F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Amalan "YASINAN" Sesuai Sunnah Rasulullah Kah?

Derajat hadits fadhilah surat yasin

MUQADDIMAH

Kebanyakan kaum muslimin membiasakan membaca surat Yasin, baik pada malam Jum’at, ketika mengawali atau menutup majlis ta’lim, ketika ada atau setelah kematian dan pada acara-acara lain yang mereka anggap penting. Saking seringnya surat Yasin dijadikan bacaan di berbagai pertemuan dan kesempatan, sehingga mengesankan, Al-Qur’an itu hanyalah berisi surat Yasin saja. Dan kebanyakan orang membacanya memang karena tergiur oleh fadhilah atau keutamaan surat Yasin dari hadits-hadits yang banyak mereka dengar, atau menurut keterangan dari guru mereka.


Al-Qur’an yang di wahyukan Allah adalah terdiri dari 30 juz. Semua surat dari Al-Fatihah sampai An-Nas, jelas memiliki keutamaan yang setiap umat Islam wajib mengamalkannya. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar umat Islam senantiasa membaca Al-Qur’an. Dan kalau sanggup hendaknya menghatamkan Al-Qur’an setiap pekan sekali, atau sepuluh hari sekali, atau dua puluh hari sekali atau khatam setiap bulan sekali. (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim dan lainnya).

Sebelum melanjutkan pembahasan, yang perlu dicamkan dan diingat dari tulisan ini, adalah dengan membahas masalah ini bukan berarti penulis melarang atau mengharamkan membaca surat Yasin.

Sebagaimana surat-surat Al-Qur’an yang lain, surat Yasin juga harus kita baca. Akan tetapi di sini penulis hanya ingin menjelaskan kesalahan mereka yang menyandarkan tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu, untuk menegaskan bahwa tidak ada tauladan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Yasin setiap malam Jum’at, setiap memulai atau menutup majlis ilmu, ketika dan setelah kematian dan lain-lain.

Mudah-mudahan keterangan berikut ini tidak membuat patah semangat, tetapi malah memotivasi untuk membaca dan menghafalkan seluruh isi Al-Qur’an serta mengamalkannya.

KELEMAHAN HADITS-HADITS TENTANG FADHILAH SURAT YASIN

Kebanyakan umat Islam membaca surat Yasin karena -sebagaimana dikemukakan di atas- fadhilah dan ganjaran yang disediakan bagi orang yang membacanya. Tetapi, setelah penulis melakukan kajian dan penelitian tentang hadits-hadits yang menerangkan fadhilah surat Yasin, penulis dapati Semuanya Adalah Lemah.

Perlu ditegaskan di sini, jika telah tegak hujjah dan dalil maka kita tidak boleh berdusta atas nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebab ancamannya adalah Neraka. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya).

HADITS DHA’IF DAN MAUDHU’ SEBAGAI SANDARAN DALIL YASINAN

Adapun hadits-hadits yang semuanya dha’if (lemah) dan atau maudhu’ (palsu) yang dijadikan dasar tentang fadhilah surat Yasin diantaranya adalah sebagai berikut :

Hadist 1

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin dalam suatu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya dan siapa yang membaca surat Ad-Dukhan pada malam Jum’at maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya.” (Ibnul Jauzi, Al-Maudhu’at, 1/247).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya. Imam Daruquthni berkata: Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. (Periksa: Al-Maudhu’at, Ibnul Jauzi, I/246-247, Mizanul I’tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua’ah hal. 268 No. 944).

Hadits 2

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya.

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya Mu’jamul Ausath dan As-Shaghir dari Abu Hurairah, tetapi dalam sanadnya ada rawi Aghlab bin Tamim. Kata Imam Bukhari, ia munkarul hadits. Kata Ibnu Ma’in, ia tidak ada apa-apanya (tidak kuat). (Periksa: Mizanul I’tidal I:273-274 dan Lisanul Mizan I : 464-465).

Hadits 3

Artinya: “Siapa yang terus menerus membaca surat Yasin pada setiap malam, kemudian ia mati maka ia mati syahid.

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Shaghir dari Anas, tetapi dalam sanadnya ada Sa’id bin Musa Al-Azdy, ia seorang pendusta dan dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits. (Periksa: Tuhfatudz Dzakirin, hal. 340, Mizanul I’tidal II : 159-160, Lisanul Mizan III : 44-45).

Hadits 4

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin pada permulaan siang (pagi hari) maka akan diluluskan semua hajatnya.

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Ia diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur Al-Walid bin Syuja’. Atha’ bin Abi Rabah, pembawa hadits ini tidak pernah bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab ia lahir sekitar tahun 24H dan wafat tahun 114H.

(Periksa: Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih, takhrij No. 2177, Mizanul I’tidal III:70 dan Taqribut Tahdzib II:22).

Hadits 5

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an dua kali.” (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

(Lihat Dha’if Jamiush Shaghir, No. 5801 oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits 6

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

(Lihat Dha’if Jami’ush Shagir, No. 5798 oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits 7

Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati dan hati (inti, jantung, red) Al-Qur’an itu ialah surat Yasin. Siapa yang membacanya maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca Al-Qur’an sepuluh kali.

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 304 8) dan Ad-Darimi 2:456. Di dalamnya terdapat Muqatil bin Sulaiman. Ayah Ibnu Abi Hatim berkata: Aku mendapati hadits ini di awal kitab yang di susun oleh Muqatil bin Sulaiman. Dan ini adalah hadits batil, tidak ada asalnya. (Periksa: Silsilah Hadits Dha’if no. 169, hal. 202-203). Imam Waqi’ berkata: Ia adalah tukang dusta. Kata Imam Nasa’i: Muqatil bin Sulaiman sering dusta.

(Periksa: Mizanul I’tidal IV:173).

Hadits 8

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin di pagi hari maka akan dimudahkan (untuknya) urusan hari itu sampai sore. Dan siapa yang membacanya di awal malam (sore hari) maka akan dimudahkan urusannya malam itu sampai pagi.

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Hadits ini diriwayatkan Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad hadits ini terdapat Syahr bin Hausyab. Kata Ibnu Hajar: Ia banyak memursalkan hadits dan banyak keliru. (Periksa: Taqrib I:355, Mizanul I’tidal II:283).

Hadits 9

Artinya: “Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang akan mati di antara kamu.

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet. India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena Abu Utsman, di antara perawi hadits ini adalah seorang yang majhul (tidak diketahui), demikian pula dengan ayahnya. Hadits ini juga mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas).

Hadits 10

Artinya: “Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yasin di sisinya (maksudnya sedang naza’) melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu) atasnya.

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari. Imam Ahmad dan Nasa’i berkata, ia tidak bisa dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim berkata, ia munkarul hadits. Kata Abu ‘Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan hadits. (Periksa: Mizanul I’tidal IV : 90-91).

PENJELASAN

Abdullah bin Mubarak berkata: Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq (yang pura-pura Islam) itulah yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah surat-surat tertentu). Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata: Semua hadits yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini dan begitu SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Sesungguhnya orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu adalah agar manusia sibuk dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur’an) dan menjauhkan mereka dari isi Al-Qur’an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur’an. (Periksa: Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha’if, hal. 113-115).

KESIMPULAN

Dengan demikian jelaslah bahwa hadit-hadits tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin, semuanya LEMAH dan PALSU. Oleh karena itu, hadits-hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah untuk menyatakan keutamaan surat ini dan surat-surat yang lain, dan tidak bisa pula untuk menetapkan ganjaran atau penghapusan dosa bagi mereka yang membaca surat ini. Memang ada hadits-hadits shahih tentang keutamaan surat Al-Qur’an selain surat Yasin, tetapi tidak menyebut soal pahala(#1). Wallahu A’lam.

Yasinan, Bid'ah Yang Dianggap Sunnah

Ayo pak kita yasinan di rumahnya pak RT!” Kegiatan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat kita ini biasanya diisi dengan membaca surat Yasin secara bersama-sama. Mereka bermaksud mengirim pahala bacaan tersebut kepada si mayit untuk meringankan penderitaannya. Timbang-timbang, daripada berkumpul untuk bermain catur, kartu apalagi berjudi, kan lebih baik digunakan untuk membaca Al-Qur’an (khususnya surat Yasin). Memang sepintas jika dipertimbangkan menurut akal pernyataan itu benar namun kalau dicermati lagi ternyata ini merupakan kekeliruan.

Al-Qur’an untuk Orang Hidup

Al-Qur’an diturunkan Alloh Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallohu’alaihi wa sallam sebagai petunjuk, rahmat, cahaya, kabar gembira dan peringatan. Maka kewajiban orang-orang yang beriman untuk membacanya, merenungkannya, memahaminya, mengimaninya, mengamalkan dan berhukum dengannya.
Hikmah ini tidak akan diperoleh seseorang yang sudah mati. Bahkan mendengar saja mereka tidak mampu.

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang mati itu mendengar.” (Terjemah An-Nahl: 80).

Alloh Ta’ala juga berfirman di dalam surat Yasin tentang hikmah tersebut yang artinya,
Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan supaya dia memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup.” (Yasin: 69-70).

Alloh berfirman yang artinya, “Sesungguhnya seseorang itu tidak akan menanggung dosa seseorang yang lain dan bahwasanya manusia tidak akan memperolehi ganjaran melainkan apa yang telah ia kerjakan.” (An-Najm: 38-39).

Berkata Al-Hafizh Imam Ibnu Katsir rohimahulloh: “Melalui ayat yang mulia ini, Imam Syafi’i rahimahullah dan para pengikutnya menetapkan bahwa pahala bacaan (Al-Qur’an) dan hadiah pahala tidak sampai kepada orang yang mati, karena bacaan tersebut bukan dari amal mereka dan bukan usaha mereka. Oleh karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkan umatnya, mendesak mereka untuk melakukan perkara tersebut dan tidak pula menunjuk hal tersebut (menghadiahkan bacaan kepada orang yang mati) walaupun hanya dengan sebuah dalil pun.”

Adapun dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan surat Yasin jika dibaca secara khusus tidak dapat dijadikan hujjah. Membaca surat Yasin pada malam tertentu, saat menjelang atau sesudah kematian seseorang tidak pernah dituntunkan oleh syari’at Islam. Bahkan seluruh hadits yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Yasin tidak ada yang sahih sebagaimana ditegaskan oleh Al Imam Ad Daruquthni.

Islam telah menunjukkan hal yang dapat dilakukan oleh mereka yang telah ditinggal mati oleh teman, kerabat atau keluarganya yaitu dengan mendo’akannya agar segala dosa mereka diampuni dan ditempatkan di surga Alloh subhanahu wa ta’ala. Sedangkan jika yang meninggal adalah orang tua, maka termasuk amal yang tidak terputus dari orang tua adalah do’a anak yang sholih karena anak termasuk hasil usaha seseorang semasa di dunia.

Biar Sederhana yang Penting Ada Tuntunannya

Jadi, tidak perlu repot-repot mengadakan kenduri, yasinan dan perbuatan lainnya yang tidak ada tuntunannya dari Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam. Bahkan apabila dikaitkan dengan waktu malam Jum’at, maka ada larangan khusus dari Rosululloh shollalohu’alaihi wa sallam yakni seperti yang termaktub dalam sabdanya, “Dari Abu Hurairah, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam: Janganlah kamu khususkan malam Jum’at untuk melakukan ibadah yang tidak dilakukan pada malam-malam yang lain.” (HR. Muslim). Bukankah lebih baik beribadah sedikit namun ada dalilnya dan istiqomah mengerjakannya dibanding banyak beribadah tapi sia-sia? Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beramal yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia tertolak.” (HR. Muslim). Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala melindungi kita semua dari hal-hal yang menjerumuskan kita ke dalam kebinasaan(#2).

Kesimpulan

Saudaraku –yang kami sangat merindukanmu menuai sepercik cahaya kebenaran-
Ada beberapa point penting yang hendak kami sampaikan demi meluruskan beberapa tanggapan yang ada mengenai masalah bid’ah dan Yasinan

1. Saudaraku, Bid’ah itu layaknya seperti maksiat dan setiap bid’ah adalah tercela
Ingat Saudaraku karena dalam setiap hadits yang mencela bid’ah itu menyatakan bahwa setiap amalan bid’ah itu tertolak. Bagaimana mungkin sesuatu yang tertolak kok dilakukan lalu dikatakan bukan maksiat?!
Bukankah Nabi bersabda,
‘sesungguhnya sejelek-jeleknya perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama)” (HR. Muslim no. 867)?!
Dan bagaimana mungkin kita katakan bahwa ada bid’ah yang baik? Sedangkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dimaksudkan adalah umum karena menggunakan lafazh kullu (yang artinya ‘semua’). Jadi semua bid’ah adalah sesat dan tidak ada pengecualian.

2. Ibadah tidak cukup niat baik, tetapi harus ada dasarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seandainya boleh kita beribadah asal-asalan tanpa ada dasar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bolehkah kita mengerjakan shalat shubuh 4 raka’at dengan dasar ‘Saya kan niatnya baik’, dengan banyak raka’at berarti kita akan banyak baca Qur’an dan akan lebih banyak memuji Allah? Apakah boleh semata-mata niat baik seperti ini?
Atau gampangnya lagi, apakah mungkin kita mengatakan ‘Saya mau shalat Zhuhur nanti malam saja (kalau sudah tengah malam) karena waktu malam akan lebih khusus, juga tidak banyak yang lihat’? Apakah mungkin kita mengatakan seperti ini dengan dasar niat yang baik semata?
Jawabannya insya Allah tidak. Maka demikian pula amalan ibadah yang lainnya, kita harus beribadah dengan dasar dalil.

3. Kita membahas Yasinan bukan berarti kami ingin memecah belah umat Islam.
Yang kita inginkan agar umat Islam ini bersatu di atas kebenaran, di atas ilmu, di atas petunjuk suri tauladan (panutan) kita. Kita tidak ingin Saudara kita yang lain terjerumus dalam kesalahan dan kekeliriuan dengan melakukan amalan yang tidak ada dasarnya. Kita memperingatkan ini, agar diketahui bahwa ini adalah kekeliruan sehingga dijauhi. Bid’ah memiliki dampak buruk yang sangat berbahaya sehingga kita selalu memperingatkan hal ini, berbeda dengan orang-orang yang notabene cuma membela bid’ah. Di antara dampak buruk bid’ah adalah :
  • Pertama, amalan bid’ah tertolak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
  • Kedua, pelaku bid’ah tidak akan minum dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak akan mendapatkan syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui, mereka itu telah berbuat bid’ah sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari no. 7049). Dalam riwayat lain dikatakan, “(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari no. 7051). Inilah do’a laknat untuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berbuat bid’ah.
  • Ketiga, Seluruh perkara bid’ah yang diada-adakan dalam perkara agama tidak diridhoi oleh Allah karena hal ini telah menyelisihi jalan kaum muslimin yang berada di atas kebenaran (al haq). Seluruh pelaku bid’ah termasuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang membuat-buat perkara baru dalam agama. Begitu pula orang yang berbuat zholim dan yang menyelisihi kebenaran, mereka semua telah membuat sesuatu yang baru dan telah mengganti dengan ajaran selain Islam. Oleh karena itu, mereka juga termasuk dalam hadits ini.” (Lihat Syarh Ibnu Baththol, 19/2, Maktabah Syamilah) –Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai perkara bid’ah dan menjadikan kita sebagai umatnya yang akan menikmati al haudh sehingga kita tidak akan merasakan dahaga yang menyengsarakan di hari kiamat, Amin Ya Mujibad Du’a-
  • Keempat, pelaku bid’ah akan mendapatkan dosa jika amalan bid’ahnya diikuti orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017)
Itulah beberapa di antara bahaya bid’ah dan dampak buruknya Pembahasan lengkapnya bisa di lihat disini:
1. http://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-1.html "Pengertian Bid’ah"
2. http://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-2.html "Adakah Bid’ah Hasanah"
3. http://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-3.html "Berbagai Alasan Dalam Membela Bid’ah"
4. http://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-4.html "Dampak Buruk Bid’ah"

Wallohu a’lam bishshowab.

***
#1. [Penyusun: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dipublikasikan kembali oleh http://muslim.or.id/manhaj/derajat-hadits-fadhilah-surat-yasin.html dari blog Abu Aufa ]
#2. [Penulis: Muhammad Ikrar Yamin, artikel pada http://muslim.or.id/manhaj/yasinan-bidah-yang-dianggap-sunnah.html

12 comments

12 comments

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.
  • Agussani Gani
    Agussani Gani
    August 09, 2016 10:29 AM
    Barakallahulana, saudaraku seiman,....janganlah peribadatan kita menjadi terpola sebagaimana ibadahnya ummat kristen yang lebih mengikuti ajaran Paulus yang jauh menyimpang dari ajaran Yesus (Isa Al-Masih. Sebagai nasehat wahai Ikhwan Mukmin,....kembalilah kepada ajaran Rasulallah dan berpegang teguhlah kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulallah. Salam untuk saudaraku seiman
    Reply
  • Ustaz Ridwan Jalil (URJ)  Jambi
    Ustaz Ridwan Jalil (URJ) Jambi
    August 08, 2016 11:03 AM
    CAPEK...DEH....
    Reply
  • Ustaz Ridwan Jalil (URJ)  Jambi
    Ustaz Ridwan Jalil (URJ) Jambi
    August 08, 2016 11:02 AM
    CAPEK...DEH....
    Reply
  • Herkam
    Herkam
    February 07, 2015 3:20 AM
    This comment has been removed by a blog administrator.
  • Unknown
    Unknown
    July 23, 2013 4:23 AM
    blog di zaman nabi ada ga ya? bid'ah dong heheh
    Reply
  • Indra
    Indra
    February 01, 2013 10:21 AM
    Artikel yang menarik, saya sangat setuju dengan artikel yang Anda tulis, insya Allah itu adalah suatu kebenaran. Banyak juga komentar yang yang membela bid'ah, biasanya mereka itu rutin melaksanakan bid'ah dan emosi bila bid'ah yang mereka kerjakan dikritik. Golongan ini sulit menerima kebenaran sesuai dalil karena menganggap bid'ah yang mereka kerjakan itu adalah benar. Berdakwah kepada pelaku bid'ah lebih sulit dibanding berdakwah kepada pelaku maksiat, semoga Allah memberi penulis kesabaran dan ketabahan dan memberi hidayah kepada para pelaku bid'ah. Fastabiqul khairat.
    Reply
  • Muhammad Sholeh
    Muhammad Sholeh
    August 13, 2012 2:32 PM
    Setiap manusia mempunyai keyakinan masing2...
    anggaplah kebenran Mutlak Alloh SWT itu adalah Lautan...
    Jika kita mengambil air laut dengan cangkir yang sama, belum tentu air laut dalam cangkir tersebut mempunyai kadar garam yang sama...
    Jadi dari pada kita ribut masalah keyakinan
    mendingan kita bersatu memberantas perjudian, perjinahan, koruptor, pencurian dll yg jelas2 itu adalah perbuatan Setan...
    Reply
  • rizki fachrulroji
    rizki fachrulroji
    August 02, 2012 7:47 PM
    saya orang awam yang hanya baca dan memperhatikan. saya tidak tahu apa-apa. Tapi yang saya tahu, kalian semua tuh hanya debat dan merasa paling benar. Mana titk terangnya?????? kita tuh umat muslim, 1 agama. kita punya Tuhan dan Nabi yang sama. Saya kira setelah baca ini akan dapat pembelajaran, tapi setelah lihat komentar kalian semua, jadi nihil.
    Reply
  • rabel
    rabel
    April 30, 2012 4:44 PM
    Bila Anda mengatakan bahwa "Yang mengatakan semua bid'ah itu sesat adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri," itu adalah penafsiran Anda sendiri yang jumud/sempit dan penuh hawa nafsu (karena bernada arogan). Karena para ulama yang sudah dikenal sebagai mujaddid tidak menafsirkan hadits tersebut bermakna seperti yang Anda tafsirkan. Maka kalau mau taklid/ittiba' dengan ulama yang hafal hadits, menguasai lughoh/bahasa Arab, menguasai ilmu hadits dan menguasai beberapa cabang ilmu agama. Jangan taklid kepada pembaca hadits yang membanding-bandingkan literatur dari antar kitab. Saya juga bisa, tinggal buat program/aplikasi sanad hadits jadi deh saya muhadits, bahkan lebih canggih karena tidak perlu ada koreksian sanad. Everything Automatically..
    Reply
  • rabel
    rabel
    April 30, 2012 4:36 PM
    فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

    "Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (as-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka".

    Hadits ini 100% tidak ada yang mengingkari matannya. Tetapi obyektiflah dalam memahami makna hadits tersebut, agar Anda tidak terjebak dalam berfatwa. Kalau Anda bersikeras berarti fatwa itu dari Anda, dan kelak Anda akan dimintai pertanggungjawaban atas fatwa Anda. Kalau Anda benar, maka Anda mendapat dua pahala. Jika salah Anda mendapat satu pahala, dengan syarat tidak menyalahkan fatwa orang lain. Karena membuat fatwa harus semata-mata mencari ridho Allah SWT semata, bukan untuk memuaskan hawa nafsu pribadi agar dikatakan sebaga mufaqih/fuqoha/muhaqiq. Itu sudah jelas dapat dosa, AL-HAQQU MIN AMRI ROBBIH.

    Wallahu'alam bisshowab...
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    February 15, 2012 11:45 AM
    Daripada dipakai maksiat..lebih baik baca yasin..asal kita tidak percaya pada yasin yg memberi fadilah..tapi keikhlasan kita untuk melantunkan kalamullah, niscaya Allah akan mengijabahi apa yang kita kerjakan tsb..
    Reply
  • andik
    andik
    December 12, 2011 9:08 PM
    Inilah kebodohan dalam memandang suatu kegiatan di Masyarakan. Sesuai sunahkah? Apa yg kita lakukan sdh sesuai sunah. Ada ormas Islam setiap minggu pagi jam 6 ngadakan kajian islam, sesuai sunahkah, apa Rosul jg stiap minggu pagi jam 6 selalu mengadakan pengajian. Kita me wiridkan amalan rutin Surat apapun dalam Al quran sangat bagus. Jangan sempit dalam mengkaji Islam
    Reply