaran dan ilmu yang dia miliki didakwahkan, dia berikan kepada orang lain dan saling menasehati dalam kesabaran, karena menuntut ilmu agama perlu kesabaran dan mengamalkan ilmu agama perlu kesabaran dan mendakwahkan ilmu agama perlu kesabaran.

Sehingga kita harus senantiasa berwasiat dengan kesabaran. Anda semuanya belajar di grup ini harus dengan kesabaran, setiap materi yang disampaikan didengarkan dengan baik, lalu dicatat, kemudian dimurajaah, kembali dibaca. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh beliau mengatakan:

اليوم علم وغدا علم وبعد الغد علم
“Hari ini harus ada ilmu yang kita dapatkan, besok harus ada ilmu yang kita dapatkan, setelahnya pun harus ada ilmu yang kita dapatkan.”
Walaupun sedikit harus ada ilmu yang kita dapatkan.

Demikianlah enam syarat yang disampaikan oleh Imam Asy Syafi’i rahimahullah, sehingga kita bisa sukses dalam menuntut ilmu agama ini dengan penjelasan yang sangat singkat.

Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini bermanfaat bagi kita semua dan kita diwafatkan oleh Allah dalam keadaan husnul khatimah, apalagi dalam keadaan menuntut ilmu agama, ini merupakan kemuliaan yang Allah berikan kepada kita.

Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah
Pondok Pesantren Sabilunnajah Bandung
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.