Pengertian Hadis Qudsi
Istilah “hadis qudsi” terdiri dari dua kata: “hadis” dan “qudsi”. “
Hadis qudsi juga sering diistilahkan dengan “hadis rabbani” atau “hadis ilahi”. (Mushthalah Hadits Ibnu Al-Utsaimin, hlm. 11). Sedangkan hadis yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bukan dalam bentuk riwayat dari Allah, disebut “hadis nabawi”.
Contoh hadis qudsi
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, bahwa Allah berfirman,
“Aku sesuai anggapan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku sendiri maka Aku akan mengingatnya pada diri-Ku, namun jika dia mengingat-Ku di sekelompok orang maka Aku akan menyebut-nyebut namanya di kelompok makhluk yang lebih baik.” (HR. Al-Bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)
Bentuk-Bentuk Periwayatan hadits qudsi
Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman :
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.
Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.
Antara Alquran, hadis qudsi, dan hadis nabawi
Perbedaan Alquran dan hadis qudsi adalah sebagaimana tabel berikut (Mushthalah Hadits Ibnu Al-Utsaimin, hlm. 11–12):
Istilah “hadis qudsi” terdiri dari dua kata: “hadis” dan “qudsi”. “
- Hadis” artinya ‘perkataan, perbuatan, atau persetujuan seseorang’,
- Sedangkan “qudsi”, secara bahasa, artinya ‘suci’, yang selanjutnya digunakan untuk menyebut istilah yang dinisbahkan kepada Allah ta’ala.
Hadis qudsi juga sering diistilahkan dengan “hadis rabbani” atau “hadis ilahi”. (Mushthalah Hadits Ibnu Al-Utsaimin, hlm. 11). Sedangkan hadis yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bukan dalam bentuk riwayat dari Allah, disebut “hadis nabawi”.
Contoh hadis qudsi
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, bahwa Allah berfirman,
أَناَ عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَ أَناَ مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنيِ، فَإِن ذَكَرَني فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي،
وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأِ خَيرٍ مِنهُمْ
“Aku sesuai anggapan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku sendiri maka Aku akan mengingatnya pada diri-Ku, namun jika dia mengingat-Ku di sekelompok orang maka Aku akan menyebut-nyebut namanya di kelompok makhluk yang lebih baik.” (HR. Al-Bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)
Bentuk-Bentuk Periwayatan hadits qudsi
Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman :
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.
Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.
Antara Alquran, hadis qudsi, dan hadis nabawi
- Alquran: lafal dan maknanya dinisbahkan kepada Allah.
- Hadis nabawi: lafal dan maknanya dinisbahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Hadis qudsi: maknanya dinisbahkan kepada Allah sedangkan lafalnya dinisbahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Perbedaan Alquran dan hadis qudsi adalah sebagaimana tabel berikut (Mushthalah Hadits Ibnu Al-Utsaimin, hlm. 11–12):
No | Alqur'an | Hadits Qudsi |
1 | Lafal dan maknanya dinisbahkan kepada Allah | Maknanya dinisbahkan kepada Allah, sedangkan lafalnya dinisbahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam |
2 | Telah bernilai ibadah meski semata-mata dibaca | Tidak bernilai ibadah jika semata-mata dibaca. Membaca hadis qudsi bernilai ibadah jika bertujuan untuk mempelajarinya |
3 | Disyariatkan untuk dibaca ketika shalat | Tidak boleh dibaca ketika salat |
4 | Menjadi mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, tidak ada seorang pun yang bisa membuat kitab seperti Alquran | Tidak termasuk mukjizat. Karena itu, banyak orang yang membuat hadis qudsi palsu |
5 | Dinukil secara mutawatir | Ada yang dinukil dengan tidak mutawatir |
6 | Pasti sahih dan benar | Ada yang sahih dan ada yang lemah |
Referensi :
Sumber:
http://yufidia.com/hadis-qudsi (dengan adanya penambahan)
- Al-Jami Ash-Shahih Al-Mukhtashar. Muhammad bin Ismail Al-Bukhari. Dar Ibnu Katsir. Beirut. 1407 H.
- Shahih Muslim. Imam Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi. Dar Ihya At-Turats. Beirut. 1374 H.
- Mushthalah Hadits. Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin. Dar Al-Haramain. Mesir. 1422 H. Artike
Sumber:
http://yufidia.com/hadis-qudsi (dengan adanya penambahan)
Post a Comment