Materi 3 – Mempelajari Amalan Hati (3) - Kebahagiaan Letaknya di Hati
🌍 Kelas UFA
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
3. Kebahagiaan tempatnya di hati
Perkara ketiga yang menunjukkan akan urgensinya kita mempelajari amalan hati, karena ternyata kita tahu kebahagiaan tempatnya di hati. Kalau dalam hati kita ternyata dipenuhi dengan penyakit-penyakit hati, ini menjadikan kebahagiaan kita semakin berkurang. Akan tetapi kalau semakin bersih hati kita, maka kita semakin bahagia.
Lihatlah orang kalau terkena penyakit hati, bagaimana dia mau bahagia? Misalnya dia memiliki sifat tamak, dalam hatinya tamak, pingin ini pingin anu, kapan dia bahagia? Lain halnya kalau seorang qana’ah, dia menerima, ridha dengan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia mudah meraih kebahagiaan.
Kita dapati sebagian orang hidupnya sederhana. Mungkin kita bicara sekarang lagi senang gowes atau naik sepeda. Sepeda sederhana sudah bahagia. Ada orang tidak bahagia (bahkan ketika) sudah punya sepeda bagus, dia ingin yang lebih bagus, ingin yang lebih bagus, tidak ada kebahagiaan. Kenapa? Karena masalah hatinya. Kapan hati kita terkena penyakit hati tamak, maka susah bagi kita untuk bahagia.
Contoh jika hati kita terkena penyakit hasad. Kita sudah diberikan pemberian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi setiap kita memandang orang yang memilih harta lebih banyak daripada kita, yang lebih kaya daripada kita, yang lebih terkenal daripada kita, yang lebih ini daripada kita, yang lebih anu daripada kita, maka kita tidak akan pernah bahagia, tidak akan pernah bahagia.
Oleh karenanya jika orang ingin bahagia, dia harus bersihkan hatinya. Contoh, orang kalau ikhlas, dia semakin bahagia. Kenapa? Karena yang dia pedulikan hanyalah bagaimana komentar Allah terhadap amal dia, yang penting Allah sudah lihat sudah selesai. Tapi bayangkan orang yang tidak ikhlas. Kebahagiaannya dia gantungkan dengan like, dengan viewers, dengan subscriber misalnya, atau dengan komentar netizen yang dia tunggu-tunggu. Sehingga akhirnya dia tidak bahagia.
Demikian juga kalau seorang misalnya dia punya penyakit hati dendam atau susah memaafkan. Bagaimana dia bahagia? Dia punya masalah sama 10 orang, dia dendam kepada si A, nomer satu, kedua, ketiga, sampai sepuluh. Mau tidur dia ingat-ingat lagi masalahnya sehingga dia menjadi hidup susah, kemudian dia tersiksa dalam batinnya, tersiksa di rumah tangganya karena dia tidak bisa menghilangkan penderitaannya tersebut. Sehingga terkadang penderitaannya tersebut berdampak pada suaminya, pada istrinya, pada anak-anaknya.
Oleh karenanya orang kalau ingin bahagia, bersihkan hatinya. Karena kita tahu tempat kebahagiaan adalah di hati.
4. Banyak orang tidak sadar tatkala mereka ditimpa dengan penyakit hati
Perkara yang keempat yang menunjukkan akan urgensinya kita belajar tentang amalan hati dan mengenal tentang penyakit-penyakit hati, yaitu banyak orang tidak sadar tatkala mereka ditimpa dengan penyakit hati. Lain halnya ketika mereka ditimpa dengan penyakit badan, kita rata-rata mengerti dan ngeh ketika kita terkena penyakit badan. Ada sinyal yang menunjukkan ketika sedang sakit. Tapi betapa banyak orang terkena penyakit hati tidak sadar. Dia terkena penyakit sombong tapi dia merasa tidak sombong, dia terkena penyakit riya’ tapi dia merasa tidak riya’, dia terkena penyakit hasad tapi dia merasa dia tidak hasad, dia terkena penyakit pemarah tapi dia merasa dia orang yang bijak.
Subhanallah.. Banyak orang terkena penyakit hati tapi dia tidak sadar. Ketika seseorang terkena penyakit hati dan dia tidak sadar, bagaimana dia berusaha untuk memperbaiki hatinya? Sementara dia tidak merasa berpenyakit.
Maka dengan kita mempelajari tentang amalan-amalan hati dan lawan-lawannya, yaitu penyakit-penyakit hati, kita akan bisa mendeteksi sedini mungkin penyakit yang sedang menimpa hati kita. Kalau kita sudah mendeteksi penyakit-penyakit hati kita, maka kita mudah untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.
Sebagaimana penyakit badan kalau dibiarkan akan bertumpuk-tumpuk, semakin meradang dan semakin parah kalau tidak segera diobati, maka demikian juga penyakit hati. Penyakit hati kalau dibiarkan akan bertumpuk. Hasad semakin hasad, riya’ semakin riya’, dendam semakin dendam, su’udzan semakin su’udzan, kalau kita tidak segera selamatkan jiwa dan hati kita, maka kita akan semakin parah dan ini berbahaya bagi seseorang.
5. Amalan hati adalah amalan yang agung
Kemudian perkara yang berikutnya yang berkaitan tentang urgensinya kita belajar tentang amalan hati, karena ternyata amalan hati adalah amalan-amalan yang agung. Para ulama mengatakan amalan hati lebih afdhal daripada amalan jawarih.
Terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwasanya amalan hati penyebab utama seorang masuk surga. Bukankah amalan hati itu adalah amalan-amalan yang agung? Iman, yakin, ridha, khusyu’, sabar, Subhanallah terlalu banyak dalil yang menunjukkan akan keistimewaan amalan-amalan ini. Berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini amalan-amalan hati yang pahalanya sangat luar biasa bahkan lebih afdhal daripada amalan-amalan jawarih.
Karenanya datang dalam satu hadits tentang bagaimana seorang yang tidak hasad kemudian Nabi mengatakan dia penghuni surga. Satu hari Rasulullah dan para sahabat sedang berkumpul dan tiba-tiba ada seorang akan lewat. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمْ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Akan lewat sekarang/muncul seorang penghuni surga.”
Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari kaum Anshar keluar, dia gantung sendalnya, kemudian masih ada tetesan air wudhunya, kemudian dia berjalan. Subhanallah, kata Nabi ini penghuni surga.
Kemudian besok harinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan perkataan yang sama dan ternyata keluar lagi orang yang sama. Kemudian hari berikutnya Rasulullah mengatakan lagi: “Akan keluar sekarang seorang yang termasuk dari penghuni surga.” Ternyata orang itu juga pula.
Akhirnya ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash penasaran dengan ini siapa atau apa amalan dia sehingga menjadikan dia “divonis” oleh Nabi tiga kali berturut-turut bahwasanya dia penghuni surga.
Akhirnya ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash mencari alasan untuk bisa tidur di rumah orang tersebut. Ternyata ketika dia tidur di rumah orang tersebut, dia tidak mendapati orang ini melakukan amalan-amalan yang luar biasa. Dia heran, sampai akhirnya setelah tiga hari dia berkata: “Wahai Fulan, sesungguhnya saya ke sini cuma ingin tahu amalanmu itu apa? Karena saya mendengar Rasulullah menyebutkan engkau tiga kali sebagai penghuni surga.”
Kemudian dia berkata: “Tidak ada yang aku lakukan kecuali yang engkau lihat.” Artinya tidak ada yang aneh. Tidak disebutkan dia shalat malam dari jam sekian dari jam sekian, tidak disebutkan dia baca Qur’an dari jam sekian sampai jam sekian, tidak disebutkan bahwa dia bersedekah dari sana ke sini. Makanya ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘Anhu heran. Akhirnya dia bertanya apa yang dilakukan orang tersebut. Orang itu menjawab: “Tidak ada amalan kekcuali apa yang engkau lihat.”
Akhirnya tatkala ‘Abullah bin ‘Amr bin ‘Ash hendak pergi, dia memanggil dan berkata: “Amalanku cuma yang engkau lihat, hanya saja aku tidak pernah hasad kepada nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.”
Subhanallah, ternyata ini amalan yang luar biasa. Yaitu tidak pernah hasad sama sekali yang membuat dia dimasukkan ke surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kata ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash:
هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ
“Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang kami tidak mampu untuk memilikinya.” (HR. Ahmad)
Oleh karenanya seseorang berusaha berjuang untuk memiliki amalan-amalan hati karena amalan hati pahalanya besar dan sebab memasukkan seseorang ke dalam surga dengan mudah. Sementara kita dapati banyak orang yang perhatian dengan amalan jawarih tapi lupa dengan amalan hati.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
Post a Comment