Materi 4 – Mempelajari Amalan Hati (4)- Pahala Tak Ada Batasnya
🌍 Kelas UFA
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
6. Dilipatgandakan tanpa batas
Di antara urgensinya kita mempelajari amalan hati, ternyata pahala amalan hati itu bisa dilipatgandakan oleh Allah tanpa batas, berbeda dengan amalan jawarih atau amalan anggota tubuh, ini dibatasi dengan batasan tertentu. Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya Madarijus Salikin berkata:
أن أعمال الجوارح تضاعف إلى حد معلوم محسوب
“Sesungguhnya amalan jawarih itu dilipatgandakan pahalanya sesuai dengan batasan yang diketahui (terhitung).”
وأما أعمال القلوب فلا ينتهي تضعيفها
“Adapun amalan-amalan hati maka tidak ada ujungnya perlipatgandaannya (terus-terusan).”
وذلك لأن أعمال الجوارح لها حد تنتهي إليه
“Karena amalan jawarih itu ada ujungnya.”
Misalnya seseorang shalat berapa kali, maka ada batasan shalatnya. Misalnya seseorang berpuasa, maka ada batasnya berpuasa dia berapa hari. Orang berdzikir ada hitungannya dia berdzikir berapa kali.
وتقف عنده
“Oleh karenanya pahalanya berhenti sesuai dengan berhentinya amalan tersebut.”
فيكون جزاؤها بحسب حدها
“Maka balasan amalan anggota tubuh sesuai berdasarkan batasannya.”
وأما أعمال القلوب فهي دائمة متصلة
“Adapun amalan hati, maka dia adalah amalan yang terus-menerus (tidak ada henti-hentinya).”
وإن تواري شهود العبد لها
“Meskipun orang-orang tidak melihat.”
Misalnya seseorang ikhlas, ikhlas akan terus melanggengi hati seseorang. Seseorang qana’ah, itu amalan yang terus selalu melanggengi hatinya. Misalnya seseorang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, seorang tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, amalan tersebut tiada henti-hentinya, selalu menempel di dada seorang mukmin.”
Oleh karenanya kalau kita shalat, maka shalat ada berapa rakaat, dua rakaat, seratus rakaat, dua ratus rakaat, ada batasannya. Tapi kalau kita bicara amalan hati, maka tidak ada batasannya. Kita bicara tawakal, kita bicara takut kepada Allah, kita bicara mahabbatullah (cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), dalam hati seorang bisa jadi cintanya sangat luar biasa dan senantiasa dia cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari sini -kata Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala- bahwasanya amalan hati itu agung. Di antara keagungannya adalah pahalanya dilipatgandakan tanpa ada batasannya.
Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿١٠﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu pahalanya dilipatgandakan tanpa ada batasannya.” (QS. Az-Zumar: 10)
7. Menggantikan posisi amal anggota tubuh
Demikian juga di antara keistimewaan amalan hati, misalnya niat yang benar, ternyata amal hati ini bisa menggantikan posisi amal anggota tubuh. Sebagaimana dalam hadits contohnya, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berjihad, kemudian ada sebagian sahabat tidak mampu untuk berjihad, ada yang karena sakit, ada yang karena tidak memiliki tunggangan untuk ikut berjihad, tapi mereka punya niat untuk ikut berjihad.
Maka ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berjihad bersama para sahabat yang ikut keluar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apa kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para Mujahidin yang keluar bersama Nabi?
مَا سِرْتُمْ مَسِيراً، وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِياً إِلاَّ كانُوا مَعكُم
“Tidaklah kalian menempuh suatu jalan, tidaklah kalian melewati suatu lembah, kecuali mereka (yaitu para sahabat yang tidak ikut perang) bersama kalian”
Kenapa mereka dianggap “bersama kalian”?
حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ
“Karena mereka terhalangi tidak bisa ikut perang karena mereka sakit.” (HR. Muslim)
Apa yang membuat mereka ternyata pahalanya sama seperti orang yang benar-benar berjihad? Jawabnya adalah karena niat mereka yang luar biasa dan karena ada halangan. Namun niat mereka itu menjadikan mereka seakan-akan ikut berjihad. Bahkan dalam satu hadits, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ سأَلَ اللَّه تَعَالَى الشَّهَادةَ بِصِدْقٍ
“Barangsiapa yang minta untuk mati syahid dengan tulus (benar-benar dia minta untuk mati syahid).”
بلَّغهُ اللهُ منَازِلَ الشُّهَداءِ وإنْ ماتَ على فِراشِهِ
“Maka Allah akan buat dia mencapai derajat-derajat para syuhada. Meskipun dia meninggal di atas tempat tidurnya.” (HR. Muslim)
Apa yang membuat dia seakan-akan berjihad sehingga dia meraih ganjaran tinggi para syuhada? Yaitu karena niatnya. Dia minta kepada Allah, berniat agar bisa mendapatkan ganjaran para syuhada.
8. Amalan hati dibawa sampai ke alam kubur
Di antaranya yang menunjukkan tentang agungnya amalan hati yaitu sebagian ulama menyebutkan bahwasanya amalan hati masih terus bisa dibawa oleh seseorang bahkan dalam kuburannya. Berbeda dengan amalan anggota tubuh yang berhenti. Ketika dia meninggal, maka sudah tidak bisa lagi melakukan amal shalih. Tetapi ketika dalam kuburan dia masih punya iman, dia masih punya kerinduan bertemu dengan Allah, dia masih punya ketakwaan, sehingga dia nanti dia bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Semua adalah dengan imannya, dengan amalan hati yang dia bahwa dalam kuburannya.
Ini semua -ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala- poin-poin yang menunjukkan akan pentingnya kita belajar amalan hati.
Oleh karenanya mulai sekarang kita harus sadar ketika kita sedang beramal hati, (misalnya) kita sedang sabar, yakinlah kita sedang meraih pahala yang besar. Dan ini terkadang terlalaikan dari kita. Sebagian orang kalau dia bersedekah, maka dia merasa dapat pahala. Kalau dia sedang shalat, dia merasa dapat pahala. Tetapi ketika dia sedang sabar, seakan-akan tidak ada pahalanya, seakan-akan itu bukan pahala. Padahal sabar itu pahalanya luar biasa, tawakal itu juga pahalanya luar biasa.
Seorang tawakal kepada Allah, seorang khusnudzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pahalanya luar biasa. Sseorang yakin, itu juga amalan hati, pahalanya lebih besar daripada amalan-amalan anggota tubuh.
Dari sini juga kita tahu bagaimana bahayanya orang-orang yang menyimpang dalam amalan hati. Seperti orang-orang yang terjerumus dalam kesyirikan, yang tawakalnya kepada jimat, yang tawakalnya kepada penghuni kubur, seperti itu maka mereka adalah orang-orang yang sengsara dan jauh dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
Post a Comment