📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-05
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SABTU 12 Sya'ban 1444 H / 4 Maret 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah
💽 Audio ke-05: Mukadimah #4 - Latar Belakang Penulisan Kitab Bag 02
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).
Baiklah, kita lanjutkan kajian kita.
Beliau menyebutkan perkataan-perkataan para Imam mazhab yang mereka melarang untuk bertaqlid kepada mazhab-mazhab para Imam tersebut. Perkataan-perkataan para Imam mazhab agar mengikuti As-Sunnah dan tidak mengikuti perkataan-perkataan, pendapat-pendapat mereka yang menyelisihinya.
Perkataannya sangat banyak. Beliau sebutkan Imam Syafi'i. Banyak sekali perkataan-perkataan beliau yang menjelaskan tentang tentang hal ini.
❲ إِذَا وَجَدْتُمْ فِيْ كِتَابِي خِلَافُ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ؛ فَقُوْلُوا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ، وَدَعُوا مَا قُلْتُ ❳
"Jika kalian menemukan di dalam buku-bukuku hal yang berseberangan dengan sunnah Nabi ﷺ, maka berpendapatlah dengan sunnah Rasulullah dan tinggalkanlah apa yang aku katakan."
Ini perkataan Imam Syafi'i rahimahullah.
❲ فَاتَّبِعُوهَا ، وَلاَ تَلْتَفِتُوا إِلىَ قَوْلِ أَحَدٍ ❳
“Ikutilah sunnah itu, dan jangan menoleh kepada perkataan siapapun.”
Tidak usah memperhatikan perkataan orang lain kalau sudah ada perkataan Nabi ﷺ.
Dalam perkataan yang lain Imam Syafi'i rahimahullah mengatakan,
❲ إِذَا رَأَيْتُمُوْنِي أَقُوْلُ قَوْلاً، وَقَدْ صَحَّ عَنْ النَّبِيّ ﷺ خِلَافُهُ ؛ فَاعْلَمُوا أَنَّ عَقْلِي قَدْ ذَهَبَ ❳
"Apabila kalian melihatku mengatakan suatu perkataan/suatu pendapat, sementara sudah ada hadits shahih dari Nabi ﷺ yang bertentangan dengannya, maka ketahuilah bahwa akalku ketika itu telah hilang."
Ini perkataan Imam Syafi'i rahimahullah.
❲ كُلُّ حَدِيْثٍ عَنْ النَّبِي ﷺ ؛ فَهُوَ قَوْلِي، وَإِنْ لَمْ تَسْمَعُوْهُ مِنِّي ❳
“Setiap hadits dari Nabi ﷺ, maka itulah pendapatku, walaupun kalian tidak mendengar dari aku.”
Imam Ahmad juga demikian. Banyak sekali perkataan-perkataan beliau. Bahkan beliau melarang membukukan perkataan-perkataannya. Takut kalau nantinya pengikutnya bertaqlid buta kepada beliau.
Tapi Allah berkehendak lain. Berkehendak ada mazhab Hambali walaupun Imam Ahmad bin Hambal tidak menginginkan hal tersebut. Tidak menginginkan perkataan-perkataannya dibukukan, dikumpulkan. Tapi karena Allah menginginkan kebaikan untuk Imam Ahmad dan melihat keikhlasan beliau dalam beragama, akhirnya ada mazhab Hambali yang diambil dari perkataan-perkataan Imam Ahmad yang dibukukan oleh para pengikutnya. Ketika beliau menjawab pertanyaan, dibukukan.
Di antara perkataan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah adalah perkataan beliau:
❲ لَا تُقَلِّدُنِي ❳
"Jangan engkau bertaqlid buta kepadaku,"
❲ وَلَا تُقَلِّدْ مَالِكاً، وَلَا الشَافِعِي، وَلَا الْأَوْزَاعِي، وَلَا الثَّوْرِي، وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوا ❳
"dan jangan kalian bertaqlid buta kepada Imam Malik, kepada Imam Syafi'i,"
Imam Malik dan Imam Syafi'i ini gurunya Imam Ahmad. Dan kepada murid-muridnya beliau, beliau mengatakan, "Jangan bertaqlid buta kepada guru-guruku." Apalagi kepada beliau yang murid gurunya. Kepada guru-gurunya beliau saja, beliau mengatakan demikian.
“jangan bertaqlid kepada Imam Malik, jangan bertaqlid kepada Imam Syafi'i, jangan bertaqlid kepada Imam Auza'i,”
Ada dahulu mazhab Auza'i. Mazhab Auza'i, namun hilang karena tidak adanya murid-murid yang membukukan ilmu beliau dan menyebarkannya kepada manusia.
❲ وَلَا الثَّوْرِي ❳
"jangan bertaqlid buta kepada Imam Tsauri,"
❲ وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوا ❳
"ambillah dari mana mereka mengambil hukum tersebut."
"Ambillah" maksudnya ambilah dari dalilnya. Kalau kalian bisa mengambil dari dalil, maka ambillah dari dalilnya.
❲ لَا تُقَلِّدْ دِيْنَكَ أَحَداً مِنْ هَؤُلَاءِ ❳
Perkataan Imam Ahmad, "Jangan bertaqlid buta kepada salah seorang pun dari mereka -dari para imam-imam tersebut- dalam masalah agamamu."
❲ مَا جَاءَ عَنِ النَّبِي ﷺ وَأَصْحَابِهِ؛ فَخُذْ بِهِ ❳
"Apapun yang berasal dari Nabi ﷺ dan para sahabat Beliau, maka ambillah."
❲ ثُمَّ التَّابِعِيْنَ بَعْدُ الرَّجُلُ فِيْهِ مُخَيَّرٌ ❳
“Kemudian ambillah dari perkataan-perkataan tabi'in, kemudian setelah generasi ini maka seseorang bisa memilih (untuk diikuti ataupun tidak, sesuai dengan dalilnya)."
Intinya, inilah perkataan-perkataan para Imam mazhab dari empat mazhab yang ada. Semuanya mengingkari taqlid buta. Semuanya melarang para pengikutnya untuk bertaqlid buta kepada mereka. Bahkan Imam Al-Muzani sendiri (murid seniornya Imam Syafi'i rahimahullah).
Imam Al-Muzani, ketika beliau meringkas ilmu Imam Syafi'i dalam kitab beliau Al Mukhtashar, -jadi beliau meringkas ilmu-ilmu Imam Syafi'i dari kitab-kitab beliau Al-Umm yang sangat tebal tersebut, diringkas dalam ringkasan yang tipis.
Ketika meringkas, beliau menulis perkataan di dalam mukadimahnya, bahwa beliau meringkas kitab ini bukan agar orang-orang bertaqlid buta kepada Imam Syafi’i. Dan beliau mengatakan, "Karena aku tahu bahwa Imam Syafi’i melarang manusia untuk bertaqlid kepadanya." Dalam mukadimahnya beliau mengatakan seperti ini agar mengingatkan kepada orang-orang setelahnya agar mereka tidak bertaqlid buta kepada Imam Syafi'i rahimahullah.
Beliau mengatakan, "Saya meringkas ini agar orang-orang bisa berhati-hati dalam agamanya." Ini perkataan Imam Al-Muzani -murid senior Imam Syafi'i rahimahullah- ketika membuat ringkasan ilmu Imam Syafi’i rahimahullah. Dan beliau beri nama kitab tersebut dengan nama Al-Mukhtashar. Setelah beliau meninggal, terkenal dengan nama Mukhtashar Muzani yaitu ringkasannya Imam Muzani.
Dan Imam-imam mazhab juga demikian, apalagi di awal-awal Islam. Walaupun mereka menisbatkan, menyandarkan dirinya kepada mazhab tertentu, tapi mereka tidak bertaqlid buta. Kalau mereka melihat ada pendapat lain yang dalilnya lebih kuat, mereka ambil.
Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa bermazhab tidaklah tercela. Yang tercela adalah fanatik terhadap mazhab tersebut. Fanatik buta terhadap mazhab tersebut.
Ada hadits yang jelas shahih yang menjelaskan hukum masalah tertentu, tapi tetap mengikuti mazhabnya, misalnya seperti itu. Maka ini, ini yang tercela. Karena tidak ada yang lebih mulia, tidak ada yang lebih tinggi perkataannya melebihi Rasulullah ﷺ kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Semua perkataan Imam, apabila dibandingkan dengan perkataan Rasulullah ﷺ, mana yang lebih mulia? Mana yang lebih berhak untuk diikuti? Jelas perkataan Rasulullah ﷺ .
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.
InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
════ ∴ |GiS| ∴ ════
Post a Comment